Intisari-Online.com -Nicholas Green memang tewas tertembak 23 tahun silam. Meski demikian, jantung bocah yang meninggal di usia 7 tahun itu baru berhenti berdetak tahun ini.
Saat itu Nicholas sedang berlibur bersama keluarganya di Italia selatan pada 29 September 1994.
Meski ini adalah sebuah tragedi yang amat pedih, tak hanya bagi keluarga tapi semua orang yang mengenalnya, keputusan keluarganya untuk menyumbangkan seluruh organ penting Nicholas disambut tabik.
Bahkan, keputusan ini mendorong angka donor organ di Italia melonjak tajam—angkanya meningkat tiga kali lipat dari sebelumnya.
Dan salah satu orang beruntung yang menerima donor organ Nicholas adalah Andrea Mongiardo. Selama sisi hidupnya, ia hidup bersama jantung Nicholas.
Benar, Andrea telah meninggal. Baru saja. Baru tahun ini.
Itu artinya, sejak kematiannya 23 tahun yang lalu, jantung Nicholas baru-baru benar-benar berhenti berdetak tahun ini—seiring dengan kematian Andrea.
“Nicholas adalah anak yang baik hati,” kenang sang ayah, Reg Green, dilaporkan Kompas.com.
Saat dihadapkan pada dua pilihan, marah atau mengulurkan batuan, ayah Nicholas memutuskan memilih yang kedua.
“Ia banyak mengajarkan saya tentang toleransi dan juga kesabaran. Saya ini orangnya tak sabaran. Nicholas sangat tenang dan dengan mudah memaafkan orang lain,” kata Green.
Pernyataan Green diamini istrinya, Maggie.
Mereka yakin, menyumbangkan organ-organ penting Nicholas adalah keputusan terbaik dan anaknya pasti mendukung keputusan tersebut.
(Baca juga:Saat Hidup Memberi Kesulitan, Ingatlah bahwa di saat Bersamaan Kita Juga Diberi Pilihan)
Selain Andrea, ada enam orang lain yang menerima organ-organ Nicholas. Hanya satu yang belum pernah bertemu dengan Green—karena harus menjalani perawatan di rumah sakit.
“Ketika pintu dibuka dan melihat keenam orang yang masuk ke ruangan, rasanya luar biasa, tak bisa digambarkan. Mereka tersenyum lebar, beberapa menangis karena begitu gembira dan juga berterima kasih,” kata Green.
“Hampir semuanya pernah berada pada titik di mana mereka tak punya harapan lagi untuk hidup … di situlah saya merasa betapa sangat berharganya sumbangan dari Nicholas.”
Setelah kematian Nicholas, Green setidaknya dua kali dalam setahun kembali ke Italia.
Di Negeri Pizza itu, ia mempromosikan pentingnya menyumbangkan organ. Belum lama ini ia bertemu dengan Maria Pia Pedala, salah satu penerima donor Nicholas pada 1994 silam.
Saat itu Maria tengah koma dan dokter memperkirakan akan segera meninggal dunia.
Transplantasi hati membuatnya kembali sehat dan dua tahun kemudian ia menikah yang disusul dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicholas.
(Baca juga:Ingin Melawan Kanker Prostat? Minum Saja Teh Hijau)
Nicholas, selain diabadikan sebagai nama jalan, taman, sekolah, monumen, pohon lemon, jembatan, amfiteater, kisanya juga diabadikan dalam buku dan film berjudul Nicholas’s Gift.
Bagi kedua orangtuanya, kebanggaan terbesarnya adalah yang disebut sebagai 'Efek Nicholas' yang mendorong peningkatan warga yang ingin menyumbangkan organ tubuh ketika meninggal dunia.
Lepas dari itu, kasus penembakan Nicholas belum bisa diungkan hingga sekarang: Entah perampok entah pembunuh bayaran yang menembaknya.
Yang jelas, kedua tersangka pelaku, Francesco Mesiano dan Michele Ianello, diadili dan ketika menjalani proses di pengadilan keduanya menyewa salah satu pengacara termahal di Italia.
Dua orang tua baik hati itu menduga, Mesiano dan Ianello mungkin saja bagian dari jaringan mafia Italia yang kesohor itu.