Di Wilayah Ini, Turis Dilarang Memotret Pemandangan yang Indah karena Bisa Memicu Depresi Seseorang

Moh Habib Asyhad

Editor

Di wilayah ini dilarang memotret pemandangan indah
Di wilayah ini dilarang memotret pemandangan indah

Intisari-Online.com – Foto-foto keindahan alam yang tersebar di media sosial ternyata bisa memicu depresi seseorang lo.

Mereka menjadi depresi karena tidak bisa berkunjung ke tempat yang indah tersebut.

(Baca juga:Bebas dari 5,3 Juta Kg Sampah, Beginilah Pemandangan Pantai Versona India Sekarang)

Nah, kondisi seperti itu mendorong pemerintah lokal di Swiss melarang para turis memotret kawasan resort terkenal St. Moritz di Pegunungan Alsp.

Sebabnya, di sana terdapat komunitas Bergün/Bravuogn, yaitu pedesaan di pegunungan yang paling indah di Eropa.

Larangan itu terdengar seperti sebuah lelucon, ya. Faktanya, larangan itu benar-benar diterapkan oleh dewan desa Bergün dan disetujui oleh wali kota setempat.

Sebagai dasar pembenaran dari larangan memotret adalah keindahan alam desa mereka dengan puncak penggunungan sebagai latar belakangnya.

Foto-foto itu dapat membuat seseorang yang melihatnya menjadi cemburu dan depresi.

Bila turis tertangkap tangan memotret keindahan Bergün, mereka didenda sebesar 5 euro atau Rp75.000.

Menurut pernyataan dari otoritas turis Bergün, terbukti secara ilmiah bahwa foto-foto liburan yang indah di sosial media bisa membuat yang melihatnya jadi tidak gembira.

Sebabnya, mereka tidak bisa ke sana sendiri.

(Baca juga:Keren, Gerbang Tol Salatiga Diklaim Sebagai ‘Gerbang Tol Terindah di Indonesia, Saingannya Hanya Ada di Swiss’)

“Bergün sangat indah. Kami tidak ingin orang-orang di luar komunitas kami jadi tidak gembira dengan beredarnya foto-foto pemandangan itu. Kami mengundang Anda dengan hangat untuk berkunjung ke Bergün dan mengalaminya sendiri,” kata Wali Kota Peter Nicolay.

Ia menambahkan bahwa, ia sangat gembira bahwa penduduk di Bergün memiliki kebahagian bagi banyak orang. Itu yang membuatnya bangga.

Meskipun demikian, hal itu tidak terlihat bahwa hukum baru di Bergün yang menyebarkan depresi di kalangan pengguna Facebook atau Instagram karena melihat keindahan desa itu.

Begitu hukum itu menjadi viral di media sosial, banyak yang berspekulasi bahwa itu merupakan sebuah skema marketing. Sebuah teori yang kemudian dikonfirmasi oleh direktur turisme Marc-Andrea Barandun.

“Latar belakang ide ini tentunya agar semua orang membicarakan Bergün. Itu kombinasi keduanya, kami membuat hukum dan sekaligus bertujuan marketing di belakangnya,” aku Andrea Barandun pada situs The Local.

Ia menambahkan bahwa itu tidak membuat semua orang oke-oke saja memotret pedesaan mereka.

Untuk memperlihatkan keseriusan akan hukum tersebit, otoritas Bergün menghapus semua foto-foto desa mereka di akun Facebook dan Twitter.

Mereka juga menyatakan keseriusannya untuk menghapus foto-foto desa di situs tentangBergün.

(Baca juga:Alangkah Indahnya Memiliki Teman Baik Dalam Suka dan Duka)

Jika hukum baru itu hanya sebuah cara promosi, hal itu benar-benar bekerja. Karena orang-orang mulai memposting foto-foto keindahan pedesaan pegunungan Alps begitu berita larangan memotret itu menjadi berita utama di surat kabar.

Beberapa hari lalu, Wali Kota Peter Nicolay menayangkan larangan memotret yang controversial itu dalam sebuah video promosi. Ia menawarkan orang-orang untuk mengunjungi Bergün dengan izin khusus memotret pedesaan mereka.

Ia juga mengingatkan pengunjung untuk berpikir dua kali sebelum menyebar foto-foto itu di media sosial agar tidak membuat teman mereka jadi depresi.

Artikel Terkait