Advertorial

Dongeng Asal-usul Kota Roma: Ketika Dua Anak Kembar Berebut Menjadi Raja

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Sejarah pendirian kota Roma sebetulnya bermandikan darah. Dua putera kembar menuntut tahta untuk masing-masing bisa menjadi raja.
Sejarah pendirian kota Roma sebetulnya bermandikan darah. Dua putera kembar menuntut tahta untuk masing-masing bisa menjadi raja.

Intisari-Online.com – Sejarah pendirian kota Roma sebetulnya bermandikan darah. Betapa tidak. Ketika raja Numitor memerintah di Latium, saudaranya, Amulius, sudah mengincar tahta. Amulius bukan cuma merampas tahta, tapi membunuh juga putera tunggal saudaranya.

Numitor masih mempunyai seorang puteri dan puteri ini, Rhea Silva, dipaksa jadi pendeta oleh pamannya. Tapi Amulius tidak tenteram duduk di Singgasananya, karena dikabarkan bahwa Rhea Silva melahirkan putera kembar.

Konon ayah kedua putera ini Dewa Perang, Mars. Pasti setelah dewasa putera-putera Dewa Perang itu akan datang kepadanya menuntut tahta.

Maka itu Amulius merasa perlu mengambil tindakan. la mnyuruh orang membinasakan Rhea Silva sedangkan seorang hambanya dititahkan membuang kedua anak yang dilahirkan oleh wanita itu kedalam sungai Tiber. Perintah itu dilaksanakan.

Baca Juga : Tanda Jempol ke Atas dan ke Bawah pada Zaman Romawi Kuno yang Bisa Mengirim Gladiator ke 'Neraka'

Dipelihara srigala

Tapi air sungai itu meluap dan ketika surut kembali ternyata kedua anak itu ada ditanah kering dikaki bukit Palatin. Karena sangat lapar, mereka menangis keras-keras. Ketika itu kebetulan seekor srigala betina pergi ketepi sungai untuk minum.

Mendengar suara kedua anak manusia itu ia datang menghampiri. Barangkali dikiranya anak srigala juga sehingga disusui dan dibawa ke guanya.

Beberapa waktu kemudian, kedua anak itu ditemukan oleh seorang gembala biri-biri, Faustulus. Ia menghalau srigala betina itu dan membawa kedua anak itu pulang. Isteri Faustulus merawat keduanya dan mereka dinamai Romulus dan Remus.

Faustulus mengetahui sejarah kedua anak itu, sehingga ketika keduanya dewasa ia memberitahukan bahwa mereka bukan anaknya, melainkan cucu Numitor, raja yang sah. Dengan ditemani oleh ayah angkatnya Romulus dan Remus mendatangi Amulius dan membinasakannya. Numitorpun dipulihkan kekuasaannya.

Baca Juga : Romulus dan Remus, 'Anak-anak' Serigala yang Membangun Keganasan Romawi

Sesudah itu Romulus dan Remus mengambil keputusan untuk mendirikan kerajaan sendiri dan mendirikan sebuah kota dekat tempat mereka dilemparkan ke air. Tapi apakah nama yang harus diberikan kepada kota itu?

Menurut kebiasaan tentu nama saudara yang tertua yang dipakai, tapi mereka bersaudara kembar!

Remus lawan Romulus

Keduanya memutuskan akan menyerahkan keputusan kepada dewa-dewa. Untuk maksud itu Romulus mendaki bukit Palatin dan Remus mendaki bukit Aventin. Mereka berjaga-jaga siang malam, tapi dewa-dewa tidak memberi petanda apa-apa.

Tapi waktu fajar Remus melihat 6 ekor burung elang terbang di angkasa. Pengikut-pengikutnya bersorak gembira. Mereka memberi penghormatan kepada Remus sebagai raja mereka.

Baca Juga : Akhirnya, Setelah Hilang Selama Lebih dari 1.600 Tahun, Kota Romawi Neapolis Ditemukan di Bawah Laut

Tapi pada saat itu pengikut-pengikut Romulus memberi penghormatan yang sama pada saudara kembar Remus itu, karena Romulus melihat 12 ekor burung elang melintas di udara.

Sekarang keadaan tambah sulit lagi. Mana yang dianggap sebagai petanda menjadi raja? Lebih dulu melihat 6 ekor elang ataukah menyaksikan 12 ekor elang sesaat kemudian?

Tampaknya perselisihan dapat diselesaikan secara menguntungkan bagi Romulus, sebab ia segera membangun tembok kota di bukti Palatin. Remus melompati tembok itu dan mengejek: “Beginilah kelak akan dilakurkan oleh musuh-musuhmu!"

Romulus marah besar. “Beginilah mereka akan binasa!" jawabnya membunuh saudara kembarnya. Perbuatan yang dilakukan dalam keadaan mata gelap itu disesali seumur hidup oleh Romulus.

Baca Juga : Tanda Jempol ke Atas dan ke Bawah pada Zaman Romawi Kuno yang Bisa Mengirim Gladiator ke 'Neraka'

Kota orang-orang pelarian dan bandit-bandit

Tapi tembok-tembok kota diselesaikan juga dan bangunlah kota baru yang dinamai Roma, menurut nama Romulus. Tanpa penduduk tentu kota itu tidak ada gunanya.

Untuk mengisi kotanya, Romulus mengeluarkan pengumuman bahwa orang-orang yang sedang dikejar musuh atau dikejar pengadilan akan diterima sebagai warga kotanya bila mereka masuk kesana dan mereka akan dilindunginya.

Lama kelamaan Roma menjadi kuat. Meskipun demikian penduduk sekitarnya memandang dengan merendahkan. Mereka tidak suka bila kaum wanita mereka menikah dengan penduduk kota Roma yang disebut orang-orang Romawi.

“Wanita-wanita yang sesuai dengan kaum priamu ialah budak-budak belian, pencuri-pencuri 2 dan sampah masyarakat, sehingga bila engkau ingin wanita-wanita bagi priamu, engkau mesti menyediakan tempat merdeka bagi wanita-wanita semacam itu", kata mereka kepada Romulus.

Baca Juga : Misterius, Apa Alasan Orang-orang Zaman Romawi Mengubur Mayat dalam Keadaan Kaki Terpotong?

Romulus tidak marah. Bahkan beberapa waktu kemudian ia mengundang tetangga-tetangga yang menghinanya itu untuk menonton pertunjukan-pertunjukan dalam perayaan untuk menghormati Dewa Neptunus. Semua orang tertarik untuk melihat kota baru itu, sehingga undangan diterima.

Orang-orang Sabin terutama datang dalam jumlah besar sambil membawa isteri dan anak-anak mereka. Mereka disambut dengan ramah-tamah oleh penduduk Roma. Tamu-tamu menonton dengan asyik. Tapi tiba-tiba orang-orang Romawi menyerbu mereka. Wanita-wanita muda ditangkapi, dilarikan dan diperisteri.

Gadis pengkhianat dibunuh dengan timbunan perisai

Orang-orang Romawi bertempur dengan suku-suku yang tinggal berdampingan terakhir dengan orang-orang Sabin. Orang Sabin ini cerdik, mereka menunggu sampai benar-benar siap untuk berkelahi.

Yang paling penting bagi orang Sabin ialah merampas benteng yang dibangun oleh Romulus di atas bukit, sebab dari benteng inilah orang-orang Romawi melindungi kota mereka.

Baca Juga : 300 Koin Emas Ditemukan di Italia, Inikah Bukti Runtuhnya Kekaisaran Romawi?

Karena usaha mereka tampaknya tidak memperlihatkan kemajuan, mereka mengadakan hubungan rahasia dengan puteri salah seorang pemimpin Roma. Gadis ini, Tarpeja namanya, ditanyai ingin hadiah apa bila ia membiarkan orang-orang Sabin masuk benteng.

“Berikanlah kepadaku benda yang kaupakai di lengan kiri,” kata gadis itu kepada orang Sabin. Benda itu, sebuah gelang emas. Permintaan itu disanggupi.

Tarpeja membuka pintu kota. Orang-orang Sabin masuk. Tapi mereka bukan cuma memakai gelang emas dilengan kiri, tapi juga perisai. Perisai itu mereka lemparkan kepada gadis pengkhianat itu, sehingga Tarpeja meninggal karena tertimbun perisai.

Konon inilah sebabnya karang di tempat benteng itu berdiri disebut Karang Tarpeja. Bertahun-tahun kemudian menjadi kebiasaan untuk melemparkan pengkhiant-pengkhianat dari atas karang tersebut.

Baca Juga : Pernah Sangat Berkuasa di Dunia, Kekaisaran Romawi Runtuh Karena 4 Hal Ini

Berdamai berkat puteri dan isteri

Di dalam orang-orang Romawi bertempur melawan orang-orang Sabin. Ketika itulah wanita-wanita Sabin yang dulu diculik ikut campur tangan.

Mereka diperlakukan dengan baik oleh suami-suami mereka sehingga sekarang mereka melemparkan dirinya diantara orang-orang Romawi dan orang-orang Sabin, supaja ayah mereka dari saudara-saudara mereka tidak saling bunuh dengan suami mereka.

Ini benar-benar di luar dugaan kedua pihak yang bertempur, sehingga mereka berhenti keheranan. Perundingan pun dilakukan dan mereka berdamai untuk berkumpul sebagai suatu bangsa. Orang-orang Romawipun bertambah dalam jumlah maupun kekuatan.

Pada masa Romulus, kepala keluarga merupakan tuan atas isteri dan anak-anaknya, seperti halnya ia adalah tuan dari pedang dan rumahnya. Kekuasaan benar—benar absolut.

Baca Juga : 7 Senjata Canggih 'Bangsa Barbar yang Biadab' saat Menyerang Bangsa Romawi

la boleh berbuat sesuka hati terhadap isteri dan anak-anaknya bahkan boleh menjuai mereka sebagai budak bila ia mau. Kalau ia membunuh merekapun tidak ada undang-udnang yang melarangnya-

Sekelompok keluarga yang berasal dari leluhur yang sama disebut gens. Mereka dikepalai seorang pater. Kata pater dikenal juga di Indonesia, artinya bapak.

Kaum patricier adalah kaum ningrat Romawi. Mereka dikelompokkan dalam 3 golongan besar yang disebut tribus. Tiap tribus terdiri dari 10 kelompok lebih kecil yang disebut curiae.

Ada golongan penduduk lain yang disebut plebeyer (plebs, dalam bahasa Latin artinya rakyat jelata). Mereka adalah orang-orang yang datang lebih kemudian dari golongan patricier. Mereka banyak yang bekerja di perkebunan.

Baca Juga : Dari Legiun Romawi Hingga Tentara Merah, Inilah 5 Tentara Terkuat yang Pernah Ada di Dunia

Selain itu ada budak-budak yang jumlahnya tidak terlalu banyak, yang dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dan juga ada budak-budak yang sudah dimerdekakan yang disebut liberti.

Dagang tidak boleh, jadi backing boleh

Tidak semua orang patriciet, hartawan. Tapi menurut anggapan mereka mencari uang dengan berdagang adalah hina bagi seorang patricter- Meskipun demikian mereka dapat berdagang dengan cara lain yang dianggap tidak menyentuh derajat mereka, yaitu dengan perantaraan kaum client.

Kaum client sebagian besar pendatang-pendatang yang mempunyai pelindung. Pelindung ini adalah orang patricier. Jika mereka miskin mereka bekerja ditanah pelindung mereka, tapi bila mereka jadi berharta, mereka memberi hadiah pada pelindung-pelindung mereka.

Meskipun orang plebeyer orang merdeka seperti orang patricier, dan boleh berdagang, tapi kaum rakyat jelata ini tidak punja hak-hak yang sama dengan kaum patricier. Hanya orang patricier yang boleh menikah dengan gadis patricier.

Baca Juga : Fabius Maximus Hanya 6 Bulan Jadi Diktator Romawi tapi Sukses Bentuk 2 Legiun Baru

Hanya orang patricier boleh mewariskan hartanya kepada orang-orang yang dikehendakinya dengan jalan membuat surat wasiat. Orang plebeyer tidak mempunjai hak ini. Lagipula hanya orang patricier yang berhak memilih dan hanya mereka yang boleh memangku jabatan dalam pemerintahan.

Budak belian, client dan plebeyer bukan dianggap warga, sebab orang patricier-lah warga tunggal.

Romulus hilang dalam badai

Pemerintahan kota Roma ada dalam tangan raja, senat, dan warga. Raja punya hak menunjuk penggantinya, jadi tidak otomatis turun ke anak. Senat terdiri dari orang-orang tua yang dipilih antara kepala-kepala keluarga patricier. Senat berasal dari kata Latin “senex” yang berarti orang tua.

Tampaknya orangtua-orangtua diberi kehormatan untuk memutuskan di Roma kuno, karena tidak ada keputusan yang bisa dijadikan undang-undang tanpa persetujuan senat.

Baca Juga : Kisah Nero: Kaisar Romawi yang Gila Kemewahan, Tirani, namun Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri

Senat juga merupakan dewan penasihat raja. Bila raja meninggal tanpa menunjuk penggantinya, senat berhak mengangkat seorang raja.

Raja tidak dapat duduk di singgasana sebelum Comitia Curiata memberi perkenan. Inilah peraturan-peraturan yang berlaku pada awal sejarah kota Roma.

Akhir dari Romulus misterius pula. Konon menjelang waktu akan berkumpul dengan dewa-dewa ia mengumpulkan penduduk dalam sebuah pesta suci. Kemudian terjadi taufan dan cuaca gelap. Ketika langit cerah kembali, orang-orang melihat tempat duduk Romulus kosong. (Ditulis oleh Junus Nur-Arif, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1972)

Baca Juga : Menolak Dibinasakan, Ratu Celtic Ini Lepas Amarah & Bertempur dengan Romawi (Bagian 2)

Artikel Terkait