Penulis
Intisari-Online.com – Buku tentang Hitler dan Mussolini belum pernah begitu laku seperti saat ini. Setiap tahun dan bahkan setiap bulan ada saja buku tentang mereka diterbitkan.
Aspek-aspek yang baru muncul tentang mereka rupanya masih mampu mempesona banyak pembaca.
Countess Edda Ciano, puteri Benito Mussolini, menceritakan tentang ayahnya dalam buku "Witness for a Man" yang dikerjakan oleh seorang wartawan Italia Bernama Albert Zarca.
Buku ini memberikan kepada kita suatu gambaran yang sering mengasyikkan tentang diktator Italia itu, berkat anekdot-anekdot yang diingat oleh Edda.
Ibu Edda, Ny. Rachele Guidi berasal dari keluarga kalangan sederhana. Rachele mencari nafkah dengan bekerja di sebuah losmen di Forli, milik ayah Benito Mussolini. Ketika pemuda Benito jatuh cinta padanya, Rachele sering dikuncikan di sebuah kamar.
Benito-lah yang mengerjakan tugas-tugas gadis ini. Soalnya Benito yang cemburu itu merasa mengkal kalau ada tamu yang menaruh perhatian pada Rachele.
Mussolini termasuk salah seorang manusia yang paling orisinil di dunia. Puterinya bercerita sebagai berikut:
"Ketika umur saya baru beberapa minggu, ayah menemukan cara yang cerdik untuk menidurkan saya. Tapi cara ini memang berisik. la memainkan biola di samping buaian sampai saya tidur nyenyak, barulah ia berhenti.
Baca juga: Maria Montessori: Wanita yang Dianggap 'Terlarang' oleh Rezim Mussolini
"Tapi begitu tidak mendengar suara biola lagi, saya terbangun. Lalu Papa mengambil lagi biolanya dan serenade dimulai lagi. Suatu malam ia terpaksa memainkan alat itu 67 kali!
"Enampuluh tujuh kali ia terpaksa menyalakan lilin dan main biola. Akhirnya ia jadi kalap dan mulai melemparkan segala benda yang bisa dijangkau ke dalam buaian. Saya masih hidup berkat kegesitan ibu saya yang membebaskan saya dari kemarahan ayah.”
Sebagai anak kecil, Edda merasa terkesan oleh kemeja ayahnya yang hanya mempunyai sebelah lengan saja. Kegunaan kemeja berlengan satu ini ialah untuk memudahkan si ayah berduel.
Edda masih ingat bahwa ayahnya yang menjadi tokoh revolusioner yang "meledak-ledak" itu pulang dengan pakaian compang-camping dan topi peat-peot karena dihajar polisi.
Si ayah yang kelelahan setengah mati tapi gembira itu menceritakan perkelahiannya dengan polisi pada anak-anaknya sambil menirukan adegan yang terjadi dan tertawa keras-keras.
Edda juga menyadari bahwa ayahnya pengejar wanita dan dalam hal ini tidak terkendalikan. Ia suka kekasih yang montok, tidak pakai parfum tapi bersih.
Sebelum menjadi "II Duce", Mussolini pernah tertarik pada spiritualisme. Ia sering pergi ke rumah seorang tetangga. Wanita itu sering mengadakan pertemuan spiritualisme dimana orang-orang yang hadir duduk mengelilingi meja.
Menurut Edda, di kolong meja ayahnya "main kaki" dengan nyonya tetangga yang cantik itu.
"Wanita ini mempunyai puteri berumur 20 tahun", cerita Edda. "Papa mempunyai gagasan untuk memberi les matematik dan Inggeris pada gadis itu. Tapi les ini cepat diakhiri ketika sang ibu mendapatkan bahwa tujuan papa memberi les itu sama dengan tujuan papa menghadiri pertemuan spiritualisme". Tapi tentu saja sasaran les adalah sang puteri.
Benito Mussolini seorang ayah yang penuntut. Ia pernah memaksa puterinya yang masih kecil untuk memegang kodok buduk sebagai cara menanggulangi rasa jijik.
Perihal peranan wanita, Mussolini berpendapat bahwa tempat wanita itu di rumah, punya anak dan membiarkan suaminya mengejar wanita-wanita lain. Tapi Edda menambahkan bahwa dalam keluarga, ayahnya menjadi "elemen puitis" yang merangsang imajinasi anak-anak.
Ibunya sebaliknya merupakan "elemen yang keras", yang selalu berpijak pada kenyataan.
Mussolini punya phobia terhadap kuman. Begitu mendengar orang bersin di dekatnya, ia jadi risau, menyuruh ruangan bersihkan dengan diinfektans, menutup mulut dan hidung dengan saputangan dan menyuruh orang yang batuk untuk keluar ruangan dengan isyarat lambaian tangan.
Ia sangat peka tentang beberapa hal. "Ia pernah cedera hebat dalam Perang Dunia I, pernah jatuh dengan kapal terbang dan sering berduel. Tapi kalau mesti disuntik, ia jadi senewen dan kaku sehingga jarum suntik patah begitu ditusukkan ke lengan atau tungkainya".
II Duce juga tidak bisa diam. Ia hanya bisa hidup di ruang yang hampir tidak ada perabotannya, agar bisa berjalan mondar-mandir tanpa langkahnya terhalang. Begitu melihat kursi, benda itu ia sepak ke samping.
Mussolini sangat mengagumi kekuatan dan ia benar-benar pengikut Hitler yang sejati. Hitler disejajarkannya dengan Napoleon yang menjadi pujaannya.
Baca juga: Kisah Ho 229, Pesawat 'Siluman' Adolf Hitler yang Melampaui Zamannya tapi Berakhir Tragis
Sejak lama sekali ia mempunyai perasaan bersahabat terhadap Perancis. Tapi ketika koran-koran Perancis menyerangnya, maka kalap. "Penghinaan semacam itu hanya bisa dihapus dengan tembakan meriam dan bom," katanya tahun 1939.
Menurut puteri II Duce, Benito Mussolini menjadi orang yang terkenal karena ia tidak betah berada dekat isterinya.
Politik memungkinkan ia pergi dari rumah dan terhindar dari pertengkaran-pertengkaran yang dilancarkan Rachele karena cemburu. Ia lebih suka digebuk polisi atau lawannya daripada menerima omelan pedas dari isterinya.... karena di rumah yang menjadi diktator adalah Ny. Mussolini. (AFP – Intisari Mei 1978)