Advertorial

#LovingNotLabelling, Ini Ilmu, Manfaat, serta Keseruan yang Didapat di Acara Coaching Clinic Hypnotalk

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Tak banyak yang sadar, pujian-pujijan ternyata bisa merujuk pada tindakan labelling yang justru berpengaruh negatif pada perkembangan diri anak.
Tak banyak yang sadar, pujian-pujijan ternyata bisa merujuk pada tindakan labelling yang justru berpengaruh negatif pada perkembangan diri anak.

Intisari-Online.com -Orangtua mana sih yang tidak ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik, yang sesuai dengan harapannya?

Karena itulah, sering kali kita melibat orangtua memberi motivasi anaknya dengan beragam pujian.

Pujian-pujian itu, diharapkan bisa menjadi doa yang bisa terwujud di masa yang akan datang.

Tapi tak banyak yang sadar bahwa kalimat-kalimat pujian itu ternyata bisamerujuk pada tindakanlabellingyang justru memiliki pengaruh negatifpada perkembangan kualitas dan konsep diri anak.

Menurut Ajeng Raviando, Psi, seorang Psikolog Anak dan Keluarga saat diwawancara Nakita.id, mengatakan, saat ini tindakanlabellingtidak hanya menggunakan kata-kata negatif seperti ‘malas’, ‘nakal’, ‘bodoh’, tetapi juga kata-kata positif, seperti ‘cantik’, tampan, ‘pintar’, dan lainnya.

Ia bahkan mengaku, saat ini lebih sering menemui orangtua melabel anaknya dengan kata-kata yang positif dibandingkan dengan kata-kata negatif.

Padahal kedua hal tersebut sama-sama berbahayaterhadap kualitas hidup dan konsep diri anak.

"Mungkin maksudnya orangtua ingin memotivasi anak, sayangnya jikalabellingtersebut tidak sesuai dengan potensi anak justu kasihan untuk si anak. Dirinya tidak tahu potensinya dia dimana,” ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).

Baca Juga :Keseruan Anak Belajar Sambil Bermain di Acara Coaching Clinic Hypnotalk #LovingNotLabelling

Senada dengan Ajeng, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak dan Keluarga, dari Universitas Indonesia, saat diwawancara Nakita.id, menjelaskan bahwa efeklabellingitu tidak melulu negatif, ada juga yang positif.

Labellingbisa memotivasi seseorang untuk mencapai seperti yang diharapkan, sebablabellingsama seperti memberikan label di kaleng makanan.

Di mana kita menempatkan kata-kata tertentu pada seseorang yang seakan-akan memberikan merek bahwa dia adalah seperti itu.

Namun, di balik efek positif tersebut, tersimpan pula efek negatif bila tindakanlabellingdiberikan secara terus-menerus dan tanpa pembuktian.

Baca Juga :#LovingNotLabelling, HypnoTalk dengan Teknik Self Hipnosis, Agar Tidak Melakukan Labelling pada Anak!

“Efek negatiflabellingitu banyak yang negatif. Efek negatiflabellingitu adalah membatasi,” ujar Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina ini saat ditemui di kawasan Depok, Jawa Barat, pada Kamis (13/9).

Nina menjelaskan, setidaknya ada 3 efek negatif yang perlu disadari dari tindakanlabellingpada anak;membatasi minat,membatasi konsep diri, danmembatasi cara orang memperlakukan anak.

Tidak hanya itu, Nina mengatakan bahwa pembatasan tidak hanya dirasakan oleh anak tetapi juga orang disekitar anak.

Penting diingat,“Efeklabellingyang paling signifikan adalah labeldari orangtua dan keluarga, karena bagaimana pun itu adalah lingkungan terdekat anak," pun lanjut Nina,besarnya efeklabellingbukan hanya dari kedekatan terhadap anak, tetapi juga seberapa sering labelitu disampaikan kepada anak.

“Semakin sering itu disampaikan dan intonasinya juga keras, maka itu akan lebih berpengaruh pada anak dibandingkan yang lebih jarang dikatakan dan sambil lalu,” tambahnya.

Para ahli mengatakan, anak yang masih di bawah usia 12 tahun masih sangat mudah terpengaruh olehlabellingyang dilekatkan padanya.

Baca Juga :#LovingNotLabelling, Inilah Penyebab Orangtua Mencap Anak, Stop Labelling!

Untuk itu, Nakita.id mengangkat isu-isu yang kerap terjadi dalam lingkungan keluarga seperti halnya kecenderungan melabel anak di saat anak tidak dapat memenuhi keinginan orangtuanya, yang dapat menjadi doktrin bagi anak dalam mengenali dirinya sendiri.

Oleh karena itu,campaign#LovingNotLabellingdiangkat untuk menyadarkan para orangtua akan bahayanyalabellingpada anak.

"Nakita.id peduli kepada apa yang terjadi tapi tidak disadari oleh para orangtua saat ini, khususnya para Moms, di mana saat orangtua merasa kesal, emosi akan apa yang dilakukan anak, maka orangtua biasanya akan mengeluarkan kalimat yang melabel anak tersebut tanpa disadari, misalkan ketika melihat tulisan anaknya jelek, orangtua akan bilang "kok tulisan kamu jelek banget sih?, nanti begini terus loh selamanya" atau misalkan anak tidak bisa mengerjakan PR, orangtua akan bilang "gini aja kok enggak bisa sih de?"

Baca Juga :#LovingNotLabelling, Terlanjur Melakukan Labelling Pada Anak? Ini yang Harus Dilakukan

Nah, mungkin pada saat itu dikatakan tidak terjadi apa-apa, tidak terjadi anak yang menangis, tapi tanpa disadari itu akan masuk ke dalamsubconsciousanak, akan tertanam kepada kepribadian si anak sehingga anak akan merasa bahwa tulisannya akan jelek terus selamanya atau dia akan merasa dia enggak bisa jadi apa-apa

Nakita.id ingin menyebarkan kampanye bahwa mencintai anak bisa dilakukan dengan salah satu bentuknya adalah tidak mengucapkan kalimat-kalimat yang memberikan label kepada anak tersebut," ungkap David Togatorop, Managing Editor Nakita.id, dalam acaraCoaching ClinicHypnotalk #LovingNotLabellingNakita.id padaSabtu 3 November 2018.

Tidak hanya itu, David juga menjelaskan, agar para Moms yang datang ke acara ini dapat membawa ilmu yang bisa mereka terapkan pada anak dengan tidak lagi melakukanlabelling.

"Para Moms yang datang ke acara#LovingNotLabelling Hypnotalkini datang dengan ekspektasi bahwa mereka bisa mengetahui apa yang menyebabkan mereka melabel anak dan pulang dengan solusinya bagaimana mereka tidak melakukan hal itu

Sepanjang acara para Moms yang berasal dari seluruh Jabodetabek antusias mengikuti sesi penjelasan perkembangan anak, jika bahkan ikut mempraktikkan bagaimana meredam emosi atau bahkan mencoba menyembuhkan istilahnyarebootingatauhealingdiri sendiri apa yang tertanam label pada Moms itu yang mereka rasakan sewaktu mereka kecil dan itu efektif bisa dilakukan dengan mudah sudah dipraktikkan dan cukup berhasil.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Bisakah Moms Melakukan Labelling Untuk Memotivasi Anak?

Lebih dari itu, David menambahkan, kampanye ini akan terus berjalan tidak hanya di tahun 2018 saja tetapi juga pada tahun 2019.

"Nakita.id peduli pada hal seperti ini, dan kampanye#LovingNotLabellingini akan terus berjalan, harapan para Moms ikut memviralkan kampanye ini, karena itu bukan hanya berguna untuk diri Moms sendiri tetapi diharapkan Moms juga menyebarkannya kepada Moms yang lain

Dan Nakita.id akanfull supportkampanye ini baik di akhir tahun 2018 ini maupun sepanjang 2019, Nakita.id akan banyak berbicara melalui artikel-artikel#LovingNotLabelling, juga akan mengadakan berbagai acara untuk membuat Moms tidak melakukanlabellingtersebut.

Campaign#LovingNotLabelling,memangsudahdimulai sejak tanggal 7 September 2018 kemarin Moms.

Baca Juga :[GloryStory] Hati–hati Berucap Pada Anak! #LovingNotLabelling

Puncak acaracampaign#LovingNotLabellingberlangsung tepat pada hari ini, Sabtu 3 November 2018, pukul 09.00-12.00 WIB.

Nakita.id bekerja sama dengan Majalah Kreativitas Mombi mengadakan acaraSharing Session & Coaching Clinicyang bertempat di Ruang Merbabu dan Merapi, Gedung Kompas Gramedia Majalah Unit 1 Lantai 8, Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Topik yang diangkat adalah“Stop LabellingPada Anak!”Kenali MetodeHypnotalkUntuk KendalikanEmosi.

Pesertanya sebanyak 60 Moms dan 60 anak yang terdiri dari 7 komunitas serta peserta luar yang telah mendaftar.

Adapun yang menjadi pembicaranya adalah pakar yang ahli di bidang ini, yaitu;Erfianne S. Cicilia, S.Psi seorang Psikolog Anak danCoach LeaderNunny Hersianna.

Acara ini terbagi dalam 2 sesi, sesi orangtua dan anak-anak.

Dalam sesi orangtua, acara ini dipandu olehKenia Gusnaeni sebagai moderator, dengan rangkaian acara mulai darisharing sessionyang dibawakan oleh Psikolog Anak Erfianne S. Cicilia, S.Psi sebagai pembicara,coaching clinicyang dipandu olehhipnoterapisNunny Hersianna, sebagaiCoach LeaderHypnosis,lalucard writing dan certificate ceremony.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Nia Ramadhani Ungkap Pola Asuh Pada 3 Anaknya

Sedangkan pada sesi anak-anak, dipandu oleh seorangpendongeng, Amelia Sofyan atau kerap disapa Kak Mia, yang terdiri dari berbagai aktivitas sepertistorytelling,kolase, dongeng video, hingga menari dan menyanyi.

Tampak terlihat, ekspresi anak-anak begitu senang dan ceria dengan kegiatan yang dilakukan.

Sementara itu, menurut Psikolog Anak Erfianne S. Cicilia, S. Psi,labellingsendiri merupakan suatu tindakan memberikan label atau ciri atas perilaku anak.

Misalnya saja ketika Moms mengatakan bahwa Si Kecil petakilan atau tidak bisa diam, atau lambat saat tengah bersiap ke sekolah.

Perilaku ini tentu memiliki dampak besar terhadap anak dari mulai efek jangka pendek hingga jangka panjang.

Lalu mungkin ada Moms yang penasaran, apakah tindakan ini bisa dilakukan untuk memotivasi anak?

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Olla Ramlan Bersyukur Tidak Pernah Ucapkan Ini pada Anaknya

Dalam acaraStopLabellingpada Anak#LovingNotLabellingdari Nakita.id pada 3 November 2018, Erfianne mengungkapkan pendapatnya terkait hal tersebut.

Menurutnya setiap ibu sebetulnya memiliki niat yang baik terkait perilakulabelling-nya.

"Sebetulnya tujuan ibulabellingitu pasti untuk hal baik kan Moms, tapi kita tetap tidak tahu proses dan pengalaman yang dialami anak," ujarnya.

Menurutnya setiap ibu sebetulnya memiliki niat yang baik terkait perilakulabelling-nya.

"Sebetulnya tujuan ibulabellingitu pasti untuk hal baik kan Moms, tapi kita tetap tidak tahu proses dan pengalaman yang dialami anak," ujarnya.

Menurutnya sampai seseorang bisa mengubahlabellingmenjadi motivasi untuk hidupnya, prosesnya cukup panjang.

Di sisi lain, menurutCoach LeaderHypnosis, Nunny Hersianna, otak manusia terdiri atas otak limbik yang bisa menyerap apapun informasi, baik yang positif maupun negatif.

Pada acara ini, Nunny Hersiana juga menjelaskan tentangHypnotalk.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Menurut Teuku Zacky Orangtua Harus Hati-Hati Lakukan Ini pada Anak!

Hypnotalksebenarnya berasal dari katahypnodantalk.

Hypnoitu berarti tidur, tapi bukan tidur yang sebenarnya, jadi kalau secara umumhypnotalkitu adalah cara kita berbicara dengan sugesti yang positif terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain," ungkapnya.

Nah,hypnotalkini juga ternyata efektif untuk mencegahlabellingdari orangtua pada anak.

Labellingyaitu memberikan cap pada anak, baik yang bermakna positif atau bermakna negatif.

"Kalu kita sedang melabel anak misal, kok enggak bisa diem' atau 'kok enggak mau membersihkan kamar'.

Baca Juga :[VIDEO] Bolehkah Mengatakan 'Bodoh' Pada Anak? #LovingNotLabelling

Itu kan kalimat yang mempunyai makna negasi, padahal kita bisa loh menggunakan bahasa yang lebih positif melaluihypnotalk.

Misalnya, 'nak gimana ya caranya agar kamarmu lebih rapi'.

Jadi bukan ke arah negatifnya, tapi lebih ditekankan pad hal positifnya," kata Nunny.

Pada akhir presentasinya dalam acara ini, Nunny juga menyampaikan harapannya pada orangtua agar dapat menggunakanhypnotalkuntuk mencegahlabelling.

"Harapannya dengan adanya acaracoaching clinicini, Nunny mengharapkan agar para orangtua tahu mengenai cara untuk berbicara atau berkomunikasi secara baik dengan diri sendiri ataupun dengan anak anak," tambahnya.

Nunny juga berharap acara seperti ini akan diselenggarakan lebih sering lagi untuk memberikan pengetahuan baru pada orangtua.

"Acaranya ini luar biasa terutama denganhastag#LovingNotLabelling, sangat perlu untuk terus dilanjutkan.

Kalau saya lihat daricrowdeddi acara tadi, itu sebenarnya orangtua itu hanya tidak tahu saja, jadi saat Nakita punya ide ini, ini akan sangat luar biasa.

Dan satu hal, edukasi itu sebenarnya tidak bisa dilakukan sekali saja, jadi harus berkelanjutan.

Baca Juga :[VIDEO] Tips Mengatakan 'Malas' Yang Benar Pada Anak #LovingNotLabelling

Dengan cara ini mudah-mudahan Nakita.id bisa makin mengembangkan pemahaman-pemahaman mengenailabellingitu seperti apa," tutupnya.

Dalam pelaksanaannya, banyak yang terlibat dalamcampaign#LovingNotLabelling,diantaranya:

1. Ajeng Raviando, Psi, seorang Psikolog Anak dan Keluarga

2.Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak dan Keluarga, dari Universitas Indonesia

3. Dokter Reisa Broto Asmoro

4. Glory Oyong, Brand Ambassador Nakita.id dan presenter Kompas TV

5. Clefy,bloggerdan penulis buku

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Dokter Reisa Bagikan Tips Memuji Anak Tanpa Membuatnya Merasa Terbebani

6.Erfianne S. Cicilia, S.Psi, Psikolog Anak

7.Nunny Hersianna,Hipnoterapis

8.Kenia Gusnaeni sebagai moderator

9.Amelia Sofyan, seorang pendongeng

Selain itu, Nakita.id juga bekerja sama dengan beberapa komunitas untukcampaign#LovingNotLabellingini, yaitu:

1. SmartMoms

2. Ayo Dongeng Indonesia

3. Homeschooling Tangerang

4. Single Moms Indonesia

5. Indonesia Babywearers

6. Mama Super Bogor Depok

7. Dear Moms Indonesia

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

DokterReisa Broto Asmoro salah satuKey Opinion Leader(KOL) padacampaign#LovingNotLabellingpunsangat setuju dengan gerakan ini.

DukunganDokterReisa Broto Asmoro, bisa dilihat dari unggahannya di instagram @reisabrotoasmoro pada 19 September 2018 lalu.

Begitu juga denganGlory Oyong, yang mendukung penuhcampaign#LovingNotLabelling.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Kebiasaan Orangtua Seperti Ini Membuat Anak Laki-laki Menjadi Feminin, Kisah Nyata!

Pun demikian denganClefy, yang memberikan dukungancampaign#LovingNotLabelling.

Hal ini bisa Moms lihat dari unggahan foto dancaptionyang ia posting pada tanggal 27 September 2018 di instagram pribadinya @clefy_theartganta.

Sementara itu, Ayo Dongeng Indonesia,salah satu komunitas yang ikut terlibat dalamcampaign#LovingNotLabellingjuga turut menyebarkan pesan positif#LovingNotLabelling.

Komunitas ini memposting dalam instagram mereka @ayodongeng_ind, pada 27 September 2018.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

Sementara itu, para Moms yang datang keCoaching ClinicHypnotalk#LovingNotLabelling,mengatakan sangat puas dengan acara yang diadakan Nakita.id ini, karena banyak ilmu baru yang mereka dapatkan.

Natasha, Moms berusia 33 tahun ini, kini lebih paham tentanglabellingpada anak.

"Sekarang sudah tahu gimana caranya meredam labelling ke anak, sekarang sudah kenal paham dan sayangi anak, jadi kenali dulu anaknya, setelah itu kita bisa paham dan bisa mengurangi labelling pada anak," ungkapnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Moms Ike.

Ike mengungkapkan ilmu yang didapatnya sangat menginspirasi.

"Ilmu semuanya yang ada di dalam tadi menginspirasi saya, apalagi saya sebagai ibu baru yang butuh banyak pengetahuan bagaimana mendidik anak, dan ini salah satu program pendidikan pribadi buat seorang ibu seperti saya, terutama tentang labelling, itu sangat melekat sekali dalam kehidupan sehari-hari," paparnya.

Baca Juga :#LovingNotLabelling: Hati-hati, Memberikan Pujian Pada Anak Bisa Berbahaya Bila Dilakukan Dengan Cara Ini

Tidak hanya itu, dengan mengikutiacara ini para peserta akan membawa pulang kemampuan:

* Membangunkedekatananakpadaorangtua, juga sebaliknya

* Membantuorangtuamengenalipertumbuhanpsikologianak

* Membantuorangtuamengontrol emosi

* Menumbuhkankepercayaandirianak

* Dan tentunya kemampuanhypnotalk, supaya bisa menjadiorangtuayang baik untukanakdan membentuknya menjadi manusia unggul, berprestasi, seperti yang diharapan oleh Moms dan Dads.

AcaraCoaching ClinicHypnotalk#LovingNotLabellingjugadidukung oleh:

1. Ajinomoto

2. Babylogy

3. Nutrifood

4. Vidoran UHT

5. Vidoran Gummy

6. Vicenza

7. Dennis Catering

8. Simply

9. Bento Catering

10. Moo Moo Roll Cake

11. KGVC

12.Nunny Hersianna

13. Sweety

14. So Klin

15. Cussons

Artikel Terkait