Rudal antipesawat tempur buatan Soviet, SAM, juga digelar Mesir di sepanjang perbatasan dan sewaktu-waktu bisa dipindahkan sesuai dengan kawasan yang telah diduduki.
Posisi pasukan Mesir yang mengalir menuju Terusan Suez juga lebih menguntungkan karena berada di ketinggian sehingga bisa secara leluasa melancarkan gempuran ke benteng Bar Lev Line.
Serangan dibuka dengan tembakan gencar dari sekitar 1000 meriam artileri, ribuan mortar yang menyalak secara serentak.
Strategi bombardemen menggunakan persenjataan berat yang dilancarkan pasukan Mesir itu jelas menunjukan pola serangan gaya militer Rusia yang sukses diterapkan saat memukul mundur pasukan Nazi Jerman pada PD II.
Dalam waktu 15 menit, pertahanan Israel di Bar Lev Line yang tak siap menghadapi gempuran dahsyat itu pun goyah..
Gelombang serangan pasukan tank Mesir yang datang tiba-tiba itu membuat pasukan tank Israel yang belum sempat membangun formasi pertahanan kurang siap dan mulai terdesak.
Apalagi pasukan Mesir yang terus mendesak maju sudah menemukan cara yang ampuh untuk meruntuhkan barikade setinggi 18 meter yang dibangun Israel.
Untuk menghancurkan barikade tembok berpasir itu, pasukan zeni Mesir cukup mengerahkan kanon-kanon air bertekanan tinggi yang diekspor dari Jerman dan bukan dengan bahan peledak.
Cara menghancurkan tembok pertahanan dari pasir dengan cara menyemprot menggunakan pompa air bertekanan tinggi itu jelas merupakan cara yang cerdas dan tak terduga.
(Baca juga: Ditemui Manajemen Mitsubishi, Bayi Bernama ‘Pajero Sport’ dapat Hadiah Kejutan)
Strategi tempur itu jelas menunjukan bahwa operasi intelijen militer Mesir untuk mendeteksi kelemahan pasukan lawan telah berjalan baik.
Setelah barikade pasir hancur, pasukan Israel yang kocar-kacir akhirnya memilih mengundurkan diri menuju Gurun Sinai.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR