Advertorial
Intisari-Online.com -Dalam suatu debat antar tim pemenangan calon presiden 2019 (10/10/2018), Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Mardani Ali Sera menyebut tentang keberhasilan Prabowo dan Kopassus menaklukan Gunung Everest.
"Prabowo sudah membuktikan kualitasnya, 26 April 1997 ketika tidak ada seorang pun dari Asia Tenggara yang mampu menaklukkan Everest, Prabowo dan tim Kopassus-nya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Itu ciri khas kepemimpinan utama," demikian tutur Mardani.
Pernyataan Mardani ini kemudian ramai dibahas karena dianggap keliru. Sebab pada Eksepedisi Indonesia Everest '97, prajurit Kopassus Asmujiono-lah yang berhasil menginjakkan kaki di puncak tertinggi di dunia tersebut.
Memang, keberhasilan Muji (pangggilan Asmujiono) sendiri tidak mungkin tercapai tanpa Prabowo.
Baca Juga : 5 Fakta Gunung Everest, Gunung yang Sebenarnya Bukan Tertinggi di Dunia
Sebab, Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Danjen Kopassus merupakan sosok yang menggagas ide untuk mengirim rombongan untuk menjadi orang Asia Tenggara pertama yang menaklukkan Everest.
Soal klaim sebagai orang pertama yang menaklukkan Everest sendiri masih kontroversial, sebab ada nama Clara Sumarwati yang dianggap sebagai orang Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Everest.
Terlepas dari kontroversi tersebut, rasanya kita patut menyimak kembali kisah keberhasilan tim Ekspedisi Indonesia Everest '97, khususnya Asmujiono, menggapai puncak dunia.
Kisahnya tertulis dalam artikel berjudul "Sang Saka Akhirnya Berkibar di Puncak Dunia" yang ditulis olehA. Asianto dan Kurniasih T.J. di tabloid Nova edisi 483/X 25 Mei 1997, di halaman selanjutnya.
Baca Juga : (Foto) Kisah Memilukan Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Gunung Everest
---
Atap Dunia, begitu julukan untuk Puncak Everest di Pegunungan Himalaya di perbatasan Nepal-Cina. Nama itu diberikan 1 karena gunung ini memang tertinggi didunia, 8.848 meter.
Masyarakat setempat menyebutnya Chomolungma (Ibunda Dewi Bumi) atau Sagarmatha (Alis Mata Samudera) karena keagungannya.
Status "tertinggi" inilah yang agaknya mendorong banyak pendaki gunung terbaik di dunia berusaha menundukkan Everest, kendati harus melalui perjuangan hidup-mati karena kondisi alam dan cuaca yang teramat ganas.
Baca Juga : Gunung Everest Dipenuhi 12.700 Kg Tinja, Ini Solusi Membersihkannya! Ternyata Cukup Simpel Lho
Indonesia pun tak ketinggalan. Sudah sekian kali berlangsung usaha pendakian Everest, termasuk ekspedisi Indonesia Everest 1997 yang dibentuk atas prakarsa Danjen Kopassus Mayjen (TNI) Prabowo Subianto, Juli96 silam, untuk menyambut HUT ke-45 Kopassus, sekaligus mendahului negara-negara Asia Tenggara lain yang berencana menaklukkan Everest.
Tim pendaki beranggotakan 16 personel dari Kopassus, Wanadri, Mapala UI, FPOK IKIP Jakarta, dan FPTI. Mereka terbagi" dalam dua tim, yakni tim jalur utara dan tim jalur selatan.
Tim jalur Utara terdiri dari Letda Sudarto, Serda Sunardi, Praka Daryowantoro, Praka Tarmudi, Rudi "Becak" Nurcahyo, dan Gunawan "Ogun" Achmad).
Sedangkan tim jalur Selatan (Lettu Iwan Setiawan, Sertu Suparno, Sertu Misirin, Praka Edy Waluyu, Pratu Asmujiono, Pratu Darlin, Galih Donikara, Iwan Irawan, Ripto Mulyono, Sugiarto AR). Mereka dibantu 10 orang tim pendukung.
Hasilnya, Sabtu (26/4) lalu, Lettu Iwan Setiawan (29), Sertu Misirin (31), dan Pratu Asmujiono (26), ketiganya dari tim Selatan, berhasil menancapkan Sang Saka Merah Putin di Puncak Everest.
Tak kurang dari Presiden Soeharto menyampaikan ucapan selamat melalu Pangab Jendral (TNI) Faisal Tanjung yang menjemput para pendaki ke Kathmandu, Nepal. Kepulangan mereka ke Tanah Air, Selasa (13/5) lalu juga disambut langsung oleh Mayjen Prabowo.
Baca Juga : Selain Banyak Sampah, Ini Masalah Lain Saat Daki Gunung Everest
Kacamata Hilang
"Saya namai anakmu Arya Everest Setiawan. Artinya kurang lebih, seorang satria yang lahir saat ayahnya membuktikan kesetiaan dalam tugas di Everest."
Begitu diucapkan Mayjen Prabowo pada Lettu Iwan Setiawan, saat menyambut kedatangan tim pendaki. Istri Iwan, Betty Sri Supartini (27) memang tengah mengandung 8 bulan. Bagaimana kalau bayinya perempuan? "Tinggal diubah saja jadi Aryati Everest Setiawati," jawab Iwan bahagia.
Betty pun tak kalah senang. Ia bertutur, selama Iwan bertugas, selalu ada kontak batin antara dirinya dengan Iwan.
"Kalau Mas Iwan dapat masalah di lapangan, saya dapat mimpi. Terus, si kecil di dalam perut ikut gerak-gerak. Biasanya saya langsung berdoa. Alhamdulillah, Mas Iwan kini bisa kembali dengan selamat," kisah Betty.
Dituturkan Iwan, keberhasilannya semata-mata berkat disiplin, kerja keras, dan doa bangsa Indonesia.
"Bayangkan saja, khusus tahun 97 ini baru tim dari Indonesia yang mencapai puncak Everest. Padahal dari sisi Selatan ada 14 negara yang juga melakukan pendakian. Dan sepengetahuan saya sudah 10 pendaki mereka tewas."
Iwan juga percaya, berkat doa pula ia mampu bertahan 4 jam tanpa kacamata salju yang hilang saat ia terjatuh. Padahal, umumnya, "Kalau lebih dari 4 menit menatap salju tanpa kacamata, kita bakal kena snow blind (kebutaan karena pantulan cahaya matahari yang sangat kuat dari lapisan salju, Red.)."
Mungkin karena itu pula, Iwan nyaris tak percaya bahwa dirinya sudah tiba dengan selamat di Tanah Air. "Saya langsung menyantap makanan kegemaran saya, ayam bakar. Di sana ada juga, tapi rasanya lain. Jauh lebih enak di sini," ujar Iwan sambil tertawa.
Simak kisah Asmujiono menggapai puncak dan harus menginjak-injak mayat dalam perjalanannya di artikel berikutnya.
Baca Juga : Jadi yang Pertama Taklukkan Puncak Everest, 2 Pendaki Ini Menjadikan Permen Mint sebagai Kunci Asupan Tubuh!