Advertorial
Intisari-Online.com- April lalu, 23 orang dinyatakan meninggal usai menenggak minuman keras oplosan di Bandung.
Tak hanya itu, ada puluhan orang lainnya yang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Mirisnya, kasus miras oplosan itu bukanlah yang kali pertama di Indonesia.
Lebih dari itu, kasus seperti ini sepertinya akan terus berulang karena banyak faktor, termasuk ketidaktahuan tentang sifat senyawa alkohol.
Budiawan, ahli toksikologi dari Universitas Indonesia, mengatakan, penggunaan alkohol terlalu banyak akan membahayakan kesehatan manusia.
Baca Juga : Sudah Tahu Mematikan dan Banyak Korban, Mengapa Orang Tetap Nekat Tenggak Miras Oplosan?
"Baik metanol atau etanol dengan kadar lebih dari 10 persen, bisa menimbulkan gejala mual dan muntah, tubuh akan terasa terbakar seperti panas dalam, dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, kebutaan dan menyebakan gangguan fungsi hati serta pernapasan," kata Budiawan, kepada Kompas.com, Senin (9/4/2018).
Menurut Budiawan, kandungan alkohol di dalam miras oplosan biasanya lebih dari 55 persen dan alkohol memiliki sifat adiktif yang membuat ketagihan.
Alkohol sendiri memiliki dua senyawa, yaitu metanol dan etanol.
Metanol memiliki rumus molekul CH3OH, sedangkan etanol rumus molekulnya adalah CH3CH2-OH.
Metanol lebih sering digunakan untuk bahan bakar seperti spiritus dan digunakan dalam kegiatan industri besar, misalnya cat.
Sementara itu, senyawa etanol lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam peralatan kosmetik dan minuman beralkohol dengan batas kadar tertentu.
Selain itu, etanol juga bisa diperoleh dari proses fermentasi buah-buahan atau gandum untuk membuat bir, wine, brandy dan lain-lainnya.
"Kadar metanol di spiritus bisa mencapai 98 persen, lalu etanol dalam minuman keras kadarnya antara 5-12 persen. Namun demikian, penggunaan etanol dan metanol terlalu banyak tetap membahayakan kesehatan," katanya.
Baca Juga : Ngeri, Aturan Main Olahraga Kuno Ini Adalah 'yang Kalah Harus Meregang Nyawa'
Dalam kasus miras oplosan di Bandung dan sejumlah daerah lainnya itu, Budiawan berkata bahwa belum ada penelitian khusus tentang bagaimana reaksi yang terjadi dalam tubuh.
Akan tetapi, ketika alkohol bercampur dengan bahan lain, akan terjadi pelarutan atau ekstraksi senyawa kimia yang menimbulkan dampak bagi tubuh.
"Penting bagi masyarakat untuk mengetahui, umumnya miras oplosan menggunakan spiritus agar berwarna biru, dan itu adalah metanol yang beracun," katanya.
Untuk itu, berpikirlah dua kali sebelum Anda ingin meminum miras oplosan.
Salah-salah, Anda justru jadi korban dan kehilangan nyawa.
(Michael Hangga Wismabrata, ditulis ulang oleh Aulia Dian Permata)Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Bikin Puluhan Orang Meninggal, Ada Apa dengan Miras Oplosan?"