Suratimin, 'Menggila' di Tengah Kegersangan Gunungkidul

Moh Habib Asyhad

Editor

Suratimin, 'Menggila' di Tengah Kegersangan Gunungkidul
Suratimin, 'Menggila' di Tengah Kegersangan Gunungkidul

Intisari-Online.com - Di antara empat kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul adalah yang paling gersang. Kondisi geografisnya yang berada di Pegunungan Seribu menjadikan struktur tanah di sana begitu kering.

Tak ayal, kondisi ini membuat beberapa penduduknya bertindak kreatif untuk menyiasati kondisi yang sedemikian rupa. Suratimin, 41 tahun, salah satunya. Rasanya tidak berlebihan jika menyebutnya pendekar hutan rakyat di kawasan gersang itu. Sekira tahun 2008, Desa Kawasan Konservasi Semoyo (DKKS) didirikan oleh Suratimin. Sekarang, lembaga ini telah menjadi salah satu rujukan banyak pihak untuk belajar mengelola hutan rakyat, lahan pertanian, dan pembangunan kemandirian petani.

Satu hal yang menjadi alasan Suratimin mendirikan DKKS adalah kondisi alam, khususnya hutan, yang sangat memprihatinkan. “Laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan kayu, pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, membuat kondisi hutan semakin memburuk,” ujar Suratimin. Bersama dengan masyarakat sekitar, desa konservasi akhirnya didirikan.

Secara garis besar, hutan konservasi ini bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan yang kian parah. Selain itu, masyarakat juga diharap bisa bergerak untuk terus belajar mengelola potensi lokalnya dalam upaya meningkatkan taraf ekonomi. Tak hanya itu, pelestarian sumber-sumber mata air juga bisa terus dijaga dengan program ini. Sekaligus menjadi laboratorium alam dalam melestarikan lingkungan hidup yang berporos pada kearifan lokal masyarakat setempat.

Saat ini, luas kawasan konservasi ini telah mencapai 576,3 hektar, 493,2 hektarnya adalah hutan rakyat. Sisanya berupa persawahan, tegalan, dan pekarangan. (Mongabay Indonesia)