Advertorial

Studi: Laki-laki yang Menyerang Perempuan via Online adalah Pecundang yang Sebenarnya

Moh Habib Asyhad

Editor

Teori sebelumnya menemukan, laki-laki dengan status lebih rendah dengan dominasi yang juga rendah lebih sering memusuhi perempuan yang dianggap bisa mengancam posisi mereka dalam hierarki sosial.
Teori sebelumnya menemukan, laki-laki dengan status lebih rendah dengan dominasi yang juga rendah lebih sering memusuhi perempuan yang dianggap bisa mengancam posisi mereka dalam hierarki sosial.

Intisari-Online.com -Laki-laki yang menyerang perempuan secara online adalah pecundang yang sebenarnya. Penelitian terbaru membuktikan hepotesa itu.

Sepasang peneliti, dilansir dari TIME, telah meneliti interaksi antara para pengguna dalam 163 game Halo 3.

Percobaan ini untuk menentukan kapan laki-laki paling mungkin menunjukkan perilaku seksis dan anti-sosial terhadap teman perempuan mereka.

(Baca juga:Laki-laki Playboy dan Misoginis Cenderung Mudah Mengalami Masalah Mental)

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS One itu, mereka yang lebih sering kalah dalam permain cenderung punya perilaku lebih buruk kepada perempuan.

Sebaliknya, para pemain yang lihai memainkan konsolnya lebih menghormati perempuan.

Penelitian ini juga mendukung teori sebelumnya yang mengatakan, laki-laki dengan status lebih rendah dengan dominasi yang juga rendah lebih sering memusuhi perempuan yang dianggap bisa mengancam posisi mereka dalam hierarki sosial.

“Sebagai laki-laki yang sering sering mengandalkan agresi untuk mempertahankan status sosialnya, meningkatnya rasa benci terhadap perempuan oleh laki-laki dengan status lebih rendah mungkin merupakan upaya mengabaikan kinerja para perempuan demi mempertahankan status sosialnya,” ujar penulis penelitian itu.

(Baca juga:Penelitian: Anak yang Populer saat SMA akan Tumbuh Menjadi Pecundang saat Dewasa)

Temuan ini juga mendukung banyaknya bukti yang membeberkan fakta bahwa para perempuan kerap menghadapi serangan keras ketika mereka masuk dan berkembang di lini di mana laki-laki biasa mendominasi.

Namun patut disayangkan, penelitian ini tak memberi solusi bagaimana menyelesaikan masalah ini.

Artikel Terkait