Advertorial

Kisah Jafro Megawanto, dari Tukang Lipat Parasut Jadi Peraih Emas Paralayang di Asian Games 2018

Intisari Online
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Jafro Megawanto juga menyumbang medali emas di nomor akurasi beregu putra atau men's team accuracy.
Jafro Megawanto juga menyumbang medali emas di nomor akurasi beregu putra atau men's team accuracy.

Intisari-Online.com – Nama Jafro Megawanto mendadak terkenal. Prestasinya sebagai atlet paragliding atau paralayang membuatnya banyak disanjung.

Di Kota Batu, Jawa Timur, sebuah reklame dengan wajah Jafro Megawanto terpasangan untuk mengapresiasi keberhasilannya meraih medali emas dalam ajang Asian Games 2018 cabang olahraga paragliding atau paralayang dalam nomor ketepatan mendarat perorangan atau men's individual accuracy di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat pada Kamis (23/8/2018).

Jafro Megawanto juga menyumbang medali emas di nomor akurasi beregu putra atau men's team accuracy. Prestasi itu tidak didapat dengan mudah.

Jafro yang merupakan anak petani harus membulatkan tekad untuk menekuni dunia olahraga terbang dengan parasut itu.

Baca juga:[UPDATE] Berlari Mirip Seekor Cheetah, Muhammad Zohri Melesat ke Final Asian Games 2018

Menjadi hal yang biasa bagi Jafro bekerja sebagai paraboy atau tukang lipat parasut untuk memenuhi kebutuhan operasional latihannya. Terutama untuk ongkos ojek dari lokasi landing ke lokasi take off saat menjalani latihan.

Jafro mendapat upah Rp5.000 dari melipat parasut. Sedangkan ongkos ojek menuju lokasi take off untuk latihan sebesar Rp15.000 sekali antar.

"Sampai sekarang masih ngelipet (melipat) mas. Upah dari melipat itu buat naik ojek untuk latihan," kata Jafro Megawanto saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/8/2018) malam.

Karier Jafro sebagai atlet paralayang memang berawal dari menjadi seorang paraboy.

Pada saat kelas V di SDN Songgokerto 2 Kota Batu atau saat Jafro berusia 13 tahun, Jafro kerap bermain di lapangan landing atlet paralayang yang tidak jauh dari rumahnya di Kelurahan Songgokerto, Kota Batu.

Melihat ada peluang untuk mendapatkan uang saku, Jafro mulai menjadi paraboy atau pelipat parasut atlet paralayang yang sudah landing.

Berawal dari itu, muncul motivasi dalam diri Jafro untuk menjadi atlet paralayang. Jafro ingin seperti atlet yang selama ini berlatih di lapangan tersebut. "

Karena lihat senior pada jadi atlet. Bisa mengharumkan nama daerah, mengharumkan nama Indonesia. Jadi saya ikut termotivasi," katanya.

Baca juga:Momen Dramatis Anthony Ginting di Asian Games 2018, Dari Kram Kronis hingga Melenggang ke Semi Final

Lalu, pada saat Jafro sudah menginjak pendidikan di SMP Muhammadiyah 8 Kota Batu, Jafro mendapat tawaran untuk menjadi atlet paralayang.

Adapun yang menawarinya adalah Yosi Pasha, Manajer Komunitas Paralayang Ayokitakemon. Tawaran itu tidak disia - siakan.

Jafro bergabung dalam komunitas itu, menjalani pendidikan, mulai belajar terjun hingga akhirnya memiliki lisensi jadi atlet paralayang.

Atlet kelahiran 18 Maret 1996 yang kini berusia 22 tahun itu terus menjalani latihan. Terjun dari ketinggian dengan parasut menjadi bagian tak terpisahkan dalam hari - harinya.

Pada tahun 2011, Jafro mulai menuai prestasi dengan menjadi juara 3 junior Batu Open Paragliding. Prestasinya sebagai atlet paralayang terus menanjak.

Berbagai kejuaraan, baik nasional maupun internasional ia ikuti. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat tahun 2016, Jafro meraih medali emas.

Puncaknya saat Jafro meraih emas di gelaran Asian Games yang saat ini masih berlangsung.

Baca juga:Link Streaming Asian Games 2018: Mampukah Sang Juara Dunia Lalu Muhammad Zohri Kembali Harumkan Indonesia

Orangtua kaget

Budi Sutrisno, ayah Jafro, tidak menyangka anaknya bakal menjadi atlet paralayang berprestasi.

Sebab, dirinya yang merupakan keluarga petani tidak mungkin bisa mendidik anaknya menjadi atlet, apalagi atlet paralayang.

Namun ia tidak pernah melarang anaknya yang menjadi tukang lipat parasut.

"Awalnya lipat parasut, cari uang untuk jajan. Kadang dicemooh, kok main terus le, bantu bapaknya sana. Tapi namanya anak kecil masih suka bermain. Saya biarkan. Pokoknya tidak sampai terjerumus ke hal yang negatif," katanya.

Sutrisno melihat peluang dalam diri anaknya setelah mendapat tawaran untuk menjadi atlet paralayang.

"Ada peluang harus kita kejar. Kita secara ekonomi tidak mampu, tapi ada tawaran, alhamdulillah," katanya.

Kini, Sutrisno sudah menyaksikan prestasi anaknya. Medali emas Asian Games 2018 untuk Indonesia. Sutrisno sangat bangga anaknya bisa mengharumkan nama Indonesia.

"Kalau ditanya bangga tidak, bangga sekali," katanya. (Andi Hartik)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Perjalanan Jafro Megawanto, Tukang Lipat Parasut Peraih Emas Asian Games (1)")

Baca juga:Geeta Phogat si Karakter Utama dalam Film Dangal, Sepupunya Dapat Medali Emas Asian Games 2018 Lho

Artikel Terkait