Intisari-Online.com – Ada beberapa mitos tentang menyusui yang menyulitkan seorang ibu untuk mengikuti usaha menyusui saat ia mengatasi masalah yang mengikuti, seperti pembengkakan payudara, putting susu pecah-pecah, terlalu banyak permintaan untuk menyusui, dll.
Kita mencoba untuk menghilangkan mitos-mitos tersebut dan membantu para ibu untuk memiliki pengalaman menyusui yang lancar. Berikut ini mitos dan faktanya.
Mitos: Bayi baru lahir dan bayi bisa alergi terhadap ASI jika mereka sering menolak menyusu
Susu ibu bergizi dan mudah dicerna dengan sistem pencernaan bayi yang belum matang. ASI mengandung protein alami, lemak, mineral, dan vitamin. Namun, bayi mungkin sensitif bila pada ASI mengandung bahan berlebihan, seperti protein yang bisa didapat melalui makanan si ibu.
Makanan tertentu, seperti kedelai, tahu, dll., terkadang bisa mengubah komposisi susu ibu, yang membuat bayi menolak. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti menyusui. Ubah saja menu makan ibu.
(Baca juga: Anak Presiden Kirgizstan Unggah Foto Menyusui: Memang Kenapa Mengunggah Foto Menyusui di Media Sosial?)
Mitos: Ibu harus berhenti menyusui anak Anda setelah usia enam bulan
Ini bukan paksaan, tapi pilihan. Menurut WHO, Ibu bisa tetap menyusui anaknya sampai usia dua tahun. Ingatlah bahwa sistem kekebalan tubuh bayi belum matang dan masih berkembang.
Meski sudah disapih, ASI tetap menjadi sumber utama bagi bayi. Susu ibu terus melengkapi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh selama diberikan.
Mitos: Menyusui terjadi secara alami tanpa adanya cegukan awal
Meski dianggap hal alami, tapi mungkin memerlukan usaha baik dari ibu dan bayi. Banyak bayi mungkin yang tidak bisa mengunci payudara dengan benar. Namun, ini tidak boleh mematahkan semangat ibu untuk menyusui.
Dukungan dan konseling dapat membantu membangun ikatan ibu dan bayi yang tepat dan memulai menyusui.
(Baca juga: (FOTO) Kejadian Langka di Tanzania: Singa Menyusui Macan Tutul)
Mitos: Ibu baru tidak menghasilkan cukup susu
Pada hari awal, ibu menghasilkan kolostrum yang berwarna kekuningan dan berfungsi sebagai makanan pelengkap pertama sebelum menghasilkan susu matang.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR