Penulis
Intisari-Online.com – Tidak semua ahli kedokteran yang "besar" bisa segera mewujudkan niatnya untuk membantu umat manusia dengan hasil penemuannya. Salah seorang diantaranya ialah Dr. Alexander Fleming.
Tahun 1928 dokter Skotlandia ini telah menemukan Penicilin. Lebih dari sepuluh tahun ia harus berjuang sampai ilmu pengetahuan mau menerima daya sembuh obat itu.
Marianne Schmidt menceritakan iebih banyak tentang hal itu. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1975.
Waktu itu malam hari tanggal 6 Agustus 1942. Para dokter St. Mary's Hospital London mencibir. Ada seorang rekan yang mau mendemonstrasikan suatu obat yang bakal mengubah wajah ilmu kedokteran secara revolusioner.
Baca juga:Churchill, Fleming, dan Penisilin
Mereka geleng-geleng kepala ketika Dr. Alexander Fleming, 61, menginjeksikan 15 ribu unit obat yang tak dikenal, ke dalam tubuh seorang pria umur 52 tahun yang sudah dalam keadaan sakratulmaut.
"Penicillin" nama yang diberikan pada obat tersebut. Dan si pasien yang menjadi "kelinci percobaan" sudah 4 minggu tidak sadar dan keadaannya payah karena demam tinggi.
Si pasien menderita sejenis infeksi yang menurut pengetahuan waktu itu, sudah tidak ada obatnya lagi. Sebelum itu para dokter tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan jutaan orang yang menderita infeksi.
Kini para dokter Rumah Sakit St. Mary sepaham: Hanya seorang dokter yang tak tahu malu, yakni Dr. Alexander Fleming yang berani menganggap dirinya penemu obat untuk memerangi infeksi-infeksi itu.
Baca juga: Ingat! Jangan Sembarang Minum Antibiotik, Ini Cara Tepat Obati Flu
Fleming memberi injeksi. Kemudian 24 jam setelah itu, tanggal 7 Agustus, ternyata si pasien bangun lagi. la sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala bahwa ia pernah dalam keadaan sakratulmaut. Tanggal 8 Agustus demamnya turun.
Tanggal 9 Agustus denyut jantungnya normal kembali. Tanggal 14 Agustus ia sama sekali bebas demam dan tanggal 28 Agustus sudah bisa meninggalkan tempat tidur. Tanggal 9 September ia akhirnya keluar rumah sakit dalam keadaan sehat walafiat.
Koran-koran London merayakan "penyembuhan mukjijat" itu dengan artikel-artikel sensasionil yang panjang lebar. Bukan hanya para dokter dari rumah sakit St. Mary yang tiba-tiba menghargai Fleming, tetapi semua dokter Inggeris lain.
Di manapun dokter Skot yang berambut putih itu muncul, semua orang menyanjung-nyanjung dia. Dalam bulan September 1942 itu juga berita mengenai obat ajaib penicillin sudah merupakan tema pembicaraan nomor satu di seluruh dunia.
Baca juga: Tak Perlu Beli, Antibiotik Bisa Dibuat Sendiri dengan Bahan Alami
Namun Dr. Fleming tetap tidak mau menonjoikan diri dan rendah hati. Sekarang tiba gilirannya untuk tersenyum melihat "demam" penicillin yang berjangkit tiba-tiba di antara rekan-rekannya.
Soalnya dia sudah 14 tahun mengetahui tentang daya sembuh obat antibiotika itu. Dengan rasa pahit yang tertekan ia memberi komentar tentang entusiasme umum itu:
"Coba andaikata dalam musim gugur tahun 1928 ada seorang ahli terkemuka yang percaya kepada saya, dan suatu kelompok ahli riset yang baik mau membantu mengembangkan obat penicillin yang saya temukan, pasti ribuan orang selama tahun-tahun terakhir ini bisa diselamatkan jiwanya."
Fleming juga masih teringat pada ucapan penemu hebat Pasteur yang juga pernah mengeluh: "Ilmu pengetahuan merupakan makam bagi setiap ide besar."
Baca juga: Hebat! Meski Tak Berputing, Platipus Mampu Hasilkan Susu Guna Atasi Resistensi Antibiotik Manusia
Tidak ada yang percaya
Namun tidak ada penemu medis abad ini yang mengalami segi negatip ilmu pengetahuan seperti Alexander Fleming. Padahal saat ia mulai melakukan tugas riset, dokter anak petani yang lahir tahun 1881 itu sama sekali bukan dokter yang suka "aneh-aneh". Ia seorang dokter yang terpandang di Inggeris.
Ia berhasil menyelesaikan studinya dengan baik di London. Ia juga berhasil melakukan riset tentang bakteri, basil dan daya dalam tubuh yang bisa melawan penyakit, dalam laboratorium bakteriologi terkemuka Sir Almroth Wright.
Ia juga terkenal karena daya amatnya yang tajam, pengetahuan analitis dan kemampuannya untuk menyatakan dengan jelas apa yang mau dikatakan dalam tulisan-tulisan ilmiahnya. Berkat itu ia diangkat sebagai professor bakteriologi di "Lembaga Kerajaan untuk ilmu bedah" di London pada tahun 1925.
Namun nama baik sebelumnya ini sama sekali tidak ada artinya ketika ia pada suatu hari di bulan Agustus tahun 1928 menemukan sesuatu yang baru. Tidak ada yang mempercayainya.
Jamur tak diundang
Pada saat itu Professor Alexander Fleming sedang sibuk menyelidiki staphylokok, penyebab nanah yang berbahaya. Untuk tujuan riset ia membiakkan biang keladi itu dalam mangkok-mangkok gelas yang disebut tempat petri. Ketika ia pada hari bulan Agustus itu memeriksa mangkok-mangkok kultur itu ternyata terbentuk suatu jenis jamur.
Setiap ahli riset lain akan membuang mangkok-mangkok itu ke dalam keranjang sampah. Soalnya karena jamur menjadi pertanda bahwa kerjanya kotor, dan merupakan suatu celaan bagi seorang bakteriolog.
Namun Fleming sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian seperti itu. Karena penyelidikannya tidak mendapat subsidi, dari rumah sakit St. Mary's, ia terpaksa bekerja di sebuah laboratorium kecil yang rupanya lebih mirip dengan gudang apotik dan sama sekali tidak bersih. Perlengkapannya juga apa adanya.
Setiap kali Fleming mau membuka sebuah piring petri untuk diperiksa, ia sudah harus memperhitungkan kemungkinan ada kotoran yang masuk dari udara. Dengan cara itu semestinya spora jamur itu bisa masuk kultur penyebab nanah itu.
Tetapi Alexander Fleming tidak segera membuang hasil kultur jamuran itu. Ia memperhatikan dengan saksama perkembangan jamur tersebut. Selama ini semua terjadi serba kebetulan, tetapi sekarang Fleming tergugah untuk mengetahui lebih lanjut.
Lebih lama ia memperhatikan kultur ternoda itu, lebih tertarik hatinya. Lingkaran-lingkaran sekeliling jamur itu telah memusnahkan penyebab nanah itu. Rupanya jamur itu telah menghasilkan suatu bahan yang bisa memusnahkan staphylokok.
Dan bahan seperti itulah yang dicari-cari oleh para dokter di seluruh dunia selama puluhan. tahun.
Fleming mengambil piringan petrinya dengan kedua tangannya lalu lari ke ruangan laboratorium rumah sakit St. Mary untuk menceritakan hal ini kepada rekan-rekannya. Bersama dengan mereka ia selama perang dunia 1 dari tahun 1914 — 1918 bekerja 18 jam sehari dalam sebuah laboratorium perang di Perancis untuk mencari obat melawan staphylokok.
Bersama dengan mereka, ia harus menelan kegagalan demi kegagalan. Dan mereka hanya bisa melihat puluhan ribu serdadu yang meninggal karena macam-macam penyakit.
Alexander Fleming tidak bisa melupakan jeritan-jeritan mereka yang membuat bulu tengkuk berdiri. Dan sekarang — Agustus 1928 — secara kebetulan ia telah menemukan obatnya gara-gara bekerja dalam laboratorium yang tidak steril.
Dengan rasa bangga Fleming memperlihatkan piring petrinya kepada rekan-rekan. Namun mereka rupanya tidak tertarik dan hanya sejenak memperhatikannya. "Ah, jamur lagi", katanya.
Komentar mereka itu saja. Fleming menjadi tercengang. Namun ia tetap yakin bahwa jamur itulah yang menghancurkan penyebab nanah itu.
Baca juga: Hati-Hati! Pengering Tangan Ternyata Dapat Menyebarkan Bakteri ke Sekujur Tubuh Anda!
Nonsense belaka
Fleming kembali lagi ke laboratoriumnya yang gelap. Semua riset lain disisihkan dan ia sekarang hanya memperhatikan jamurnya yang dalam biologi sudah lama terkenal di bawah nama Penicillium.
Beberapa hari kemudian rekan-rekannya bukan hanya masa bodoh terhadap penemuan Fleming, tetapi malahan mencemoohkannya. Mereka mengejek kalau melihat Fleming sibuk dengan roti atau keju yang jamuran.
Kepala laboratorium Sir Almroth Wright, beberapa kali telah berusaha untuk melarang Alexander Fleming untuk menghabiskan waktunya dengan penicillinnya.
Wiright yang permulaan abad ini merupakan seorang bakteriolog terkemuka di Inggeris, rupanya sudah yakin bahwa tidak mungkin ada suatu antibiotika alamiah. Antibiotika ialah nama ilmiah untuk produk pertukaran zat yang bisa mematikan bakteri.
Baca juga:Seberapa Sering Wanita Harus Mengganti Pembalut Agar Bebas dari Risiko Infeksi?
Wright menganggap penyelidikan Fleming dengan jamur sebagai "nonsense belaka" dan tidak mau memperbantukan assisten-assisten dan alat-alat laboratorium untuk tujuan tersebut.
Namun Fleming tetap pada pendiriannya dan setiap hari sibuk dengan penemuannya. Penicillin bukan hanya membunuh penyebab nanah, tetapi juga streptokok, pneumokok dan penyebab penyakit kelamin, difteri dan banyak infeksi lain yang sering menyebabkan kematian.
Sampai musim gugur tahun 1928 Fleming sudah membuktikan dengan serentetan percobaan ilmiah, bahwa penicillin bisa memerangi banyak penyakit berbahaya bagi manusia. Dan bahwa tidak ada efek buruk pada organisme. Tubuh malahan bisa menerimanya dengan baik.
Mendengkur tidur
Musim gugur 1928 Alexander Fleming mengumumkan penemuannya pada sebuah seminar ilmiah. Terus terang ia mengharapkan bahwa pekerjaannya akan mendapat sambutan baik di seluruh dunia.
Namun tidak ada sesuatu yang terjadi. Ia malahan dianggap seseorang yang mimpi di siang hari bolong, karena Fleming mengatakan bahwa penicillin bukan hanya bisa menyembuhkan satu jenis penyakit infeksi, tetapi semua infeksi yang gawat.
"Lihat saja caranya bekerja, seperti dokter desa yang membuat roti di dapurnya", seorang rekan mengejek.
Fleming membantah dengan congkak: “Banyak dokter desa yang lebih berhasil daripada rekan-rekannya di universitas kota. Lagipula yang penting bukan laboratorium, tetapi otak orang-orang yang bekerja di dalamnya. Lihat saja betapa miskinnya tempat kerja Pasteur.”
Pembelaannya juga dianggap sepi. Ketika ia tanggal 13Pebruari 1929 ia harus memberi ceramah mengenai penicillin di hadapan suatu pertemuan ahli-ahli terkemuka, ternyata beberapa diantara mereka mendengkur tidur. Fleming memohon bantuan dan kerjasama, namun tidak ada yang mendengar.
Bakteriolog Alexander Fleming sampai titik itu tidak bisa seorang diri meneruskan percobaannya dengan penicillin. Kini bahan aktip dalam jamur itu harus diisolir, dibersihkan dan dikembangkan supaya bisa digunakan sebagai obat.
Untuk melakukan hal itu ia perlu bantuan seorang ahli kimia. Ia mencoba menghubungi beberapa lembaga terkenal, tetapi semua menolak.
Baru dua tahun kemudian ada seorang rekan, ahli kimia Prof. Harold Raistrick, yang mau melakukan percobaan untuk mengisolir penicillin. Ternyata ia terbentur pada kesulitan-kesulitan yang tak terduga.
Bahan yang bisa memusnahkan sumber infeksi itu, cepat rusak dan tidak bisa dibuat dalam bentuk sehingga cocok untuk merawat seorang pasien. Professor Raistrick sendiri yakin akan kemampuan bahan tersebut, tetapi ia terpaksa menghentikan percobaannya karena kegagalan tadi.
Baca juga: Ngeri! Gunakan Lipstik Palsu, Bibir Wanita Ini Terinfeksi dan Bengkak
Juga Dr. Fleming harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain untuk memperoleh sesuap nasi.
Alexander Fleming tahun 1915 menikah dengan Sarah McElroy yang kaya raya. Tahun 1924 mereka mendapat anak laki-laki Robert. Dari uang mereka, suami isteri Fleming telah membeli rumah kecil di London-Chelsea dan sebuah tanah luar kota di Suffolk.
Berkat pengertian Sarah terhadap suaminya, mereka hidup berbahagia. la tidak pernah mengeluh karena suaminya sampai larut malam duduk dalam laboratoriumnya untuk menghitung basil di bawah mikroskop. Dan itu sudah dilakukan sejak pengantin baru.
Ia tidak pernah mengatakan sepatah kata, kalau setiap sen yang kelebihan masuk eksperimen penicillin. Baru setelah empat tahun memperjuangkan penemuannya tanpa hasil, ia berontak.