Malam hari diobral
Jam buka warung-warung ini mengikuti jam buka pasar, yaitu 09.00 - 22.00. Meskipun jam bukanya seharian penuh, Titik, salah satu penjual, menjamin bahwa dawet di Pasar Blauran ini tidak basi di malam hari.
Padahal, umumnya dawet hanya tahan setengah hari jika tidak disimpan di lemari es. Ternyata rahasianya terletak di cara memasaknya.
"Jenang dan santan harus dimasak sampai benar-benar tanak (matang) menggunakan api sedang," katanya berbagi rahasia.
Jenis makanan dan jajanan yang ditawarkan para penjual memang mirip satu sama lain.
Karena jumlah penjualnya cukup banyak, jajanan pasar ini sering tidak habis terjual semuanya. Padahal, jajanan-jajanan ini kebanyakan hanya tahan satu hari.
Lalu bagaimana nasibnya kalau tidak habis?
"Daripada tidak laku, mendingan dijual murah, soalnya besok juga sudah bau," kata Titik.
Pada pukul 20.00, biasanya jajanan pasar ini diobral setengah harga. Jadi, kue yang harga rata-ratanya di pagi hari Rp 1.500,-, di malam hari dijual Rp 750,-. Bahkan ada pula yang diobral habis-habisan hingga harganya terjun bebas tinggal Rp 500,-.
Sebagian jajanan yang cepat basi, misalnya karena mengandung santan, bahkan harus dibuang hari itu juga jika tidak laku. "Kalau sampai kecut, bisa-bisa pembeli enggak kembali lagi," kata Siti, penjual yang lain.
Di kalangan masyarakat Suroboyo, obral kue ini menjadi acara yang ditunggu-tunggu. Tak jarang, mereka yang "obral-minded" sengaja menunggu datang sore hari. Biasanya acara obral ini hanya berlangsung 15 menit. Dalam tempo singkat itu, aneka jajanan ini segera ludes. (Ana/Koes)
(Seperti dimuat dalam Buku Wisata Jajan Surabaya – Intisari)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR