Misteri Suara Hati Si Kembar: Benarkah Tak Hanya Fisik, Tapi Nurani Mereka Juga ‘Kembar’?

Ade Sulaeman

Editor

Yvonne dan Yvette McCharter kembar siam dari AS
Yvonne dan Yvette McCharter kembar siam dari AS

Intisari-Online.com – Kembar – terutama kembar siam dan kembar identik - kerap membetot perhatian banyak orang.

Benarkah di balik banyak kemiripan fisik mereka tersembunyi pula keserupaan suara hati nurani?

Dalam kisah dua pasang kembar berikut ini tersimpan jawabannya.

Suatu hari di bulan Januari 1993.

Semilir angin sisa musim dingin masih berembus sejuk di Long Beach, Kalifornia, AS. Yvonne dan Yvette McCarther (43), manusia kembar siam yang dempet di kepala bagian atas, ditemukan telah meninggal dunia di apartemennya.

(Baca juga: Luar Biasa! Akhirnya Bayi Kembar Siam di Kepala Ini Bisa Dipisahkan dan Hidup Normal)

Padahal, tak lama lagi mereka bakal diwisuda sebagai ahli keperawatan.

Beberapa hari belakangan orang di sekitar tempat tinggalnya masih melihatnya jalan berdua.

Betapapun banyak orang memandangnya dengan iba, Yvonne dan Yvette seakan tak merasa tersiksa dengan posisi jalannya yang menyerupai jembatan.

Bergerak serentak secara sempurna. Kaku dan - maaf – mirip kepiting.

Benarkah ada orang yang tega menghabisi nyawa mereka? Mengapa pula harus kedua-duanya?

(Baca juga: Pin dan Pan, Dua Bocah Kembar Siam yang Tak Mau Dipisahkan Satu dari yang Lain)

Tarikan napasnya sama

Begitu Yvonne dan Yvette dilahirkan, Ny. Wiilie McCarther langsung menerima vonis dokter. Bayi kembar siam ini pasti tak akan bisa hidup lebih dari 5 tahun! Bahkan, kemungkinan besar, sebelum bisa merangkak pun mereka sudah akan menemui ajal.

Kalaupun bisa bertahan hidup, mereka diperkirakan akan mengalami kemunduran mental. Otak mereka memang tidak saling dempet, tapi kecacatan mereka – masih menurut dokter - sudah sangat parah.

Makanya, dokter lalu menyarankan Ny. McCarther (waktu itu janda 38 tahun dengan 5 orang anak kakak-kakak si kembar) agar memisahkan bayinya. Hingga secara personal bayinya akan memiliki status hukum sendiri-sendiri.

Khawatir akan akibat fatal pembedahan bagi salah seorang atau kedua anak kembar siamnya, Ny. McCarther menolaknya.

"Tuhan sudah memberikan mereka kepada saya," sambutnya, "saya yakin la juga akan menunjukkan pada saya jalan untuk membesarkannya."

Sejak itu kehidupan Yvonne dan Yvette McCarther berjalan rapat dalam kungkungan kekhawatiran ibunya. Ny. McCarther sangat melindungi mereka dari tatapan dan cemoohan orang.

Mereka diajar secara pribadi di rumah dan dibiasakan mengisi hari-harinya dengan menonton siaran televisi.

Sekalipun demikian, pernah juga mereka diikutkan atraksi sirkus selama 2 tahun, dengan bayaran yang digunakan untuk membiayai pengobatan mereka.

Bahkan, pada usia 6 tahun mereka sudah sering tampil di muka umum. Menyanyikan lagu-lqgu rohani bersama kelompok penyanyi ternama.

Tak tanggung-tanggung, hampir semua daerah di seantero AS sudah mereka jelajahi. Karier mereka dalam bidang tarik suara ini berjalan cukup lama dan mulus, sampai kemudian mereka memutuskan untuk kuliah.

Kedua bersaudara ini hanya bisa saling tatap lewat cermin. Banyak orang yang ditemui di jalan kerap memandang mereka dengan tidak bersahabat, bahkan melontarkan kata menyakitkan.

"Tapi, tanggapan Yvonne dan Yvette sungguh sulit dicari tandingannya," puji Pendeta John Shepherd, kawan dekat keluarga mereka.

Sepertinya mereka bisa saling bicara secara naluriah. Buktinya, ketika salah seorang hendak berbicara, yang lain mengantisipasinya dengan tidak berucap sepatah kata pun.

Hingga setiap perkataan yang keluar dari mulut si kembar siam ini tak pernah saling berbarengan. Ibu mereka malah meyakini kalau keduanya bisa saling membaca perasaan masing-masing.

Yang bikin heran, dalam soal makan, minum, dan merokok mereka justru melakukannya secara bersamaan.

Yvonne dan Yvette selalu menarik napas, mengunyah, dan minum sama persis seperti mesin. Mereka pasti selesai tepat pada saat yang sama! Ketika hal itu ditanyakan pada mereka, jawabannya terhyata ringkas saja,

"Mungkin itu karena kesempurnaan alam bawah sadar kami."

Pakaian yang mereka kenakan pun persis sama, mulai dari puncak kepala sampai ke ujung jari kaki. Bahkan, saku mereka juga berisi satu set barang yang sama.

Mulai dari botol vitamin sampai dompet yang berisi foto-foto yang juga sama. Tapi, biarpun begitu, ibunya selalu menekankan bahwa mereka adalah pribadi yang berbeda.

Separuh tubuh masuk toilet

Ketika kondisi Ny. McCarther memburuk, "hingga terpaksa masuk panti wreda, mereka terpaksa hidup tanpa perlindungan lagi. Tapi, itu justru bagai sebuah anugerah bagi mereka. Kinilah saatnya mereka bebas menentukan jalan hidup.

Yvonne dan Yvette lantas mendaftarkan din ke Compton College. Mujur. Tak lama kemudian mereka menerima jawaban penerimaan. Mereka secara serentak, seperti biasanya dalam segala hal jadi sadar.

Rupanya ada dunia lain di luar "kuliah" yang diberikan ibunya dan acara-acara TV yang biasa mereka tonton sampai dini hari.

Guna mengejar ketinggalannya, lantaran kemampuan akademis mereka mengganggur bertahun-tahun, mereka bertekad memperdalam dasar bahasa Inggris dan matematika.

Syukurlah institusi banyak membantu. Mereka secara khusus memesan sebuah meja bundar berikut sepasang kursi tak bersandaran lengan yang mudah dipindah-pindahkan buat Yvonne dan Yvette.

Yang menyulitkan, toilet kampus ukurannya kelewat kecil buat mereka berdua. Makanya, ketika Robert Butler, direktur akademi, menawarkan kamar mandi kantor di ruang kerjanya, mereka antusias menyambutnya.

"Mereka memandang saya dengan tercengang selama beberapa saat,” kenang Butler.

Lantas Yvonne tersenyum lebar, sementara Yvette menjawab dengan jenaka sambil terkekeh-kekeh, "Oh ya?! Terima kasih. Berarti kami bisa lepas dari tempat yang cuma muat untuk separuh tubuh kami."

Baik Yvonne maupun Yvette sama-sama pecandu berat kopi dan rokok. Soal tidur, mereka berdua mengaku sama sulitnya. Keduanya hampir tiap malam terjaga sampai dini hari dan baru tidur saat subuh.

Karena itulah mereka sering telat bangun di siang hari. Hanya sifat mereka yang berbeda. Yvette orangnya tenang dan pemalu, sedangkan Yvonne lebih ramah.

Kalau Yvette doyan makan, Yvonne sebaliknya. Dialah yang kerap protes atas tindakan kembarannya itu, "Bikin badan kita tambah berat saja."

Menurut batasan kedokteran, mereka dikenal sebagai kembar kranifagus (dempet kepala). Salah satu jenis kembar siam yang paling jarang ditemukan.

Tubuh, otak, dan organ lain mereka memang berbeda, tapi sistem sirkulasinya menjadi satu. Rupanya inilah biangnya kenapa kematian mereka terjadi secara bersamaan.

Namun sejauh itu proses kematiannya tetap terjadi secara wajar.

Saat-saat terakhir ketika Yvonne dan Yvette pergi menghadap Tuhan, pasangan Ronnie dan Donnie Gaylon (37) menatapnya bisu dari balik bingkai.

Itulah foto yang disimpan baik-baik oleh Yvonne dan Yvette di kamarnya yang cuma berisi sebuah ranjang sederhana.

Merekalah kini satu-satunya pasangan kembar siam dewasa yang diketahui masih hidup dan masih dempet.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1993)

Artikel Terkait