(Baca juga: Israel Pindahkan Ibukota ke Yerusalem, Tugas Pasukan PBB Asal Indonesia pun Makin Berat)
Mendapat perlawanan berupa gerakan anti-Yahudi yang kerap diwarnai kekerasan itu, warga Yahudi tidak tinggal diam.
Kelompok militan Yahudi pun membentuk organisasi perlawanan yang dinamai Irgun Hahaganah yang kemudian disingkat menjadi Haganah.
Organisasi Haganah yang lebih suka bicara dengan senjata itu pun membuat perseteruan gerakan anti-Yahudi dan Haganah makin memanas.
Mereka sering bentrok dan justru membuat masalah menjadi semakin rumit. Inggris pun tidak tinggal diam karena pasukannya juga makin kerepotan untuk mengatasi bentrokan bersenjata yang kerap menimbulkan korban jiwa itu.
Pada tahun 1937, Inggris membentuk komisi khusus untuk mencari solusi bagi warga Israel dan Arab Palestina.
Kesimpulan dari solusi yang dihasilkan Komisi Kerajaan Inggris itu sebenarnya sudah bisa ditebak.
Yakni, bahwa warga Yahudi dan warga Arab tidak mungkin hidup bersama-sama dalam satu wilayah.
Upaya untuk melaksanakan rekonsiliasi juga mustahil mengingat aspirasi nasionalisme masing-masing adalah memiliki negara yang merdeka.
Untuk mengatasi masalah pelik itu Komisi Kerajaan akhirnya memberikan rekomendasi untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua negara.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR