Apakah sepak terjang PMC yang saat ini beroperasi di 50 negara seperti Irak, Afghanistan, Sierra Leone, Haiti, Congo, Angola, dan lainnya dengan nilai kontrak lebih dari 100 milliar dollar AS memang seperti itu?
Jika mengaca pada peristiwa dan kebrutalan para personel PMC yang berlangsung di medan tugas imej buruk mereka rupanya tetap belum berubah.
Sebagai contoh aksi pembantaian 28 warga Irak yang dilakukan oleh personel Blackwater di lapangan Al Nisour Square, Baghdad (16 September 2007) atau pembunuhan sejumlah warga Irak dalam bentrokan tak seimbang di Green Zone pada akhir tahun 2006 memang masih mencerminkan kebobrokan moral mereka
Atau para personel Triple Canopy yang membuat pusing para petingginya dan juga pemerintah AS karena mereka memiliki pameo harus membunuh minimal satu orang Irak sebelum pulang. Akibatnya Triple Canopy buru-buru memulangkan hampir semua personelnya dari Irak sebelum pameo mereka mewujud menjadi ladang pembantaian.
Doktrin ‘’harus membunuh’’ itu setidaknya memang masih mencerminkan bahwa personel PMC sangat berbahaya.
Untuk mencegah terjadinya kebrutalan oleh PMC sejumlah lembaga yang bertugas merekrut dan mengirim PMC memang sudah sepakat mendirikan organisasi yang berperan sebagai pengontrol sepak-terjang PMC.
Lembaga itu antara lain International Peace Operations Assosciation (IPOA) dan British Association of Private and Security Companies (BAPSC).
Kedua lembaga pengontrol PMC itu telah memanggil Blackwater untuk melaksanakan penyelidikan atas peristiwa pembantaian di Al Nisour Square.
Namun, rekasi Blackwater ternyata tak mau kompromi. Mereka menolak permintaan penyelidikan oleh IPOA dan BAPSC serta langsung memutuskan keluar dari organisasi.
Publik AS yang sempat berdemo dan Presiden AS , Barrack Obama, yang sempat menyatakan akan mengurangi jumlah PMC di medan perang ternyata tidak berpengaruh banyak.
Lagi-lagi muncul pernyataan negativ akibat sikap Blackwater yang seolah kebal hukum dan merasa memiliki ijin membunuh itu. .
Dalam bukunya, Blackwater : The Rise of the World’s Most Powerfull Mercenary Army, Jeremy Scahill menyatakan PMC merupakan pembunuh professional di dunia yang beroperasi tanpa takut kepada konsekuensi hukum tapi sekaligus masih merupakan kekuatan yang paling diminati khususnya di medan tempur yang diciptakan oleh AS.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR