Advertorial

Mete Antisariawan, Wortel Antikanker, Pisang Bikin Tenang Asam Lambung; Masih Meragukan Khasiat Sayur dan Buah-buahan?

Moh Habib Asyhad

Penulis

Ditinjau dari segi kesehatan, bahan pangan nabati memiliki kelebihan yang tidak dimiliki bahan pangan hewani.
Ditinjau dari segi kesehatan, bahan pangan nabati memiliki kelebihan yang tidak dimiliki bahan pangan hewani.

Intisari-Online.com – Di balik kesegarannya, sayuran dan bebuahan menyimpan khasiat yang menyehatkan. Sarinya bisa mencegah dan menyembuhkan beragam penyakit.

Dalam keseharian kita tidak akan lepas dari makanan pokok dan pelengkap. Makanan pokok umumnya merupakan sumber karbohidrat (tenaga) sementara makanan pelengkap sumber protein, vitamin, dan mineral.

Dari keduanya, makanan pelengkaplah yang banyak ragamnya. Ada bahan pangan nabati (sayuran, bebuahan, dan kekacangan), ada bahan pangan hewani (daging, telur, dan susu).

Ditinjau dari segi kesehatan, bahan pangan nabati memiliki kelebihan yang tidak dimiliki bahan pangan hewani.

(Baca juga:Anak-anak Cenderung Mengonsumsi Sayur dan Buah-buahan saat Istirahat Sebelum Makan Siang)

Beberapa sayuran dan bebuahan yang cukup kina kenal, seperti labu siam, mentimun, wortel, brokoli, jambu mete, tomat, jeruk, dan melon, merupakan beberapa dari sekian banyak bahan makanan nabati yang sangat baik untuk kesehatan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.

Sayuran dan buah macam wortel, bengkuang, dan jeruk dapat diperas dengan juicer untuk diambil sarinya.

Sedangkan bebuahan macam melon dan tomat dapat dilumatkan dengan mixer atau blender untuk mendapatkan sari bersama seratnya.

Karena jus atau larutan blender tanpa tambahan air merupakan larutan pekat, konsumsi sejumlah 100 ml larutan/hari sudah cukup bermanfaat tanpa menimbulkan efek sampingan seperti rasa kembung.

Cegah yang hiper

Labu siam (Sechium edule) memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida), seperti yang ditunjukkan dalam penelitian menggunakan mencit.

Sayangnya, sampai saat ini belum diketahui senyawa yang memberi khasiat itu. Diduga kandungan serat soluble dalam labu siam mungkin dapat mengikat sebagian garam empedu yang masuk ke dalam usus 12 jari.

Garam empedu merupakan hasil produksi hati yang banyak mengandung kolesterol.

Pengikatan garam empedu akan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dalam usus sambil menghambat penyerapan lemak dari makanan.

Hambatan penyerapan lemak terjadi lantaran untuk menyerap lemak dalam usus, lemak tersebut dapat diemulsikan dahulu oleh empedu.

(Baca juga:Wortel Bisa Mengobati Rabun Jauh Hanya Mitos, Ini Penjelasannya)

Dalam penelitian juga diketahui, penggunaan ekstrak labu siam dengan jati belanda dan kemuning akan menurunkan kadar lemak darah seeara lebih nyata.

Sementara mentimun (Cucumis sativus L.), berkat kandungan kaliumnya yang tinggi memiliki khasiat meringankan penyakit hipertensi, terutama akibat hipersensitivitas terhadap natrium macam garam dapur, vetsin, atau soda kue.

Sari buah mentimun juga dapat dimanfaatkan sebagai minuman penyegar alami.

Cara membuatnya cukup dengan memeras beberapa buah mentimun dengan juicer hingga diperoleh sekitar 100 cc sari buah.

Rasa sejuk dalam mulut yang diberikan sari mentimun dapat mengurangi rasa sakit pada tenggorokan atau luka sariawan.

Sari mentimun juga diyakini oleh sebagian orang sebagai obat peluruh kencing, yang memperlancar buang air kecil sehingga dapat mengurangi beban kerja jantung dan menurunkan tekanan darah.

Pisang bikin tenang

Dalam golongan buah, jambu mete (Anacardium occidentale) bisa diketengahkan sebagai salah satu yang berkhasiat.

Buah yang sebenarnya merupakan tangkai buah yang membengkak sehingga menyerupai buah pir ini ternyata dapat digunakan untuk mengobati sariawan.

Khasiat ini diduga berkat kandungan vitamin C yang sangat tinggi, yaitu bisa mencapai 180 mg/ 100 g buah.

Kadar vitamin C yang pekat berkhasiat sebagai astringen untuk mengerutkan luka sariawan.

Buah yang sering dirujak lantaran rasanya yang masam dan sepat ini dimanfaatkan dengan cara berkumur air perasannya atau dengan mengoleskan air perasan pekat pada luka sariawan.

(Baca juga:Vegetarian Asal Inggris Ini Hanya Makan Sayur dan Buah Mentah Serta 150 Pisang per Minggu, Sehatkah?)

Setelah dioleskan (baik dengan kapas atau cotton buds) akan menimbulkan rasa pedih, tetapi efek penyembuhannya, atau paling tidak pengurangan nyerinya, cukup baik, seperti halnya menggunakan larutan albothyl.

Buah jambu mete sesungguhnya, yang biasa disebut kacang mete, ternyata juga baik untuk kesehatan.

la banyak mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, seperti halnya kacang tanah dan avokad sehingga baik untuk menurunkan kadar kolesterol “jahat” (LDL) dan menaikkan kadar kolesterol "baik" (HDL).

Pisang (Musca paradisiaca) lain lagi. Sahabat kita sehari-hari ini dapat memberikan efek penenang.

Di dalamnya terkandung serotonin yang bila kadarnya meningkat di dalam otak akan memberikan efek penenang tadi.

Namun, karena kandungan tiramin (suatu senyawa yang secara farmakologi mirip norepinefrin) yang berefek spasmolitik sehingga melemahkan peristalsis usus, pemberian pisang pada bayi bisa mengakibatkan penyumbatan saluran cerna (ileus).

Pisang juga mengandung tiramin dan dopamin yang dapat menaikkan tekanan darah. Dopamin merupakan zat antara dalam sintesis norepinefrin yang dalam kedokteran digunakan antara lain untuk menaikkan tekanan darah melalui peningkatan kerja jantung.

Uniknya, pisang juga mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah. Barangkali, kandungan senyawa dan zat yang berlawanan fungsi ini menjelaskan mengapa pisang tidak menaikkan tekanan darah secara nyata.

Dalam The Food Pharmacy oleh Jean Carper, pisang bahkan disebut sebagai makanan mujarab bagi penderita penyakit mag.

Barangkali sifat spasmolitik, yang menurunkan kerja lambung dan mengurangi sekresi enzim serta asam lambung, turut berperan dalam menghasilkan khasiat ini.

Kandungan pektin yang tinggi dalam pisang juga dapat melindungi selaput lendir lambung terhadap pengaruh asam lambung dan enzim (pepsin).

(Baca juga:Inilah 10 Tanda Kemungkinan Ada Kanker Tumbuh Di Tubuh Kita. Periksa Sebelum Terlambat!)

Juga cegah kanker

Sayur dan buah tertentu pun mengandung antioksidan yang dapat diandalkan untuk membantu pencegahan kanker.

Dalam ilrnu gizi, antioksidan dipandang sebagai unsur penting untuk mencegah oksidasi sel berlebihan (superoksidasi).

Superoksidasi dapat merusak sel tubuh sehingga memicu timbulnya penyakit kanker dan kelainan degeneratif seperti arteriosklerosis.

Sayur dan buah kaya antioksidan itu di antaranya wortel, tomat, brokoli, jeruk, dan melon.

Mengapa wortel (Daucus carata)? Karena ia mengandung betakaroten.

Sedangkan tomat karena mengandung antioksidan likopen, sehingga kebiasaan memakan tomat bukan cuma memberikan serat makanan untuk mencegah kegemukan dan dislipidemia, tetapi juga mencegah superoksidasi.

Bagaimana dengan brokoli (Brassica oleracea fa asaparagodes)? Kandungan luteinnya yang bersifat antioksidan itu menyebabkannya terkenal sebagai pencegah kanker di dunia Barat.

Kalau jeruk, ia kaya dengan pektin di dalam kulit tipis pada temberengnya selain mengandung antioksidan flavonoid dalam kulit luarnya.

Karena itulah manisan kulit jeruk atau selai kulit jeruk {marmalade) sering dianggap oleh sebagian pengobat tradisional sebagai makanan pencegah timbulnya penyakit kanker lambung.

Lalu buah melon (Citrullus vulgaris)? Adenosin yang dikandungnya berkhasiat sebagai koagulan.

Adenosin inilah yang membuat melon, meningkatkan kerja aspirin untuk mencegah penggumpalan darah.

Sebenarnya, masih banyak lagi bahan pangan nabati yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti obat jika dikonsumsi dengan benar.

Namun, penelitian masih tetap diperlukan untuk mengungkap potensi tadi.

(Baca juga:Ikan Kembung Lebih Bergizi Ketimbang Salmon, Bisa Bikin Panjang Umur)

Yang pasti, pendapat Hipocrates let food be your medicine and medicine be your food, tidak hanya bisa diterapkan dalam pengobatan era Hipocrates atau pengobatan oriental, tetapi juga dalam dunia kedokteran Barat yang modern saat ini. (Dr. Andry Hartono. D.A.N)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1999)

Artikel Terkait