Advertorial

Akhir Tragis Molly si Penyihir Bermata Iblis: 'Saya Cuma Pembantu Iblis'

Moh Habib Asyhad

Penulis

Kekuasaannya berakhir di sebuah lorong berlumpur yang gelap di bagian paling kumuh di kota pelabuhan yang riuh rendah itu. Itulah Molly si penyihir bermata iblis.
Kekuasaannya berakhir di sebuah lorong berlumpur yang gelap di bagian paling kumuh di kota pelabuhan yang riuh rendah itu. Itulah Molly si penyihir bermata iblis.

Intisari-Online.com – Namanya Molly dan dikenal ber"Mata Iblis".

Dia menelusuri lorong-lorong gelap St. Louis pada awal abad ke-19, berceloteh seperti orang gila, dan menunjukkan kekuatan tatapan mautnya yang seketika mengakibatkan kematian.

Dia benar-benar makhluk buruk rupa. Rambutnya yang panjang dan kotor, wajahnya penuh dengan bekas cacar air, dan seringkali disertai bercak luka yang bernanah," tulis seorang wartawan dari Timur.

"Reputasinya sebagai penyihir dengan mata setan dimulai di bulan April, 1833, di sebuah kedai minum yang menghadap ke sungai..."

(Baca juga:Sadis! Seniman yang Dijuluki ‘Penyihir Seni Piksel’ Ini Melukis dengan Menggunakan Darahnya Sendiri)

Waktu itu, dia baru saja tiba di St. Louis dari New Orleans dan berjalan terseok-seok ke dalam kedai minum itu. "Siapa yang mau membelikan minuman keras buat nenek tua ini," desisnya.

Orang yang hadir tidak mempedulikan permintaannya.

Penjaga kedai minum itu tidak begitu sabar dan meraih sesuatu di bawah meja barnya lalu mengacungkan tongkatnya kepada pengunjung tak diundang itu. "Cepat pergi ke liang kuburmu," serunya.

"Mata setan ini hadiah untukmu," jawab Molly dengan suara penuh kebencian yang membara. Tubuhnya tiba-tiba bergetar dan badannya berubah menjadi kaku.

Bibirnya yang tipis mendendangkan mantra sihir kuno disertai tatapan menghujam dan terfokus pada penjaga bar yang mengancam dirinya.

Sungguh mengherankan, penjaga bar itu tiba-tiba menjatuhkan tongkatnya, memegang jantungnya, dan terjatuh ke lantai.

Beberapa pelanggan lain bergegas membantunya. "Dia sudah mati," kata mereka.

Lalu mereka berbalik memandang wajah nenek tua yang jahat dan mengerikan itu.

"Ambil botol minum ini dan segera pergi dari sini," kata seorang pelanggan dengan ketus.

(Baca juga:(FOTO) Ada Upacara Voodoo di Mexico!)

Dia menghindari sorotan mata nenek itu dan cepat-cepat mendorong beberapa botol berisi minuman keras di meja bar itu.

Berita tentang sihir dan kematian penjaga bar itu segera tersebar luas di kota itu. Mungkin saja itu suatu kebetulan.

Mungkin saja si penjaga kedai minum meninggal karena serangan jantung yang alami.

Apa pun penalaran mereka, hanya beberapa orang berani menguji kekuatan gelap yang dianggap dimiliki nenek tua itu.

Dalam beberapa jam, dia dijuluki "Putri Setan" dan "Ratu bermata setan." Penjaga toko membayar Molly agar tidak melihat atau menyorot usaha mereka.

Para ibu memberi hadiah kepadanya agar tidak mengganggu. Mereka yang memiliki musuh sesungguhnya ataupun musuh bayangan membayar mahal untuk daya kekuatan mata setannya itu.

"Isteri saya berselingkuh dan ….. " keluh seorang suami usia lanjut.

"Berilah saya sesuatu milik pria selingkuhannya itu, saya akan membuat sebuah boneka voodoo yang ampuh," jawab Molly.

"Apakah yakin hal itu akan berhasil?" tanya suami itu dengan nada cemas.

"Saya mempelajari cara ini dari ratu voodoo tercanggih di New Orleans," sergah Molly sambil menyeruput minuman kerasnya. "Cepat! Berilah sesuatu supaya saya segera membuat bonekanya."

(Baca juga:Di Korea Utara yang Misterius, Bentuk Rumah Harus Seragam dan Tidak Boleh Lebih dari 3 Tingkat)

Rumor yang beredar mengatakan, kekasih isterinya itu meninggal dalam waktu sebulan setelah Molly si nenek sihir membuatkan boneka voodoo itu.

Sederet isteri, suami, dan kekasih dengan harap-harap cemas mencari pertolongan kuasa gelapnya. Molly menyatakan bahwa tidak ada yang aneh di luar kemampuannya.

"Saya cuma pembantu iblis," akunya.

Molly semakin nyaman hidupnya di St. Louis selama dua tahun.

Dia mengutip bayaran atas jasanya dan menghabiskan banyak keping emas untuk membeli minuman keras.

Kekuasaannya berakhir di sebuah lorong berlumpur yang gelap di bagian paling kumuh di kota pelabuhan yang riuh rendah itu.

Pada suatu pagi polisi menemukan jasadnya. Rambutnya yang kotor karena tidak disisir bersimbah darah karena sebuah tongkat keras telah menghantam tempurung kepalanya hingga retak.

Sebuah belati menusuk dadanya dan sebuah salib dari kayu tergeletak di atas tubuhnya yang renta itu.

(Diambil dari Buku Ratapan Arwah; Kisah Nyata Kutukan & Tulah – Intisari)

Artikel Terkait