Intisari-Online.com -Belum lama ini seorang guru besardi Institut Pertanian Bogor (IPB), Clara Meliyanti Koesharto. membuat tepung kaya gizi.
Ide tersebut berangkat dari kegelisahannya tentang masih masalah gizi yang terjadi di negeri ini.
Tepung kaya gizi ini ia bikin dari bahan campuran pupa ulat sutra dan ikan lele.
(Baca juga:Keluarga di Amerika Serikat Menemukan Ulat Bulu Raksasa dengan 'Tanduk Setan' di Punggungnya?
Mungkin ada yang jijik dengan wujud ulat sutera, tapi percayalah serangga ini kaya gizi.
Pupa ulat sutera yang dibuat menjadi tepung bahan pangan itu diberi label sebagai Pury dan telah mendapat paten.
Usaha ini disambut baik oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai salah satu produsen sutera terbesar di Indonesia.
Selama ini pupa ulat sutera tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah dalam industri kain sutera.
Langkah intervensi gizi yang dilakukan Prof Clara tersebut bukanlah kegiatan baru, selain melirik sumber protein ia juga telah mengembangkan teh dari daun murbei, sari buah murbei, dan klorofil dari daun murbei.
Yang menjadi titik fokus dari riset ini adalah manfaat yang dapat diambil dari bahan-bahan lokal sekitar masyarakat sebagai sarana perbaikan kualitas gizi dan kualitas kesehatan masyarakat.
(Baca juga:12 Cara Menarik Mengonsumsi Biji Chia yang Kaya Gizi: Jadikan puding)
"Masih banyak potensi yang dapat dieksplorasi dari kegiatan pengembangan ulat sutera ini," ujarnya.
Sumber pangan lain yang diangkat oleh Prof Clara yaitu ikan lele.
Ikan lele atau dalam bahasa latin bernama Clarias gariepinus pada ukuran tertentu tidak disukai untuk dikonsumsi sehingga tidak terjual, padahal nilai gizi ikan lele masih sama.
Melihat peluang tersebut, ia mengembangkan juga tepung lele untuk dijadikan biskuit lele padat gizi sebagai pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita.
Ternyata dari pengolahan biskuit lele yang dipasarkan dengan nama "Biskuit Clarias" tersebut didapatkan minyak ikan lele yang mengandung Omega 3 dan asam amino yang baik bagi kesehatan manusia.
Pengembangan minyak ikan ini diteruskan ke ranah bisnis dalam produksinya sebagai langkah strategis intervensi gizi masyarakat dan pengembangan pangan terbarukan.
(Baca juga:Jangan Pilih Tepung Terigu yang Sama untuk Membuat Roti, Cake, atau Bakwan Jika Ingin Hasilnya Bagus)
"Saya berharap sumber daya alam lokal Indonesia dapat ditangkap sebagai potensi yang belum termanfaatkan dengan maksimal," ujarnya.
Dalam menghadapi tantangan krisis pangan global dan penanganan masalah gizi nasional diperlukan integrasi, koordinasi, dan komunikasi dari berbagai pihak. Sehingga penanganan masalah gizi mulai dari janin dalam kandungan hingga usia lanjut dapat diatasi dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
(Artikel ini pernah ditulis di Tribunnews.com dengan judul "Tepung Kaya Gizi Buatan Guru Besar IPB Ini Bahan Dasarnya Pupa Ulat Sutera dan Lele")