Perampokan di Daan Mogot: Tembakan Perampok di Kepala Tunjukan Keinginan Membunuh Korban

Ade Sulaeman

Editor

Ilustrasi perampokan
Ilustrasi perampokan

Intisari-Online.com - Perampok, jambret, dan begal yang beroperasi di kawasan Ibukota dan sekitarnya sudah terbiasa membekali diri dengan senjata api baik senjata api pabrikan maupun rakitan.

Kedua jenis senjata api berupa pistol atau revolver itu sama bahayanya karena umumnya menggunakan peluru asli.

Senjata rakitan meskipun tidak sehebat senjata pabrikan jika ditembakkan dalam jarak dekat sangat mematikan.

Para penjahat membekali diri dengan senjata api sebenarnya bertujuan untuk menakut-nakuti korban agar tidak melawan ketika harta bendanya akan dirampok.

(Baca juga: Miris! Perampokan dan Pembunuhan Sadis Terjadi di Lampung, Para Pelaku Masih Berusia Belasan Tahun)

Tapi jika korban melawan, para penjahat yang umumnya gelap mata akan mudah menarik picu senjata tanpa mempedulikan peluru akan menerjang bagian tubuh korban yang mematikan.

Namun jika korban saat ditodong senjatanya diarahkan ke kepala, penjahat bersenjata api itu memang berniat membunuh.

Pasalnya, jarang ada orang yang selamat akibat tembakan senjata api dalam jarak dekat jika diarahkan ke bagian kepala.

Tembakan ke bagian kepala korban sebenarnya merupakan doktrin para pasukan tempur, khususnya sniper.

Tujuan tembakan tepat di kepala adalah untuk memastikan sasaran langsung tewas tanpa sempat memberi perlawanan.

(Baca juga: Perampokan di Daan Mogot: Jangan Melawan, Hal Terpenting untuk Selamatkan Nyawa saat Dirampok)

Dalam serbuan pasukan komando untuk membebaskan penyanderaan, jika komandan memberikan perintah untuk menghabisi para teroris juga dikenal tembakan dua-dua.

Satu tembakan mengarah ke tubuh dan tembakannya lainnya diarahkan ke kepala.

Dalam operasi serbuan pembebasan sandera yang ditawan oleh teroris hanya butuh waktu singkat dan berusaha meminimalisir adanya perlawanan.

Oleh karena itu penyandera yang berhasil dilumpuhkan akan lebih baik dibandingkan penyandera itu luka-luka dan masih bisa melakukan perlawanan.

Para perampok di jalanan rupanya juga membatasi dirinya jika sedang merampok korbannya.

Beraksi cepat dan kabur lebih cepat sebelum orang-orang di sekitarnya menyadari apa yang sedang terjadi.

Umumnya mereka belajar merampok dari film-film laga.

Mereka kemudian mempraktekkan cara perampokan yang berlangsung cepat dan jika memang terpaksa harus membunuh korbannya dengan tembakan di kepala.

Artikel Terkait