(Baca juga: Diandalkan untuk Lawan AS, Tentara Wanita Korut Malah Mendapat Pelecehan Seksual Dalam Latihan Serba Brutal)
(Baca juga: Ancaman Serangan Nuklir Korut Masih Membayangi, Trump Kini ‘Diserang’ Janda Pasukan Baret Hijau)
Empat divisi pasukan darat AS lainnya berada di Jepang di bawah komando US Eight Army dan sebenarnya dikomandani oleh jenderal yang terkenal aktif dan beringas, Mayjen Walton Walker.
Tapi karena bertugas pada masa damai, 4 divisi pasukan AS di Jepang berada dalam kondisi “lemah” dan jumlahnya kurang maksimal.
Kesiapan tempur tiga divisi yang ada, yakni 24th, 7th, dan 1st Cavalry bahkan hanya 66%.
Hanya ada satu divisi yang anggotanya lengkap, 13.000 personel, dan siap tempur, 25th Division.
Namun semua divisi punya persoalan yang sama, kurang dukungan senjata berat berupa tank dan meriam artileri.
Kendati kondisi pasukan 8th Army kurang maksimal mereka tetap diperintahkan bergerak ke Korea pada tanggal 30 Juni dengan menumpang enam pesawat transpor, C-54.
Pasukan AS yang kemudian mendarat di Pusan itu lalu menuju Taejon dan bergabung dengan pasukan AS-Korsel yang dipimpin Jenderal Church dan bersiap menghadapi gempuran Korut.
Kendati hanya mengandalkan enam unit Howitzer, senjata personel M-1 Garand, roket Bazooka 2.36 inci, pasukan AS-Korsel berusaha keras menghadang tank-tank T-34 Korut dan mempertahankan Perimeter Pusan.
(Baca juga: Layaknya Seorang Koboi, Korut Bikin AS Tak Berdaya karena 'Ditodong' Dua Senjata Sekaligus)
(Baca juga: Kabarnya, Meriam Raksasa Korut Ini Sanggup Menghantam Korsel dari Perbatasan)
Banyak sekali pasukan AS yang tewas dalam upaya menghadang gempuran Korut.
Korban luka dan sekarat bahkan ditinggalkan oleh satuan dan kemudian menjadi tawanan Korut.
Jika dikalkulasi, pasukan AS yang dikirim dari Jepang itu, satu batalyon rata-rata kehilangan dua pertiga anggotanya.
Hingga saat ini militer Korut yang memiliki jutaan personel pasukan dan persenjataan nuklir selalu merasa lebih kuat serta superior dibandingkan kekuatan militer Korsel dan AS.
Dengan perasaan superior seperti itu maka tidak aneh jika Korut sering secara tak terduga kerap menyerang wilayah terdepan Korut dan telah beberapa kali meluncurkan rudal balistik hinggga melintasi wilayah udara Jepang.
Apalagi tindakan provoktif Korut itu cenderung didukung oleh Rusia mengingat AS dan Rusia hingga saat ini sebenarnya masih merupakan musuh bebuyutan.
Maka bisa ditebak pula jika Korut bisa tiba-tiba meyerang Korsel, itu sebenarnya merupakan sejarah yang terulang.
Selain karena secara militer Korut merasa lebih kuat, Perang Korea hingga saat ini secara teknis masih berlangsung mengingat hanya berakhir dengan gencatan senjata dan bukan melalui penandatangan perjanjian damai.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR