Advertorial
Intisari-Online.com -Boleh jadi, Bernardus Joseph Te Victoria tak pernah bermimpi punya bisnis sendiri. Menjejak di Ibukota sebagai seorang office boy, kini dia jadi bos dari sejumlah usaha.
Jos, panggilan akrab Bernardus, membangun empat bisnis dibidang teknologi. Semua bisnis ini, ia bangun satu per satu sejak 2013 lalu.
Yang pertama adalah Numedia. Perusahaan jasa push konten digital ini resmi meluncur pada 2016 lalu. "Persiapannya memang butuh waktu yang lama karena sulitnya menyiapkan sistem teknologi," kata Jos pada KONTAN.
Sekedar info, Numedia menawarkan jasa push konten digital melalui jaringan internet. Dengan teknologi ini, klien bisa memutar video promosinya secara bersamaan di seluruh daerah.
Baca Juga : Deretan Foto Warga yang Menjarah Mall dan Toko Setelah Gempa dan Tsunami di Palu
Ide bisnis ini berawal dari masalah para pelaku usaha yang kesulitan memastikan video promosinya bisa diputar diseluruh gerai. Sebab, membutuhkan waktu yang lama untuk pengiriman konten lewat USB atau DVD.
Sampai, jasa push konten ini sudah melayani 800 titik dari Aceh sampai Papua. Kliennya pun didominasi perusahaan ritel dan kafe.
Setelah Numedia, bisnis-bisnis lain segera menyusul. Antara lain, Numotion (agency production), Kamubisa.com (website TV berkonten segala tutorial) dan Goline (sistem antrian online) yang siap meluncur pada awal Oktober 2018.
Seluruh bisnisnya menyasar korporasi dan komunitas. Sayang, Jos enggan menyebutkan klien yang sedang menggunakan jasanya.
Baca Juga : Inilah 3 Ibu Kota Negara yang 'Berbahaya' untuk Ditinggali, Salah Satunya di Timur Indonesia
Kini, Jos mempekerjakan 65 orang karyawan untuk menjalankan roda bisnisnya. Melalui keempat bisnisnya, dia berhasil meraup omzet puluhan miliar setiap tahunnya. Namun, dia kembali enggan menyebutkan total laba yang dikantonginya.
Bak diikuti dewi fortuna, Jos tidak melakukan strategi marketing khusus untuk mendapatkan konsumen. Karena, seluruh konsumennya datang sendiri berbekal rekomendasi dari teman atau rekanan bisnis.
Lewat keempat bisnis yang berhasil dibangun, Jos berhasil merubah nasibnya dari seorang office boy media menjadi pengusaha sukses.
Lika-liku Jos mulai mengadu nasib di ibukota
Meraih kesuksesan seperti saat ini, bukan hal mudah bagi Bernardus Joseph Te Victoria. Awal kariernya bermula dari tahun 1996. Menumpang seorang saudara yang bekerja di rumahsakit, Jos muda nekat mengadu nasib di ibukota.
Tiap hari, dia membeli koran untuk berburu pekerjaan. Dua bulan menganggur, Jos pun akhirnya mendapat pekerjaan sebagai sales buku di UD Prastawa Timur.
Namun, pria berambut kribo ini tak bisa mencapai target penjualan. Alhasil, dia hanya menerima uang transpor Rp 3.000.
Baca Juga : Tidak Bisa Berjalan dan Sekolah, Ini yang Dilakukan Tiga Bersaudara di China Agar Tetap Bersemangat
Kemudian, seorang kakaknya memberi informasi lowongan kerja di ANTV. Tak menyiakan kesempatan, Jos pun melamarnya. Ia pun mendapat panggilan untuk wawancara.
Jos berkisah, saat itu dia berangkat pukul 09.00 pagi supaya tak terlambat. Melihat gedung yang tinggi, dia pun sempat bingung memikirkan cara masuk dan naik ke gedung tersebut. Jos pun mengenang, di sinilah ia pertamakalinya memakai lift.
Ketika berlangsung wawancara, Jos baru mengetahui bahwa posisi yang tersedia baginya adalah office boy (OB). Tanpa ragu, Jos segera menyambar pekerjaan itu.
"Kalau pulang kampung ditanya kerja di mana, kujawab ANTV kan keren. Yah, meskipun kerjanya OB," cetusnya.
Baca Juga : Pierre Tendean, Letnan Tampan Berdarah Prancis yang Jadi Rebutan Para Jenderal
Tak sampai setahun, Jos diboyong masuk ke tim MTV. Posisinya masih sama, tapi jumlah orang yang harus dilayani lebih sedikit, hanya sekitar puluhan.
Selama di tempat baru ini, bapak tiga anak ini mendapatkan kesempatan belajar lebih banyak. Mulai dari mengenal alat-alat produksi sampai belajar bahasa inggris di Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA, pada tahun 1999.
Tahun 2002, dia melepaskan pekerjaannya di MTV dan bergabung dengan sebuah rumah produksi. "Disini saya selalu diberikan porsi kerja lebih, ini menjadi sebuah tantangan," tegasnya.
Perlahan, kariernya pun terus mendaki. Dari talent artist relation, production manager hingga produser. Merasa mendapatkan bekal cukup, Jos memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan mulai membangun usaha sendiri.
Rumah produksi dengan nama Vertikal menjadi usaha pertamanya. Usaha ini dibangun dengan modal hasil menjual mobil dan berpartner dengan seorang teman.
Rela hidup pas-pasan demi bangun bisnis pertamanya
Kembali hidup susah, itulah yang dirasakan oleh Bernardus Joseph Te Victoria saat membangun bisnis pertamanya, Vertikal. Dia harus merelakan mobilnya serta hidup hemat supaya roda bisnis rumah produksinya terus berjalan.
Ia pun kembali naik turun metromini untuk menuju lokasi kerja atau hendak temu janji. Bukannya mengeluh, dia menikmati segala proses tersebut.
Sampai akhirnya, pada tahun pertama, proyek senilai Rp 1 miliar menghampirinya. Senang tapi bingung, itu yang dirasakannya kala itu.
Maklum, Jos merasa tak cukup modal. Sebab, modal awal rumah produksinya hanya Rp 185 juta. "Stress luar biasa, mengajukan pinjaman pun tidak bisa karena tidak punya jaminan," kenangnya.
Setelah putar otak, bersama partner bisnisnya sepakat untuk menjual sebagian saham kepada salah satu personil grup band Slank, Bimbim. Lalu, bisnisnya pun berjalan cukup baik dan terus berkembang.
Sayang, Vertikal tak berjalan lama. Pada 2013, Jos harus menutup usahanya karena sudah tidak ada lagi kecocokan dengan partner. "Saya sebenarnya sedih dan merasa tidak percaya bila Vertikal harus saya akhiri. Sayasampai menangis waktu itu," ceritanya.
Ingin menenangkan hati, dia mengajak keluarganya untuk berlibur ke Hongkong. Selama berjalan-jalan disana, Jos mendapatkan ide dari product knowladge digital yang ditayangkan disetiap toko ritel.
Menurutnya, dengan mengadopsi teknologi tersebut dan di terapkan dipasar lokal, maka akan tercipta potensi yang sangat besar.
Alhasil, setelah pulang dari berlibur, dia segera mencari seorang rekanan untuk diajak bekerjasama. Karena insfrastruktur internet dalam negeri yang kurang memadai, membuat keduanya harus menghabiskan sekitar dua tahun pertama untuk menyiapkan seluruh teknologi dan sistemnya.
Sekedar info, selama menjalankan bisnis rumah produksi, Jos juga membuka usaha lain yaitu toko yang menjual aneka produk plastik. Ia mulai membuka tokonya pada 2009.
Selain itu, pada 2010 membuka usaha kuliner Bakso Ceker Om Kribo. Sayangnya, kedua bisnis itu juga harus gulung tikar karena tak sesuai dengan target.
Sudah menyiapkan rencana untuk menikmati pensiun
Keterbatasan jangkauan infrastruktur internet di Tanah Air pada 2014 membuat Bernardus Joseph Te Victoria bersama mitranya harus kerja ekstra keras mewujudkan impian menciptakan teknologi push digital konten lewat Numedia.
Laki-laki berambut kribo ini bercerita bila sang partner yang ahli teknologi informasi itu sempat ngambek dan menghilang beberapa waktu. Padahal proyek itu sudah habis Rp 500 juta.
Dengan penuh keyakinan dia tetap menjalankan Numedia sampai berhasil diluncurkan pada 2016. Beruntung, dia langsung mendapat klien pertama dari perusahaan swasta ternama.
Hingga akhirnya layanan konten media luar ruang itu ada di 800 titik dari Aceh sampai Papua. Dari situlah, produknya mulai dikenal dan konsumen lain pun berdatangan dengan sendirinya.
Berbekal dengan teknologi dan sistem yang telah dibuat, laki-laki yang akrab disapa Jos ini mulai mengembangkan bisnis teknologi lainnya. Seperti Numotion, Goline, dan Kamubisa.com.
Tidak mudah berpuas diri, laki-laki asal Lampung ini terus berupaya mengembangkan Numedia. Saat ini dirinya tengah sibuk mencari investor untuk pengembangan usaha tersebut.
Rencana lain yang masuk radar adalah membuat perangkat keras yang bisa mempermudah pebisnis dalam menjalankan usahanya. Yakni dengan membuat fitur video yang bisa diakses oleh konsumen. Sayang Jos tidak merinci target persis proyek tersebut.
Yang jelas, ekspansi usaha tersebut ia lakoni sebagai imbas untuk tetap bertahan di bisnis teknologi digital. "Memang dunia digital semakin mudah, tapi semakin sulit berkompetisi," katanya ke KONTAN.
Ia pun bakal membuat produk layanan digital yang bisa awet dan bertahan dalam beberapa tahun ke depan. Jos mulai mengincar pendapatan secara rutin dan tidak lagi per proyek.
"Awalnya memang ruwet, tapi kalau sudah jalan tinggal proses pemeliharaan saja dan saya bisa pantau dari jauh," tukasnya.
Rupanya ini jadi salah satu cara untuk Jos bisa menikmati masa pensiun. Ia sendiri punya rencana pensiun saat berusia 45 tahun nanti.
Saat pensiun, ia punya rencana membuka rumah pintar yaitu panti asuhan yang memberikan pelatihan ketrampilan bercocok tanam, beternak, dan lainnya.
Baca Juga : Begini Kisah Sarwo Edhie Wibowo Mertua SBY Saat Detik-Detik 1 Oktober 1965
Artikel ini sudah tayang dikontan.co.id dengan judul "Mantan OB ini sukses bangun bisnis teknologi".