Sebelumnya Shalini telah melihat tempat pengobatannya itu di sebuah stasiun teve—dan sekarang ia benar-benar bisa pergi ke sana.
Sebelumnya, dokter telah mendiagnosis Shalini dengan Erythroderma, penyakit kulit inflamasi yang juga dikenal dengan “sindrom pria merah”. Sayang, para dokter yang mengeluarkan diagnosis itu tidak bisa mengobatinya.
Sindrom itu membuat kulit di hampir seluruh tubuh Shalini menjadi bersisik dan mengelupas. Sindrom ini sudah muncul 45 hari setelah Shalini dilahirkan di muka bumi ini.
Akibat kondisi ini, Shalini harus merendam tubuhnya ke dalam air tiap sejam sekali—sepanjang siang dan malam. selain itu, ia juga mesti rutin mengolesi tubuhnya itu dengan salep setiap tiga jam untuk mencegah pengeringan.
“Saya merasa sangat tidak berdaya saat melihat kulitnya mengelupas yang membuat merasa sangat sakit,” ujar Devkunwar, ibu Shalini, putus asa.
“Penyakit itu tidak membunuhnya tapi sedikit mengurangi hidupnya.”
Lebih sedih lagi, mereka tidak tahu ke mana dan pada siapa harus berkonsultasi.
(Baca juga: Luar Biasa, Meski Derita Penyakit Langka, Bocah Ini Masih Bisa Hasilkan Lukisan yang Menakjubkan)
Devkunwar, seorang pengasuh di sebuah komunitas yang didanai pemerintah, sangat sedih melihat kondisi putrinya. Ia bahkan sempat berpikir bahwa kematian lebih baik untuk putrinya.
“Lebih baik mati daripada menjalani hidup penuh kesengsaraan,” tambah ibu dari tiga anak itu. Dua saudara Shalini yang lain lahir normal tanpa komplikasi seperti itu.
Ayah Shalini, Rajbahadur, seorang pekerja upahan harian sedikit menyesal ketika tahu anaknya lahir tidak normal dengan kulit bersisik di sekujur tubuhnya.
“Seperti kulit yang terbakar parah. Dari telapak kaki hingga kepalanya,” ujar Rajbahadur.
Shalini akhirnya mendapat bantuan setelah kantor berita Newslions yang berbasis di India, yang dikelola oleh Sanjay Pandey, menyoroti penderitaannya. Pandey juga membantu membayar biaya tambahan.
Kini ia dirawat di secara gratis di Regional University Hospital and Virgen de la Victoria di Malaga.
“Saya sangat berterima kasih atas semua hal yang ditawarkan oleh rumah sakit di Spanyol itu,” ujar Rajbahadur. Bagaimanapun juga, rumah sakit ini—juga Pandey—meringankan penderitaan putrinya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR