Intisari-Online.com- Masih ingat dengan kebun bungaAmaryllisyang sempat menghebohkan warganet pada tahun 2015 lalu?
Meski bukan musimnya, kebun milik Sukadi (46) di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul,Yogyakarta, sudah dipenuhi warna oranya karena mekarnya bunga.
Kebun bunga tersebut jika dari arah Yogyakarta berada tepat di jalur Yogyakarta - Wonosari. Sebelum jembatan Kali Pentung, kanan jalan di samping bebatuan, masyarakat bisa melihat tumbuhan bunga Amaryllis yang oleh masyarakat setempat diberi nama Puspa Patuk.
Sukadi mengatakan dirinya menanam sekitar 500.000 bunga Amaryllis. Setiap umbi bisa tumbuh hingga dua sampai tiga batang. Namun untuk bulan Juli ini belum mekar semuanya, karena seharusnya mekar akhir November hingga pertengahan Desember.
"Tahun 2016 memang tidak berbunga karena tingginya curah hujan di sini. Tahun ini sudah mulai mekar, tetapi belum semuanya," tutur Sukadi, Senin (17/7/2017).
(Baca juga:Ini Tanggapan Pemilik tentang Rusaknya Kebun Bunga Amaryllis yang Ramai di Media Sosial)
Dia menceritakan, taman bunga tersebut sebenarnya hanya berupa pekarangan miliknya. Namun ternyata, taman bunga ini menarik perhatian wisatawan.
Taman ini luasnya sekitar 3.000 meter persegi. Sukadi yang sudah mulai membudidayakan Amaryllis sejak 2002 ini mengaku awalnya tanaman ini hanya gulma. Lalu dia meminta ke tetangga untuk ditanam sebagai upaya melestarikan.
"Lahan awalnya 2.350 meter persegi, diperluas 700 meter, total sekitar 3.000-an meter," imbuh dia.
Untuk mengantisipasi kerusakan akibat terinjak wisatawan yang ingin berfoto, Sukadi menyiapkan jalur khusus. Untuk berfoto tak dipungut biaya, Anda hanya perlu membayar parkir kendaraan.
Wisatawan bisa membawa pulang bibit Amaryllis seharga Rp3.000 per biji. Untuk satupolybag,harganya Rp7.000 isi tiga. Untuk menyediakan bibit, Sukadi membuat kebun di wilayah Kanigoro, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul.
(Baca juga:Kejarlah Sego Abang Hingga ke Gunung Kidul)
"Seminggu lalu, ibu Boediono (Herawati Boediono, istri mantan Wapres Budiono) sempat ke sini membeli bibit," ujarnya.
Sementara Bupati Gunungkidul, Badingah, mengatakan bahwa bunga tersebut dilestarikan secara swadaya oleh salah satu warga dan dikelola secara mandiri. Ke depannya, bunga tersebut bisa ditanam di pekarangan warga Patuk sehingga diharapkan pintu masuk Gunungkidul penuh dengan bunga.
"Saya berharap setiap pekarangan warga di Patuk menanam bunga Amaryllis. Khususnya halaman rumah warga. Untuk merealisasikan ini, kami sudah bekerja sama dengan kecamatan, dengan mengembangkan bunga Amaryllis di Desa Salam (Patuk)," katanya.
Sukadi pun bakal bekerjasama dengan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta untuk bersama-sama melestarikan bunga Amaryllis.
"Selain itu bisa menambah penghasilan warga, bisa menjual ke wisatawan yang lewat. Atau bisa memperoleh dari hasil parkir," ulasnya.
(Baca juga:Suratimin, 'Menggila' di Tengah Kegersangan Gunungkidul)
Camat Patuk, Haryo Ambar Suwardi mengatakan beberapa orang warga sudah membuat motif batik dan sudah mendapatkan hak paten.
Batik tersebut sudah dipasarkan dengan harga Rp125.000 per lembar.
Saat ini batik sudah dibuat di sentra batik Desa Tancep, Kecamatan Ngawen.
"Sudah ada batik motif bunga Amaryllis, ke depannya akan dipasarkan lebih luas sebagai oleh-oleh khas Kecamatan Patuk," katanya.
Salah seorang wisatawan, Wahyu, mengaku selain membeli bunga Amaryllis dirinya juga membeli selembar batik motif bunga tersebut.
"Batiknya unik dan belum banyak yang memiliki modelnya," ucapnya.
(Markus Yuwon)
Artikel ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul : Kebun Bunga Amaryllis Kembali Mekar, Tolong Jangan Dirusak...