Dampak lainnya adalah anak sering dirundung kecemasan, depresi, dan memiliki kepercayaan diri rendah.
Perceraian memang pasti mempengaruhi kehidupan anak-anak. Namun, tidak selamanya itu berkonotasi negatif.
Menurut Dwiyani dalam Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri (Elex Media Komputindo, 2009), “Anak-anak dari orangtua tunggal bisa sangat mandiri, hangat, peduli, empatik, dan terbuka.”
Jadi, stigma yang mengatakan bahwa anak-anak dari keluarga cerai itu akan tumbuh menjadi anak yang nakal, sangat keliru.
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan UI, berpendapat, “Tidak selalu anak yang orangtuanya gagal membina rumah tangga akan gagal pula dalam kehidupannya. Banyak ragam faktor yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang.”
Langkah pertama untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk perkembangan anak pasca-perceraian adalah keberanian orangtua yang mengakui bahwa ia kini berperan sebagai orangtua tunggal.
Keberanian ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak Anda. Ketakutan dan kekhawatiran akan membuat Anda hanya terus-menerus menyesali keadaan, menyalahkan keadaan, bahkan tidak menutup kemungkinan juga menyalahkan anak.
Karena itu, berhentilah. Anak butuh didampingi, dan anak membutuhkan dukungan mental dari ibu atau ayahnya.
Vera menyatakan, penting pula untuk meyakinkan anak bahwa perceraian bukan terjadi karena perilaku anak-anak yang tidak baik.
Bahwa anak akan tetap disayang dan diinginkan walaupun ibu dan ayahnya berpisah.
Di samping itu, masih menurut Vera, agar perkembangan anak tetap baik, idealnya, setelah terjadi perceraian anak masih memperoleh kasih sayang dan perhatian yang seimbang dari ibu dan bapaknya; walaupun terpisah.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR