Advertorial
Intisari-Online.com -Patung ikonik Garuda Wisnu Kencana (GWK) sedang ramai dibicarakan.
Bagaimana tidak, setelah 28 tahun, patung yang berada di Pulau Bali ini akhirnya akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (22/9) malam.
Acara ini menandai selesainya pembangunan patung tersebut. Patung GWK merupakan daya tarik di GWK Cultural Park.
Patung ini menjulang 121 meter dan berdiri di atas struktur pedestal setinggi 46 meter.
Dalam membangun pedestal ini, PT Alam Sutera Realty Tbk selaku pengembang menggandeng firma arsitektur Arkitekton Lima.
Baca Juga : Ditargetkan Selesai pada Agustus 2018, Patung Garuda Wisnu Kencana Akan Jadi Patung Tertinggi ke 2 di Dunia
Design Director Arkitekton Lima Chiquita Pitono menuturkan, dalam membangun pedestal, arsitek harus mengikuti struktur patung.
Dia berkisah, ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam merancang bagian ini.
Salah satunya adalah menyesuaikan desain ruangan dengan struktur patung.
"Berhubung GWK patungnya besar, dia menahan beban angin sehingga ada beberapa hal yang kami harus mengikuti struktur. Karena lebih penting strukturnya ya, biar aman terhadap gempa," ujar Chiquita kepada Kompas.com, Minggu (23/9).
Sebagai informasi, pembangunan pedestal sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 lalu, dan baru rampung sebagian pada tahun ini.
Selain itu, tantangan lainnya adalah bagaimana menyatukan dua pendapat baik dari pengembang maupun pihak penggagas patung, Nyoman Nuarta.
"Satunya dari segi biaya, satunya lagi dari segi art-nya," ungkap Chiquita.
Chiquita menambahkan, sebagai arsitek, pihaknya lebih mendukung ide atau impian dari sang penggagas patung GWK.
Namun arsitek juga harus menerima usul atau keinginan dari klien, dalam hal ini pengembang.
"Tapi kurang lebih, uniknya, sebetulnya bagaimana merealisasikan mimpinya Pak Nyoman namun juga menampung keinginan klien (pengembang)," kata dia.
Baca Juga : Seolah Tak Mau Kalah dari GWK, India Buat Patung Setinggi 182 Meter!
Arkitekton Lima merancang ruangan-ruangan menarik yang tersembunyi dari luar.
Salah satunya di bagian dalam tubuh patung. Siapa nyana di dalam tubuh patung besar ini terdapat ruangan yang berfungsi sebagai galeri pandang.
Ruangan yang berfungsi serupa juga terdapat pada pedestal. Jadi, pedestal pada patung GWK tak hanya berfungsi sebagai fondasi semata.
Bangunan ini merupakan akses masuk ke dalam patung.
Pedestal ini juga menyediakan berbagai ruangan hiburan untuk pengunjung.
Selain itu, Arkitekton Lima juga menempatkan viewing gallery atau galeri pandang di dalam patung.
Galeri ini memiliki lantai kaca yang memiliki ketebalan 3 sentimeter. "Kacanya 3 sentimeter, semi tempered dan laminated," sebut Chiquita.
Galeri pandang ini menawarkan pemandangan struktur bagian dalam patung kepada pengunjung, sehingga keindahan patung tidak hanya bisa dinikmati dari luar, namun juga dari dalam.
Ruangan tersebut dilengkapi dengan 8 buah jendela dan dinding yang seluruhnya juga terbuat dari kaca.
Dari jendela, pengunjung bisa melihat pemandangan sekeliling kompleks GWK. Namun tidak semua bagian ruangan terbuat dari kaca.
Menurut Chiquita, hanya sebagian saja yang terbuat dari material ini. "Yang kaca nggak banyak kok hanya sebagian saja," imbuh dia.
Baca Juga : Ada Turis Panjat Pura dan Foto dengan Bikini, Bali Akan Buat Peraturan Baru untuk Wisatawan
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada pengunjung yang takut dengan ketinggian.
Mereka yang tidak bersedia berjalan di lantai kaca, bisa melalui bagian lain ruangan. Khusus untuk galeri pandang, Chiquita mengatakan harus turun langsung ke lapangan.
Menambahkan ruangan di antara rangka patung juga memiliki tantangan tersendiri.
"Kita naruh viewing gallery di antara rangka patung yang sangat padat, terus bagaimana menyesuaikan ruangan terhadap kulit patungnya," kata Chiquita.
Tak hanya di tubuh patung, galeri pandang juga ada di bagian pedestal, tepatnya di lantai delapan.
Namun hingga kini, galeri pandang pada bagian pedestal masih dalam tahap penyelesaian.
Masih dalam tahap penyelesaian
Selain galeri pandang, kompleks patung juga menyajikan restoran serta galeri di lantai pertama dan kedua untuk pameran budaya.
"Dulu mimpinya Pak Nyoman seluruh budaya Indonesia ada di situ, tapi saat ini sih belum ke arah sana artinya belum dibuka," ucap Chiquita.
Meski sudah diresmikan, namun arsitekturnya sendiri masih dalam tahap penyelesaian.
Ketika ditanya kapan akan tuntas, Chiquita mengatakan belum tahu secara pasti. Demikian halnya dengan seluruh bangunan pedestal.
"Intinya pengembang akan selesaikan, jangka waktu saya kurang tau persisnya," tuntas Chiquita.
Sementara untuk kompleks GWK Cultral Park sendiri sudah selesai dan akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. (Rosiana Haryanti)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menguak Ruangan Tersembunyi pada Tubuh Patung GWK".