Intisari-Online.com – Aristoteles mengira petir itu "angin yang terbakar". Ribuan tahun manusia mengenalnya tapi tak juga memahami.
Selama kurun waktu itu ia seperti dipermainkan oleh "gurauan"-nya yang kadang tak lucu, diteror oleh cahayanya yang menyilaukan, dlbuat heran oleh bentuk, bunyi, serta ulahnya yang aneh-aneh.
(Baca juga:Petir Terganas di Dunia Ada di Indonesia Lo! Ini Dia Lokasinya)
AIan Wheatson sedang terlibat perdebatan sengit dengaan istrinya di dapur. Topiknya bagaimana cara memotong daging yang benar.
Jengkel istrinya tak juga percaya, terlontar dari mulut Wheatson, "Bila aku keliru, biar langit menamparku!" Saat itu juga, "Jedhuerr...!" Seperti menjawab tantangannya, petir menyambar sampai tubuh Wheatson terpelanting ke lantai dapur.
Ini bukan kisah fiktif dalam film horor. Alan Wheatson adalah penduduk Kensham, Bristol, dan pengalaman mengerikan itu dialaminya tahun 1984.
Petir memang seram. Selain selalu terjadi dalam temaramnya cuaca mendung atau gelap pekatnya malam, kilatan cahayanya mengagetkan, suara geledek yang mengikuti tak kurang menyiutkan nyali.
Sampai manusia akan menginjak milenium ketiga, misteri yang menyelimuti petir belum juga berhasil dikuakkan.
Malah deretan peristiwa yang melibatkan Tuan Petir, logis tak logis, seram tak seram, ngeri tak ngeri, terus bertambah.
Dalam setahun, rata-rata terjadi dua serangan petir terhadap pesawat terbang. Meski umumnya tidak berakibat serius, ada juga yang sampai menyulut tangki bahan bakar, merusak tubuh pesawat, dan hidung jet, serta mengacaukan sinyal elektronik di kokpit.
Orang AS mencatat, di negara Paman Sam itu saja petir meminta korban tahunan lebih dari 200 jiwa. Komisi untuk Keamanan Produk bagi Konsumen di Washington menyodorkan data yang jauh lebih menyeramkan.
Di tahun 19984, 100 orang tewas dan 1.100 cedera akibat kecelakaan karena telepon. Boleh jadi sebagian besar dari korban-korban itu terkena serangan petir lewat telepon, meski dapat berakibat fatal pada pemakainya.
(Baca juga:Main Handphone Saat Hujan Rentan Tersambar Petir? Ini Kajian Ilmiahnya)
Ini terjadi pada 18 Agustus 1984 di Prancis. Seorang petugas pemadam kebakaran menelepon rekannya untuk memberi tahu bakal ada badai.
Di jalan itu juga, ada gadis sedang menelepon pacarnya. Siapa mengira nasib keduanya ditentukan satu sambaran petir. Keduanya langsung tewas, sementara pacar si gadis cuma terpelanting akibat entakan listrik dari petir yang merambat lewat telepon.
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1997, dengan judul asli Mengintip Misteri di Balik Petir)