Penulis
Intisari-Online.com -Bukan Wright bersaudara, orang pertama yang bisa terbang adalah seorang ilmuwan muslim bernama Abbas Ibn Firnas. Ia melakukannya pada 1164 tahun yang lalu ketika Kekhalifahan Umayyah di Andalusia (sekarang Spanyol) sedang jaya-jayanya.
Benar, Abbas Ibn Firnas, matematikawan, astronom, fisikawan, dan ahli penerbangan Muslim dari abad ke-9, tercatat sebagai manusia pertama yang mengembangkan alat penerbangan dan sukses terbang. Orang pertama ini artinya ia yang berhasil terbang menggunakan alat apa pun, tidak harus berupa pesawat terbang seperti yang ada saat ini.
Baca juga:Inilah Orang Pertama yang Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dalam Kongres Pemuda II
Sang ilmuwan Maroko berhasil terbang menggunakan glider, alat terbang sederhana yang dilengkapi sayap. Meski demikian, keberhasilan Ibn Firnas menguji dan menerbangkan alat buatannya pada tahun 852 memberi inspirasi kepada ilmuwan-ilmuwan Barat untuk mengembangkan pesawat.
Ibn Firmas lahir di Izn-Rand Onda (sekarang Ronda, Spanyol) tahun 810 Masehi. Semasa hidupnya, laki-laki genius yang hidup di Cordoba ini dikenal sebagai ilmuwan serba bisa dan menguasai beragam disiplin ilmu pengetahuan.
Pendaratan yang tak sempurna
Ketertarikan Abbas pada aeronautika bermula saat ia menyaksikan atraksi seorang laki-laki pemberani bernama Armen Firman. Laki-laki itu membuat alat dari sutra yang diperkuat dengan batang kayu. Ia lantas terjun dari ketinggian, tetapi ia tak berhasil. Untungnya, alat cukup menghambat gerak jatuh bebas Firman sehingga ia tak terluka.
Ibn Firnas yang berada dalam kerumuman penonton terkesan dengan aksi Armen Firman. Pengalamannya ini yang menyeretnya mempelajari aeronautika lebih dalam. Beberpa literatur lain menyebut bahwa Armen Firman sejatinya merupakan nama Ibn Firnas yang “dilatinkan”. “Penerbangan” tahun 852 itu adalah percobaan pertamanya.
Tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibn Firnas merancang dan membuat sebuah alat terbang yang mampu membawa penumpang. Ia lantas mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.
Sebelum melakukan uji coba terbang, Ibn Firnas sempat mengucapkan salam perpisahan, mengantisipasi jika penerbangannya gagal. “Saat ini, saya akan mengucapkan selamat tinggal. Saya akan bergerak dengan mengepakkan sayap, yang seharusnya membuat saya terbang seperti burung. Jika semua berjalan dengan baik, saya bisa kembali dengan selamat,” katanya.
Penerbangan itu sukses. Ibn Firnas mampu terbang selama 10 menit. Sayang, cara meluncurnya tidak tepat sehingga melakukan pendaratan yang fatal. Ia terempas ke tanah bersama "pesawatnya" dan mengalami patah tulang pada bagian punggung. Kecelakaan itu terjadi karena dia lupa untuk menambahkan ekor pada alat buatannya.
Ibn Firnas tidak memperhitungkan pentingnya ekor sebagai bagian yang digunakan untuk memperlambat kecepatan saat melakukan pendaratan sebagaimana layaknya burung ketika menggunakan ekornya.
Ilmuwan serba bisa
Abbas Ibn Firnas wafat pada tahun 888. Ia tidak bisa bertahan dari deraan sakit akibat cedera punggung yang diderita saat melakukan uji coba pesawat buatannya. Pengalaman terbang Ibn Firnas menjadi pelajaran bagi ilmuwan lain. Gagasannya terus dipelajari oleh ilmuwan-ilmuwan lain setelahnya.
Abbas bukan hanya penemu pesawat terbang pertama. Ia juga dikenal sebagai ilmuwan serba bisa yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Ia mempelajari halilintar dan kilat, membuat tabel astronomi, dan menciptakan gelas berwarna. Bahkan, Ibn Firnas menemukan jam air yang disebut Al-Maqata.
Baca juga:Para Ilmuwan Menjelaskan Alasan Sebenarnya Mengapa Jerapah Memiliki Leher Panjang
Di bidang astronomi, Ia juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk menjelaskan pola pergerakan planet-planet dan bintang-bintang. Atas kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan, beberapa negara bahkan memberikan penghormatan khusus. Pemerintah Libya mengeluarkan prangko bergambar Abbas Ibn Firnas untuk mengenangnya.
Irak juga membangun patung sang penerbang pertama itu di sekitar lapangan terbang internasionalnya serta mengabadikan namanya sebagai nama bandara di utara Baghdad. Baru-baru ini namanya dipakai sebagai nama jembatan di kota asalnya, Cordoba. Nama Armen Firman sendiri menjadi nama salah satu kawah di bulan.