la tidak sekadar asal bicara, tapi telah membuktikan sendiri. Saat awal didiagnosis lupus nefritis, penyakitnya sudah stadium tiga, stadium gawat.
Tapi dengan perubahan total pola hidup dan disiplin ketat, kini ia bisa menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal.
Ia tetap bisa berkebun, memasak, mengurusi anaknya yang masih berumur lima tahun, menulis, menjadi konsuhan, bahkan melakukan kegiatan kampanye peduli lupus.
Penderita bisa memperoleh kualitas hidup yang baik, asalkan disiplin menjalani terapi farmakologis dan pengaturan pola hidup.
"Keduanya sama penting. Jangan sampai hanya mengandalkan obat saja," saran Nanang.
Supaya antibodi tidak hiperaktif, ia harus diredam dengan obat-obat imunosupresan. Susahnya, ketika sistem kekebalan ditekan, tubuh jadi lebih gampang terkena infeksi.
Ditambah lagi, terapi ini juga menimbulkan efek negatif lain, misalnya risiko pengeroposan tulang dan peningkatan kadar gula darah.
Obat-obat tertentu menyebabkan pemakainya mengalami perubahan psikologis menjadi sensitif: gampang marah dan sedih.
Karena banyaknya efek negatif ini, terapi penyakit autoimun harus betul-betul menimbang rasio antara risiko dan manfaat.
Untuk mencegah pengeroposan tulang, pasien harus mendapat cukup asupan kalsium, baik dari makanan maupun dari suplemen.
Selain terapi farmakologis, penderita penyakit autoimun juga harus sungguh-sungguh memperhatikan pola hidupnya.
Semua pemicu harus dihindari sejauh-jauhnya. Salah sedikit saja, autoantibodinya bakal mengamuk. Nanang Sukmana dan Rusnita punya beberapa resep.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR