Find Us On Social Media :

Zaman Dulu, Murid Diterima Sekolah Tanpa Tes Akademik, tapi Harus Lolos Tes Fisik Sederhana Ini

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 2 September 2018 | 16:00 WIB

Keduanya dipanggil kepala sekolah. Keputusannya: mereka diskors. Selesai masa hukuman, pergunjingan belum mereda dan keduanya menjadi sasaran olok-olok. Akhirnya mereka pindah sekolah.

Selang beberapa lama ada dua murid laki-laki kelas VII yang berkelahi di halaman sekolah pada waktu istirahat karena ... berebut pacar! Heboh lagi. Memang saat itu perpacaran di SD sering terjadi.

Semua sekolah, baik negeri maupun swasta, masuk pada pukul 07.30 dan usai pukul 13.00. Pada saat-saat itu jalanan penuh oleh murid berbagai sekolah.  Tidak jarang terjadi perkelahian antar sekolah.

Meneer Hop (Hoofdagent van Politie) buru-buru turun tangan kalau ada yang melapor. Meneer Hop yang bule itu bersama dua anak buahnya yang Indonesia naik sepeda motor HD (Harley Davidson) yang pakai zijspan (kereta tambahan di samping).

Baca juga: Sudah 'Impor' Narapidana, Penjara Belanda Masih Saja Kosong, 4 Diantaranya Terpaksa Ditutup

Karena suara bising motor HD sudah terdengar dari jauh, dan ada anak yang berteriak "Polisiiii...!", maka mereka yang sedang berkelahi itu bubarlah.

Yang tak ada pengusiknya dan juga tak mau mengusik adalah anak-anak Sekolah Pertukangan. Pulang sekolah, biasanya mereka menggenggam martil, catut, kunci Inggris dan semacamnya. Sebetulnya bukan untuk senjata melainkan dibawa pulang sebagai garapan mereka.

Kalau ratu ulang tahun

Kadang-kadang murid mendapat hiburan murah. Ada tukang sulap atau rombongan akrobat yang mengadakan pertunjukan. Para murid cuma diminta menyumbang beberapa sen saja.

Baca juga: Meski Sedang Kelaparan, Pasukan Gerak Cepat Angkatan Udara Ini Tetap Gigih Bertempur Melawan Pasukan Belanda Sampai Mati

Yang selalu ada setiap tahun adalah perayaan jubileum yaitu, peringatan kelahiran Ratu Belanda (waktu itu Wilhelmina) pada setiap tanggal 31 Agustus, yang dirayakan besar-besaran. Kota dihias, juga rumah penduduk. Semua murid di semua sekolah harus turut merayakannya.

Macam-macam lomba dan aubade murid diadakan, meskipun tanpa upacara resmi. Demikian juga halnya ketika Putri Makota Juliana menikah dengan Pangeran Bernhard von Lippe Bisterfeld.