Advertorial

Tak Hanya Susastra, Peradaban Hindu-Buddha Masa Kerajaan Kadiri-Singhasari Juga Meninggalkan Seni Bangunan

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com - Banyak yang berpendapat bahwa pada masa kerajaan Kadiri tidak berkembang seni bangunan, karena ketika itu adalah masa keemasan bagi seni susastra.

Pendapat ini berdasar pada langkanya bukti dari seni bangun yang dapat ditemukan.

Seperti diketahui, peradaban Hindu-Buddha biasanya juga ditandai dengan seni bangun.

Penelitian dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kembali mengkaji peradaban Hindu Buddha masa Kadiri-Singhasari di Kediri tahun ini.

(Baca juga:10 Gempa Bumi Terdahsyat yang Pernah Terjadi dalam Sejarah Peradaban Manusia, Dua Terjadi di Indonesia)

(Baca juga:Dvarapala, Dulu Penjaga Bangunan Suci dan Pendamping Buddha, Kini Jadi Penghias Rumah Orang Kaya)

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari penelitian serupa yang sudah dilakukan pada tahun 2016, di situs Adan-Adan yang terletak di dusun Candi, desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupten Kediri, Jawa Timur.

Dalam penelitian itu, tim tim peneliti telah mengidentifikasi tiga makara.

Dua makara berukuran besar, sekitar 2-3 meter, yang diduga sebagai makara dari candi utama.

Sedangkan satu makara yang berukuran lebih kecil diduga berasal dari Candi Perwara.

Temuan lainnya adalah kepala kala setengah jadi, batu-batu candi, dan runtuhan bata.

Di tahun ini dilakukan kembali penelitian dengan survei geologi untuk mengetahui bahan asal dari bangunan candi Adan-Adan.

Para peneliti juga meneliti kronologi candi dan melakukan ekskavasi.

Setelah proses ini, baru dilakukan rekonstruksi kebudayaan masa Hindu-Buddha pada masa Kadiri-Singhasari melalui religi dan seni bangun.

Nah, hasilnya ditemukan bahwa candi Adan-Adan terbuat dari dua bahan: batu dan bata.

Batu andesit yang digunakan untuk membangun candi berasal dari Gunung Kelud. Diperkirakan bahwa Candi Adan-Adan memiliki bagian kaki dan tubuh karena adanya temuan dua buah kepala kala.

(Baca juga:Cara Unik Warga Karangasem, Bali, Mendatangkan Hujan: Menggelar Tarian Sakral nan Magis Warisan Kerajaan)

(Baca juga:Dulu, Alas Purwo Dianggap Kerajaan Jin Kini Jadi Primadona Pariwisata)

Dari data geologi juga ditemukan bahwa sepertinya candi ini tidak selesai pembangunannya sampai akhir.

Ini dibuktikan dengan ditemukan dua kepala kala yang belum jadi.

Makara juga belum dihias dengan sempurna. Termasuk juga drawapala yang belum sempurna bagian anting kanan.

Berdasarkan penelitian yang diketuai oleh Sukawati Susetyo ini disimpulkan juga, dari telaah ikonografis terhadap arca drawapala, maka secara relatif area ini masuk dalam gaya Kadiri.

Berdasarkan unsur bangunannya juga begitu, didapati adanya pengaruh gaya Mataram Kuno (Abad 9-10).

Setelah temuan ini publikasikan, sambutan masyarakat dan pemerintah setempat penuh dengan rasa antusias dan apreasi.

Hal ini dibuktikan dengan tingginya kunjungan masyarakat setempat, bahkan mereka yang berasal dari luar Kediri.

Penelitian ini juga telah disosialisasikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian Arkeologi Tahun 2017 di Jakarta (12/12).

Adapun anggota tim peneliti adalah Agustijanto Indradjaja, Agus Tri Hascaryo, Ismail Lutfi, Suyono, Murnia Dewi, Indra usdelfi, Atika Windiarti, dan Nio NinikYuniarsi.

Artikel Terkait