Langkah berikutnya adalah kian meningkatkan kegesitan pesawat dengan memasang sirip lebar di bagian depan, hingga bagian belakangnya menyatu dengan sisi depan sayap.
Pelebaran sayap dan penambahan sirip menimbulkan arus angkat yang kuat namun terkendali. Atau dengan kata lain, manuver menanjak menjadi lebih mudah dilakukan.
Sistem LEX dan sirip depan ini menyebabkan Su-35 mampu bertahan pada posisi menembak (angles of attack)' dan bisa melakukan apa yang disebut 'manuver kobra' pada ketinggian terbang manapun.
Jurus kobra dipakai karena manuver ini memang mirip dengan sikap ular ganas itu pada saat merasa terancam. Pada saat terbang datar, Su-35 mampu dengan cepat mengangkat 'kepalanya' hingga membentuk 110 derajat dari garis terbangnya semula.
Dengan posisi ini, pilot Su-35 berada pada sudut serang yang menguntungkan dibanding pesawat yang berada di atasnya. Namun jurus pemungkas Su-35 bukan cuma itu.
Pesawat yang belum dtproduksi massal ini masih memiliki manuver ampuh lain, yang disebut jurus kait. Sebenarnya jurus ini mirip dengan jurus kobra. Hanya saja berlangsung secara horisontal.
Dalam demonstrasi di Dubai, Su-35 mendapat ancaman dari belakang. Su-30 yang membuntutinya sudah menempati posisi menembak.
Ketika rudal ditembakkan, pilot Su-35 melakukan jurus kobra, hingga rudal lewat di bawahnya. Setelah itu, pilot Su-35 menurunkan hidung pesawatnya dan membelok ke kiri. Sedang pilot Su-30 membanting ke kanan.
Masing-masing mencari posisi menembak yang enak. Bila teknologi LEX dan sirip tak dilibatkan, manuver semacam ini bakai berujung kedua pesawat saling berhadap-hadapan.
Tapi pada saat pembelokan itulah, Su-35 mengeluarkan jurus kaitnya. Hingga hidung pesawat sudah menghadap ke Su-30, sebelum pesawat ini menyelesaikan pembelokannya.
Dengan posisi itu, Pugachev, pilot Su-35 tinggal memencet tombol rudalnya.
SASARAN EMPUK
Source | : | Majalah HAI |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR