Advertorial
Intisari-Online.com - Super Typhoon Mangkhut menghantam Filipina utara pada hari Sabtu (15/9/2018) disertai angin kencang dan hujan deras.
Badai besar yang telah diramalkan sebagai topan terkuat tahun initelah membuat jendela-jendela pecah yang menyebabkan puing-puing dan melumpuhkan saluran listrik saat terjadi di Pulau Luzon pada subuh dini hari.
Badai ini terjadi dengan hembusan angin yang kuat hingga 255 km/jam dan angin berkelanjutan 205 km/jam saat menuju barat melintasi kepulauan rawan bencana menuju China.
Dengan cuaca yang diperkirakan memburuk secara signifikan pada hari Minggu karena Mangkhut mendekati kota, banyak orang yang tidak mau mengambil risiko.
Baca Juga : Jepang Dilanda Topan Dahsyat, Ini Bedanya Badai, Siklon, Topan, dan Tornado
Toko-toko pun mengatakan mereka kehabisan lakban karena hal tersebut.
Salah satu manajer toko peralatan rumah tangga mengatakan biasanya mereka hanya bisa menjual enam hingga tujuh gulungan lakban dalam satu minggu, namun kemarin mereka bisa menjual hingga 100 gulungan lakban dalam satu jam.
Dan hari ini, mereka kekurangan lakban yang digunakan orang untuk menutup jendela mereka.
Sebuah toko suvenir juga menulis di halaman Facebook bahwa persediaan lakban telah habis untuk semua ukuran pada hari Jumat.
Baca Juga : Berita Rumah Eko - 7 Fakta Terbaru yang Makin Runyam, Rupanya Dulu Tanah Warisan
Sebelumnya, Observatorium Hong Kong mengeluarkan peringatan cuaca pada Jumat pagi dengan suhu yang diperkirakan akan meningkat menjadi 35 derajat Celcius pada hari Sabtu karena kota akan kedatangan Mangkhut.
Badai ini juga membawa angin berkelanjutan dari 205 km/jam dan hembusan yang diukur pada 255 km/jam.
Kemudian, untuk mengurangi risiko kaca pecah, warga Hong Kong beramai-ramai membelilakban untuk ditempelkan di kaca rumah mereka.
Namun, apakah hal itu cukup membantu mengurangi kerusakan?
Baca Juga : Dituduh Alami Bulimia dan Anoreksia, Ternyata Istri Jeremy Thomas Bertubuh Kurus Karena Konsumsi Makanan Ini
Observatorium berpikir demikian, namun mitra AS tidak.
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS mengatakan, "Ini adalah pemborosan usaha, waktu, dan lakban."
Mereka menambahkan bahwa mengisolasi kaca menawarkan sedikit kekuatan pada kaca dan tidak ada perlindungan terhadap puing-puing yang beterbangan.
Namun, Observatorium menyarankan warga untuk mengisolasi jendela kaca mereka ketika sinyal peringatan badai diberitahukan.
Baca Juga : Pendidikan di Indonesia Makin Mahal, 5 Negara Ini Tawarkan Kuliah Gratis Bagi Siswa Internasional, Tertarik?
Observatorium berkata bahwa pita perekat yang dipasang di jendela besar yang terbuka akan mengurangi kerusakan dan luka olehpecahan kaca.
Lo Kok-keung, seorang pensiunan insinyur dari departemen teknik mesin dariHong Kong Polytechnic University mengatakan bahwaangin kencang membuat kaca berosilasi dengan frekuensi. Jika hal itu cocok ddengan frekuensi resonansi dan kaca, kaca mungkin akan pecah karena resonansi.
Selain itu, distorsi juga dapat menyebabkan kaca pecah.
Untuk mencegahnya, Lo mengatakan sebuah penghalang dapat diletakkan di belakang kaca, di tengah-tengah kaca.
Tapi, untuk keluarga pada umumnya, untuk pencegahan, lebih mudah menempelkan lakban pada kaca untuk mengurangi resonansi.
Bahkan, jika jendela yang diisolasihancur, pecahannya tidak mungkin menyebar dan melukai orang.
Lo juga mengatakan bahwa kondisi badai di Hong dan AS berbeda.
Di Amerika, angin biasanya lebih kuat, sehingga jendela yang diisolasi tidak akan menyelamatkannya dari kerusakan.
Baca Juga : 8 Fakta Bayi Bermata Satu di Mandailing Natal, Saat Lahir Tidak Menangis