Intisari-Online.com -Pada 2 Mei 1945, Kota Berlin jatuh ke Tentara Merah Soviet setelah 16 hari pertempuran yang mengerikan.
Adolf Hitler terlihat tidak akan menyerah, jadi pertempuran itu pun berlangsung hingga ke jalan-jalan di kota itu.
Tapi, pada 30 April, Hitler bunuh diri, dan pasukan Jerman menyerah.
Meski begitu, pasukan Soviet tidak membagi penduduk Berlin.
Sebagai balas dendam atas kekejaman yang dilakukan Nazi, Tentara Merah mengamuk. Mereka membunuh tentara dan warga sipil, menjarah, dan memperkosa para wanita.
Setelah selesai mengamuk, Soviet mulai memulihkan ketertiban kota. Kota ini hampir hancur total.
Tidak ada transportasi, tidak ada selokan, dan tidak ada makanan bagi warga yang kelaparan. Kolonel Jenderal Nikolai Berzarin ditunjuk sebagai komandan kota.
Dapur umum disiapkan untuk memberi makanan bagi orang-orang dan penduduk setempat diarahkan untuk mengatur kebersihan kota.
Soviet mencoba memberi makan dan menata ulang kota, tapi meski begitu, kelaparan dan tunawisma telah menjadi masalah besar. Pada Juni 1945, rata-rata warga negara menerima setelah lebih sedikit dari jatah yang diterima tentara sekutu.
Lebih dari satu juta orang—Berlin waktu itu berpenduduk sekitar dua juta—tidak punya tempat tinggal (sebelum perang penduduk Berlin sekitar empat juta).
(Baca juga:Douglas MacArthur, Pahlawan Besar AS saat Perang Dunia II Namun 'Dipecat' saat Perang Korea)
Orang-orang Rusia terkejut ketika mereka datang ke Berlin. Sebagian besar tentara Rusia adalah petani dan pekerja miskin.
Para pemimpin mereka bilang bahwa Jerman adalah negara yang miskin. Banyak gelandangan dan orang kelaparan di sana.
Tapi ketika mereka tahu bahwa banyak orang kaya di sana, mereka marah. Mereka benar-benar marah.
Mereka bertanya-tanya mengapa orang-orang Jerman, yang memiliki begitu banyak kekayaan, ingin menginvasi Rusia yang hanya punya sedikit kekakyaan. Tapi perang telah membuat orang Berlin menderita dan jatuh miskin.