Advertorial
Intisari-Online.com – Di Indonesia, istilah waria digunakan untuk menyebut pria yang suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya.
Masyarakat Indonesia sendiri tidak mengakui adanya jenis kelamin lain selain laki-laki dan perempuan, karena dianggap menentang kodrat dari sang pencipta.
Ini diperkuat dengan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang kedudukan waria merunut hasil sidang pada 11 Oktober 1997 dimana waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri.
Waria, sama halnya dengan istilah ladyboy yang ada di Thailand, di mana laki-laki berpenampilan laiknya perempuan, dan bahkan mengubah organ intimnya menjadi perempuan.
Baca Juga : Ngeri! Transgender 'Psikopat' Menyerang Pelanggan di Sebuah Mini Market dengan Kapak
Nah ternyata, di negara-negara lain, ada istiah yang berbeda untuk menyebut laki-laki yang berperan berlawanan dengan jenis kelamin mereka.
1. Guevedoces di Republik Dominika
Beberapa suku di Republik Dominika mengenali jender ketiga yang disebut guevedoce – laki-laki yang tidak memiliki organ intim laki-laki.
Dalam kasus ini, organ intim laki-lakilebih terlihat seperti organ intim perempuan sehingga menyebabkan orangtua percaya bayi mereka adalah perempuan.
Sejak kecil anak-anak tersebut diberi nama dan dibesarkan sebagai perempuan, sampai tiba-tiba organ intim laki-laki mereka tumbuh saat masa pubertas.
Pada tahun 1970-an, Dr. Julianne Imperato-McGinley dari Cornell Medical College melakukan perjalanan ke Republik Dominika untuk menyelidiki hal tersebut.
Rupanya, anak laki-laki yang lahir saat bayi ternyata memiliki organ intim. Hanya saja karena kelainan genetik, membuat tubuh mereka menghasilkan enzim 5-alpha-reductase yang tidak mencukupi untuk memiliki penis.
Tanpa hormon ini, embrio memiliki vagina. Penis hanya muncul saat pubertas karena tubuh memproduksi lebih banyak testosteron pada saat itu, menyebabkan perkembangan fitur maskulin.
Namun, beberapa guevedoces tidak menyukai perubahan seks mendadak sehingga mereka melakukan operasi pergantia kelamin untuk tetap menjadi perempuan.
Baca Juga : Kelompok Peretas Elite Korea Utara Serang 16 Bank di 11 Negara untuk Gasak Dana Rp16,6 Triliun
2. Sekratas di Madagaskar
Orang-orang Madagaskar mengakui adanya jenis kelamin ketiga yang disebut sekratas. Mereka adalah anak laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan dan tumbuh menjadi perempuan.
Sekratas biasanya memiliki karakteristik feminin, menyebabkan banyak orang menganggap bahwa sekratas adalah wanita di balut tubuh pria.
Sekratas percaya mereka adalah perempuan dan berbicara serta berperilaku seperti perempuan.
Sekratas biasanya ditakuti dan diyakini memiliki kekuatan gaib. Dipercaya, mereka dapat mengutuk orang-orang yag menghinanya.
3. Fa'afafines di Samoa
Orang-orang di Samoa mengenali jender ketiga yang disebut fa'afafine. Istilah ini merujuk pada anak laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan – fa'a berarti "dalam cara" sementara fafine berarti "wanita."
Fa'afafines mengkategorikan diri mereka sebagai jender yang berbeda dan menolak untuk diindentifikasi sebagai transgender atau homoseksual karena istilah tersebut menggambarkan laki-laki atau perempuan.
Mereka mengambil peran jender dan seksual yang terkait dengan perempuan, meskipun mereka juga bisa menjalin hubungan dengan perempuan atau fa'afafine lainnya .
Fa'afafines diyakini dilahirkan seperti itu, meskipun beberapa anak laki-laki dapat dengan sengaja berubah menjadi fa'afafines.
Tidak jarang orang tua dengan banyak anak laki-laki dan tidak memiliki anak perempuan, akan membesarkan salah seorang anak laki-laki sebagai perempuan.
Jika anak tersebut menolak, orang tua mereka akan bersikeras bahwa mereka perempuan dan tersu membesarkan dengan cara itu.
Ini merupakan bentuk penyalahgunaan di sana.
Baca Juga : Dari Genderuwo Hingga Kuntilanak, TPS Ini Dihuni oleh 'Makhluk-makhluk Gaib', Unik atau Justru Serem?