Intisari-Online.com -Dengan pertumbuhan ekonomi yang berkisar di angka 6 persen dan jumlah penduduk yang terbanyak di dunia, China tentu memerlukan energi yang besar.
Untuk itu, China bisa dibilang rakus terhadap energi. Namun karena masih banyak menggunakan sumber energi fosil, maka polusi membayangi derap langkah kemajuan China.
(Baca juga: Denmark Ubah Ribuan Ton Sampah Inggris Menjadi Sumber Energi Pemanas Rumah)
Tak heran jika China pun dicerca habis-habisan dalam hal catatan emisi karbonnya.
Sadar akan hal itu, China pun mulai berpaling ke energi yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah tenaga surya yang melimpah.
Belum lama ini China telah menyelesaikan proyek Pembangkit Tenaga Listrik Surya mengapungnya yang terbesar di dunia dan sudah tersambung ke jaringan listrik lokal.
Pencapaian Pemerintah China ini patut diacungi jempol. China berupaya untuk menjadi pemimpin di dunia dalam pengadopsian energi terbarukan.
(Baca juga: Mahasiswa UGM Ubah Limbah Ampas Tebu Jadi Sumber Energi Alternatif)
Terletak di kota Huainan di Provinsi Anhui, PLTS berkapasitas 40 megawatt ini diciptakan oleh produsen inverter photovoltaic (PV) Sungrow Power Supply Co.
PLTS mengambang ini dibangun di atas bekas wilayah pertambangan batubara yang kebanjiran. Sebuah solusi yang cerdas dan ramah lingkungan.
PLTS mengambang menjadi semakin populer di seluruh dunia berkaitan dengan masalah efisiensi dan perencanaan kota.
Dengan pola mengambang, maka tidak diperlukan lahan darat yang bisa dimanfaakan untuk kepentingan lain. Selain itu juga mengurangi penguapan air.
Nilai lebih lainnya adalah dara dingin di permukaan juga membantu meminimalkan risiko atrofi kinerja sel surya, yang seringkali dikaitkan dengan paparan suhu lebih hangat dalam jangka panjang.
PLTS mengambang ini hanya satu dari sekian proyek energi ramah lingkungan yang sedang dikembangkan China.
Pada 2016, negara ini mengoperasikan PLTS mengambang serupa berkapasitas 20MW di wilayah yang sama. China juga memiliki Longyangxia Dam Solar Park, PLTS darat terbesar di dunia yang mencakup lahan seluas sekitar 16 km persegi.
(Baca juga: Kelak, Aliran Darah akan Jadi Sumber Energi Alat Medis)
Perpindahan ke tenaga surya dikarenakan turunnya biaya teknologi dalam bidang itu dengan cepat. Pada 2020, China dapat menurunkan harga yang ditawarkan ke pengembang PV lebih dari sepertiga dengan pembangkit tenaga surya yang diproyeksikan untuk menandingi fasilitas batubara dalam satu dekade.
China juga telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan penggunaan sumber energi bahan bakar non-fosil sebesar 20 persen.
Sebuah laporan tahunan yang dikeluarkan oleh lembaga ruang angkasa dan aeronautika AS (NASA) dan lembaga atmosfer dan kelautan AS (NOAA) menetapkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun terpanas yang tercatat secara global. Rekor itu menandai tahun ketiga berturut-turut.
Apa yang dilakukan Pemerintah China itu merupakan salah satu langkah untuk menghentikan laju pemanasan global yang mengerikan itu.