Advertorial
Intisari-Online.com -Legenda pebalap sepeda Indonesia, Hendrik Brocks, menghabiskan masa tuanya di Sukabumi, Jawa Barat.
Hendrik, yang berganti nama menjadi Hendra Gunawan, kini menjalani hari-harinya dalam "gelap", setelah matanya divonis menderita glaukoma sejak 2007 dan kini kedua matanya tak bisa melihat.
Pergerakan peraih tiga medali emas pada Asian Games 1962 di Jakarta ini menjadi terbatas.
Sebuah tongkat kayu menjadi penopangnya saat berjalan, dengan dipapah sang istri, Yati Suryati (67), yang selalu setia mendampingi.
Masa tua Hendrik dan istrinya penuh dengan keterbatasan. Sebagai mantan atlet, tak ada yang uang pensiun yang didapatkannya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Hendrik mengandalkan harta benda yang tersisa, serta pemberian anak tunggal dan keluarga besarnya.
Keponakan Hendrik, Dikdik Firmansyah, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (31/8/2018) malam, mengungkapkan, selama ini keluarga besar turut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari Hendrik.
''Kalau untuk makan sehari-hari ada dari keluarga besar,'' kata Dikdik.
Baca juga:Kurs Ringgit Juga Anjlok, Ekonomi Malaysia Melemah, Ekonomi Indonesia Kok Malah Tumbuh Pesat?
Menurut dia, sang paman sebenarnya tak ingin merepotkan keluarga besar. Suatu ketika, kata Dikdik, Hendrik pernah membagi rumahnya menjadi tiga bagian. Satu bagian dijual dan uang hasil penjualan bagian rumah itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
''Berikutnya satu bagian rumahnya kembali dilepas atau dijual ke keluarga saya, namun pembayarannya dicicil. Maksudnya dicicil, pembayarannya itu sesuai kebutuhan Uwa (paman),'' kata Dikdik.
Kini, Hendrik tinggal di bagian rumahnya yang tersisa di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Baca juga:Suku Toda Hanya Mengakui 'Ayah Sosiologis' Bukan 'Ayah Biologis', Ini Maksudnya
Semangat
Meski ruang geraknya kini terbatas, pebalap sepeda berjuluk "Macan Asia'' itu masih tetap memiliki semangat, optimistis, dan tidak mau merepotkan orang lain.Hendrik, yang biasa disapa Pak Ekih, berkisah tentang masa jayanya dengan berapi-api, saat ditemui Kompas.com di rumah sederhananya, Kamis (30/8/2018).
Baca juga: Nasib Hendrik Brocks, Pebalap Legendaris Peraih 3 Medali Emas Asian Games asal Sukabumi (1)
Daya ingat Hendrik masih cukup kuat. Ia mengisahkan pengalamannya pada era 1960 hingga 1980-an, saat berjuang meraih tiga medali emas Asian Games 1962, Ganefo, Olimpiade, dan menjadi pelatih bagi para pebalap sepeda nasional.
Nama-nama para pebalap yang menjadi kolega dan rekan satu tim masih diingatnya dengan jelas. Mereka di antaranya Aming Priatna, Wahju Wahduni dari Jawa Barat, Hasjim Roesli dari DKI Jakarta, serta Frans Tupang dari Sumatera Barat.
Ia juga sempat berbagi kisah tentang teknik melatih dan strategi saat berlomba.
''Menjadi pebalap sepeda itu tidak bisa instan, perlu percaya diri, memotivasi diri sendiri, termasuk harus ada target. Dan tentunya berlatih lebih keras lagi dan tidak cengeng,'' kata Hendrik.
''Kalau latihannya hanya mengayuh sepeda saja, tidak jelas. Makanya harus ada target, latihan bisa sampai tenaga terakhir berarti ada kemajuannya. Ini yang dilakukan oleh bapak, juga saat bapak melatih anak-anak juga begitu,'' lanjut dia.
Hendrik menyebutkan, para pebalap yang pernah diasuhnya tercatat pernah berprestasi di tingkat nasional, yaitu Robby Yahya, Ronny Yahya, Sanjaya, Siman, Muhamad Yusuf, Fanny Gunawan, Ferry Sonic, Maruki, dan Puspita.
''Banyaklah yang dilatih. Dari 50 atlet yang berhasil dan berprestasi 5 atlet saja sudah bagus. Apalagi jadi 10 atlet lebih bagus lagi,'' kata Hendrik.
Ia juga pernah melatih tim pebalap sepeda di Provinsi Lampung selain menjadi pelatih di Pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas).
Di keluarganya, selain Hendrik, adik kandungnya, almarhum Luddy Gunawan juga seorang pebalap sepeda. Mereka pernah satu tim dalam kompetisi balap sepeda di level Asia membawa nama Indonesia. Medali emas, perak, dan perunggu pernah diraih keduanya.
''Pernah menyumbangkan medali juga waktu di Ganefo Asia di Kamboja. Luddy meraih satu medali emas, satu perak dan perunggu, saya satu medali emas, satu perak dan dua perunggu,'' kisah Hendrik.
Perhatian khusus
Melihat masa tuanya kini, Hendrik berharap, ada perhatian pemerintah terhadap para mantan atlet.Ia menilai, perhatian yang diberikan pemerintah terhadap para mantan atlet berbeda dengan apa yang diterima para atlet berprestasi saat ini yang mendapatkan berbagai bonus dan jaminan masa depan dari pemerintah.
Baca juga: Bonus Asian Games 2018 Cair Pekan Depan, Ini Besarannya
''Saya sih meminta kepada pemerintah tolong berikan perhatian khusus mantan-mantan atlet yang sudah tua-tua. Karena tidak semua sukses dan berasal dari keluarga yang kaya. Silakan saja cek sama teman-teman jurnalis kalau mau menulis,'' kata Hendrik.
Hingga saat ini, dia mengaku tidak memiliki uang pensiun dan jaminan kesehatan dari pemerintah maupun bantuan dari lembaga manapun.
Sebelum mengalami gangguan penglihatan, dia masih bisa melakukan sejumlah aktivitas.
Baca juga: Kisah Sedih Legenda Pebalap Sepeda Indonesia, Hendrik Brocks (2)
Terakhir, pada 2007, ia sempat melatih tim pebalap sepeda Kabupaten Sukabumi. Penghasilan dari menjadi pelatih bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
''Tapi Alhamdulillah sampai saat ini kami masih bisa makan. Ya rezeki selalu ada saja, saya enggak tahu dari mana, tapi tidak ada yang rutin,'' kata dia.
Pada suatu ketika, ia mengaku, pernah meminta bantuan dengan mengirim surat resmi kepada Pemerintah Kota Sukabumi. Hal itu dilakukannya karena terpaksa dan terdesak kebutuhan setelah mengalami kebutaan.
Upaya yang sama pernah dilakukan kepada Pemeprov Jawa Barat, tetapi kemudian dilimpahkan ke Pemkot Sukabumi.
''Sebelumnya juga pernah mengirimkan surat saat wali kotanya Almarhum Pak Muslikh. Alhamdulillah tidak sulit dan mendapatkan apresiasi. Bantuan saya terima secara resmi dan ada tandatangannya,'' kata dia. (Budiyanto)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pebalap Sepeda "Macan Asia" Hendrik Brocks, Kenangan, dan Caranya Bertahan Hidup (3)".
Baca juga:Kemenangan Ginting berkat Minyak Urut Karo Milik Ibunya, Apa Khasiat yang Terkandung di dalamnya?