Peran Hizbullah bahkan membuat pasukan PBB, UNIFIL, yang bertugas di Libanon Selatan juga makin kehilangan peran.
Bagaimanapun juga, mereka tidak bisa mencegah konflik antara Hizbullah dan militer Israel yang masih saja sering terjadi.
Selain makin kuat dalam persenjataan, seperti memiliki roket Katyusha yang telah dimodifikasi, kekuatan tempur Hizbullah juga makin besar setelah para pejuang PLO diam-diam ikut bergabung.
(Baca juga: Perang Arab-Israel, Perang Berkepanjangan yang Tak akan Berhenti Sebelum Warga Palestina Merdeka)
(Baca juga: Perang Arab-Israel 1948, Perang yang Berujung pada Pengukuhan Kemerdekaan Israel secara Sepihak)
Akibat serangan Hizbullah yang makin sering terjadi, pada Mei 1988, pasukan Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Libanon.
Kendati berhasil memukul mundur Hizbullah, pasukan Israel yang dibantu milisi SLA mengakui bahwa Hizbullah merupakan lawan yang tangguh.
Dalam satu kesempatan Hizbullah bahkan berani menyergap konvoi pasukan Israel sehingga menewaskan delapan serdadu Israel.
Untuk menghancurkan kekuatan tempur Hizbullah di Lebanon Selatan, militer Israel kemudian melancarkan serbuan udara dan gempuran artileri secara besar-besaran.
Tujuan serangan yang menghancurkan infrastruktur Lebanon dan banyak menimbulkan korban jiwa warga sipil itu adalah agar penduduk Lebanon menyalahkan keberadaan Hizbullah.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya, penduduk Lebanon malah marah kepada Isarel yang telah menerapkan perang secara membabi buta dan malah makin bersimpati terhadap Hizbullah.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR