Jika umumnya para wanita berhak mendapat pujian dan sanjungan serta pemberian yang menarik dari pria yang sedang mencintainya, maka tidak dengan para wanita dari suku Hamar di Etiopia ini.
Untuk menunjukkan cinta pada pria yang hendak menikahnya, mereka harus rela mendapatkan sesuatu yang, secara fisik, sangat menyakitkan.
(Baca juga:Dianggap Mampu Gantikan Vibrator, Nokia Jadul Ini Digandrungi Para Wanita)
Bukan sanjungan atau hadiah menarik, tapi ia harus rela dihajar menggunakan cambuk oleh pria yang akan menikahinya itu.
Cambukan “tanda cinta” itu pun tidak dilakukan secara pura-pura tapi sungguhan dan merupakan ritual Ukuli Bula yang wajib dijalani.
Para wanita suku Hamar yang sedang dihajar cambuk oleh pria yang akan menikahinya bukannya tidak sakit.
Meski demikian, para wanita itu terlihat sangat kuat menahan rasa sakit itu karena sudah merupakan tradisi dan juga nasib yang harus diterimanya sebagai anggota suku Hamar.
Apalagi ritual mencambuk wanita yang sedang menunjukkan kepatuhan dan cinta kepada pemuda calon suaminya dilakukan di depan umum.
Makin keras atau makin brutal ayunan cambuk yang disabetkan ke punggung wanita bersangkutan hingga luka berdarah-darah, menandakan bahwa tanda cinta yang sedang ditunjukkan si wanita juga makin besar.
Jumlah goresan dan luka akibat cambukan bahkan menunjukkan kadar cinta wanita bersangkutan.
Jika luka-luka di punggungnya makin banyak, maka tanda cinta kepada pemuda yang sedang mencambuknya juga makin besar.
Bahkan bila luka-luka akibat cambukan sudah mengering dan meninggalkan bekas berupa kulit daging yang menonjol, setiap bekas luka itu juga menunjukkan kadar cinta wanita bersangkutan.
(Baca juga:Manusia Kerdil yang Hampir Punah dan Tinggal di Pedalaman Aceh Itu Dikenal Sebagai Suku Mante)
Makin banyak luka-luka bekas cambukan di punggung seorang wanita suku Hamar, tanda cinta kepada pemuda yang kemudian sudah jadi suaminya berarti juga makin besar.
Dalam acara berupa perkumpulan warga seperti ritual perkawinan luka-luka bekas cambukan itu bahkan sengaja dipamerkan oleh para wanita suku Hamar.