Penulis
Intisari-Online.com - Hasta La Victoria Siempre! Sampai kemenangan abadi menanti!
Begitu bisik Che Guevara kepada Julia Cortez, seorang guru di sekolah terpencil di Bolivia.
Julia amat terpana dengan gerilyawan Kuba yang saat itu menjadi tawanan tentara Bolivia tersebut.
Sosok dan tutur katanya tak seperti tawanan pada umumnya. Tak lama setelah pertemuan itu, Che dieksekusi tentara Bolivia.
(Baca juga: Detik-detik Jelang Terbunuhnya Che Guevara, Idealis yang Tak Henti Perjuangkan Nasib Rakyat Kecil)
Ia mati muda pada usia 39 tahun. Kepergiannya ke Bolivia sebenarnya sudah dicegah Fidel Castro.
Pemimpin Kuba ini bahkan sudah memberinya berbagai jabatan.
Tetapi, keinginannya memerangi kapitalisme-imperialisme di berbagai bangsa, terutama di Amerika Latin, telah mengalahkan segala-galanya.
Walau demikian, meski ajal telah menjemputnya 50 tahun lalu, namanya masih populer hingga kini.
Kisah hidup dan gambar grafis wajah tampannya yang berbaret hitam dan dipasangi bintang bahkan masih disukai kaum muda dunia, bahkan di Indonesia.
Tak dapat dipungkiri, Che adalah salah satu ikon dalam sejarah modern.
Pertemuan dengan ibu guru Julia Cortez Balderal terjadi pada Senin pagi 9 Oktober 1967 di sebuah sekolah di desa La Higuera, provinsi Rio Grande, Bolivia.
Che Guevara, gerilyawan Kuba yang baru saja ditangkap tentara Bolivia ditaruh sementara di sekolah tempat Julia mengajar.
(Baca juga: 50 Tahun Terbunuhnya Che Guevara: Pemegang Doktrin yang Teguh, Namun Sering Lupa dengan Realitas)
Ia diperbolehkan masuk untuk melihat Che dari dekat.
Che duduk bersandar ke dinding, tangannya terikat ke belakang, pakaiannya awut-awutan.
Julia terpana, ia mengira akan melihat tawanan yang kasar, berangasan, dan fanatik.
Yang didapati sungguh lain. “Matanya memandang saya dengan lembut, juga caranya berbicara. Dia bertanya apakah saya seorang guru. Lalu kami membicarakan gambar-gambar murid saya yang tertempel di dinding.
“Ia juga bertanya apa yang paling diperlukan desa ini, dan saya jawab sebuah traktor. Ia berjanji akan mengirimkan traktor setelah bebas nantinya.”
Siang harinya Julia datang lagi ke ruang kelasnya. Ia membawakan semangkuk sup. Che menerimanya dengan rasa syukur.
“Sudah lama saya tidak makan seenak ini. Saya tahu mereka akan segera mendatangi saya, namun saya tidak akan pernah melupakan Anda. Hasta La Victoria Sempre! Sampai kemenangan abadi nanti!” begitu bisik tahanan itu kepada Julia Cortez.
Tetapi traktor yang dijanjikan tidak pernah terwujud. Karena hari itu juga ia dibunuh oleh tentara Bolivia menyusul datangnya perintah “habisi tawanan”.
(Baca juga: Unik! Jersey Sepakbola Bergambar Che Guevara)
Instruksi singkat ini datang dari ibukota La Paz, dan diduga atas desakan AS.
Walau kejadiannya jauh di Bolivia, sebagai benteng kapitalisme, AS sangat berkepentingan.
Gedung Putih khawatir revolusi sosialis ala Kuba yang akan disebarkan Che Guevara akan meluas ke Amerika Latin.
Untuk itu Guevara harus cepat dilenyapkan agar “virus revolusi”-nya tidak sempat menyebar.
Namun Che yang mati dalam usia yang relatif muda itu, yakni 39 tahun, ternyata terus “hidup”.
Kalau pun bukan idenya, nama dan sosok wajahnya tetap populer di seantero dunia.
Sekalipun kemunculan dan mendunianya nama Che Guevara bermula dari revolusi di Kuba yag dipimpin Fidel Castro, ia sesungguhnya seorang Argentina.
Dia dilahirkan di kota pelabuhan gandum Rosario de Santa Fe pada 14 Juni 1928.
Ia berasal dari orang tua keturunan Spanyol dan Irlandia yang termasuk keluarga aristokrat. Kelas menengah.
Nama aslinya adalah Ernesto Guevara de la Serna. Ia anak tertua dari lima bersaudara. Sejak kecil Ernesto telah mengidap peyakit sesak nafas, asma.
Namun, walau kondisi kesehtannya kurang prima, di sekolah dia terkenal sebagai murid cerdas dan juga tangguh dalam olahraga, terutama atletik.
Lalu dari mana nama “Che” itu muncul dan menyatu dengan namanya?
Kata ini berasal dari bahasa Indian Guarani yang tersebar di berapa negara Amerika Selatan termasuk Argentina. Ini adalah istilah sapaan akrab saja yang artinya kira-kira “hai” atau “hey you”.
Nama ini semula dipakai teman-temannya yang asal Kuba untuk menyapa Guevara, ketika mereka sama-sama tinggal di Meksiko.
Mereka adalah pelarian yang akan kembali ke Kuba untuk memulai peperangan gerilya melawan Presiden Fulgencio Batista yang didukung para kapitalis dan “mafia” Amerika.
Tahun 1959 ketika Fidel Castro berhasil mengusir Batista dari Kuba, Ernesto Guevara menanggalkan kewarganegaraan Argentinanya, dan resmi menjadi warga negara Kuba.
Secara resmi ia pun mengadopsi panggilan “Che” ke dalam namanya. Jadilah ia kemudian dipanggil dan dikenal sebagai Che Guevara!
Berlatar belakang keluarga yang cenderung menganut ide-ide politik yang kekiri-kirian, antara lain mendukung pihak Republik dalam perang saudara di tanah leluhur Spayol serta menentang kekuasaan Gereja yang melembaga di negara itu, sejak kecil Che Guevara sudah dikenalkan dengan politik.
Ibunya, Celia de la Serna adalah figur yang amat mempengaruhi pembentukan kesadaran dan keyakinan sosialnya.
Tahun 1948, ketika berusia 20 tahun, ia masuk ke Universitas Buenos Aires untuk belajar ilmu kedokteran.
Ia terkenal sebagai mahasiswa yang cemerlang, dan lulus sebagai dokter pada 1953.
Pada masa sekolahnya itu, dia selalu memanfaatkan musim-musim liburnya untuk berkelana dengan sobatnya, Alberto Granado yang punya idealisme serupa.
Ia senang melakukannya dengan bersepeda motor sampai pelosok-pelosok.
Sepeda motor Norton 500 cc-nya dia namai La Poderosa, Si Perkasa.
Ia tak hanya berkelana di Argentina, tetapi juga menjelajahi negara-negara Amerika Latin lainnya.
Penjelajahannya tak seperti orang muda yang hanya menyenangi wisata, tetapi lebih ditujukan untuk memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah yang disinggahi.
Kepekaannya melihat kondisi sosial yang memprihatinkan membentuk dirinya menjadi seorang revolusioner.
Tapi sayang semangat revolusioner yang begitu berapi-api telah membuatnya mati di usia muda.