Sangat berbeda dibandingkan dengan Desa Kemiren di sebelahnya, yang memang dipersiapkan sebagai proyek "Using Village" (Desa Using), Di Kemiren, warna Using sangatldh kentara.
Baik bangunan rumah adat, cara berbusana warganya, kesenian barong, maupun penari gandrung yang cukup banyak. Namun dalam lingkup luas lebih dikenal, terutama kdrena priabadi bernama Supinah,:
la tak hanya menjadi number inspirasi penulis novel Yang Gandrung Penari, tetapi juga mengilhami pelukis.H. Moses Misdy dan A. Yadi, musisi Bs. Nurdian dan Andang Gay untuk menciptakan lagu diatonik baginya, serta Porno Martady dan Slamet Utomo untuk menulis sajak tentang sang penari di banyak media cetak.
Begitu pula Iqbal HS yang mengangkat kehidupan Supinah dalam sebuah cerita bersambung, dan seorang seniman santri menjuluki suami-istri Sukidi dan Supinah sebagai pasangan yang sakinah, karena rukun dan ikhlas pada profesinya masing-masing.
Julukan itu memang pengakuan luar biasa. Sebab tak sedikit masyarakat Using menilai gandrung hanya pada satu sisi, yakni tubuh dan kecantikan, bukan pada nilai seni dan kesetiaan akan bakat tari.
Maka, bagi penari gandrung, perkawinan sering menjadi akhir kesetiaan dan bakatnya. Oleh para suami, mereka dilarang menyanyi dan menari. Bahkan ada yang menguziahkan dan memingit mereka dari lingkup para seniman.
Supinah, yang telah 2 kali menjanda dan punya seorang anak berusia 9 tahun ("Saya berharap anak saya jadi sarjana budaya Using, atau setidak-tidaknya seorang pengarang," katanya), sungguh bersyukur dengan keberadaan Sukidi di sampingnya.
Ia tak harus menjadi wanita kesekian yang terpaksa berkorban demi pernikahan. Bahkan sebaliknya, bersama Sukidi ia menemukan kebahagiaan. Di mana Supinah berpentas, di situ pula suaminya memainkan gendang.
Terpesona dan-tergila-gila
Siapa pun yang datang ke Banyuwadngi, akan dibuat heran oleh spontanitas masyarakatnya pada segala bentuk kesenian. Jika ada pergelaran kesenian, baik di atas pentas maupun dalam karnaval, warga dari pelbagai penjuru desa pasti berdatangan.
Apa lagi jika yang digelar tarian gandrung. Sudah jadi pemahaman warga setempat, gandrung Banyuwangi identik dengan Supinah dan Desa Olihsari.
Desa Ulih-ulihan tanpa gandrung terasa bukan Ulih-ulihan. Demikian pula jika Desa Kemiren tanpa barong, Bakungan tanpa seblang, Cungking tanpa tari padangulan, Sawahan tanpa angklung, Buyukan tanpa kuntulan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR