Advertorial
Intisari-online.com - Antara 2011 hingga 2012, Blackberry menjadi salah brand smartphone yang paling populer di dunia.
Namanya berdiri sejajar dengan Android dan Apple kala itu, hal itu tak lain karena aplikasi messenger paling populer bernama Blackberry Messenger yang dimilikinya.
Sayang, popularitasnya tak bertahan lama. Tepatnya pada 2013 silam, kala itu aplikasi BBM atau Blackberry Messenger mulai bisa digunakan pada platform iOS da Android.
Sejak saat itu banyak orang mulai menggunakan ponsel besutan Google dan Apple tersebut, dan dengan cepat keduanya mendapatkan popularitasnya.
Hal itu tak lain karena kedua platform ini menawarkan teknologi yang lebih segar dan modern, daripada sistem operasi yang diusung Blackberry yang terasa lebih jadul.
Perlahan-lahan, Android dan Apple mencuat, pada 2014 Apple populer dengan iPhone 4s dan Android dengan Samsung S4-nya.
Keduanya dianggap sebagai vendor terbesar, dan mengalahkan popularitas Blackberry yang sempat berkuasa beberapa tahun.
Kesalahan utama Blackberry waktu itu adalah, ponsel ini tetap mempertahankan tombol fisik, sementara ponsel lain sudah menghilangkannya dan mengantinya dengan layar sentuh.
Baca Juga :Demi Imbangi Kedigdayaan Amerika, Inilah Upaya-upaya yang Dilakukan Militer China
Namun, Blackberry paham dengan posisinya yang tertinggal dari kedua pesaingnya ini, secara diam-diam Blackberry meluncurkan ponsel dengan layar penuh seperti BB Z10 dan BB Z3.
Mengusung sistem operasi terbaru dari Blackberry yang disebut dengan OS 10, ponsel ini menawarkan sistem operasi yang terintegrasi dengan Android.
Bahkan ponsel ini juga bisa menggunakan toko aplikasi seperti Playstore, meski sudah lebih maju dan menawarkan ekslusifitas yang khas ala Blackberry.
Pada kenyataannya, ponsel ini juga tidak begitu diminati pasar, sebab harganya yang terlampau mahal dan spesifikasinya yang masih kalah dengan ponsel Andoid waktu itu.
Baca Juga :Klaim yang Menyebut Malas sebagai Penyebab Homo Erestus Punah adalah 'Bodoh'
Tak berhenti sampai disitu, Blackberry terus meluncurkan ponsel-ponsel yang khas dengan nuansa Blackberry namun mengikuti perkembangan zaman.
Beberapa seri yang waktu itu diluncurkan adalah Blackberry Priv, DTEK50, DTEK60, Motion, KeyOne hingga akhirnya Blackberry Aurora diluncurkan.
Ponsel-ponsel tersebut diluncurkan dengan menggunakan sistem operasi Android dan sudah mulai meninggalkan sistem operasi buatan mereka.
Sayang, nama besar yang mereka miliki di masa lalu tak mampu menyelamatkannya, hal itu tak lain karena harga yang dipatok untuk ponsel-ponsel dia tas terlalu mahal.
Baca Juga :Ratusan Pengungsi Anak di Swedia Terserang Sindrom Aneh, Menyebabkan Kondisi antara Hidup dan Mati
Apa lagi beberapa ponsel-ponsel tersebut masih memiliki tombol fisik yang tentunya akan terasa lebih jadul, mengingat ponsel terbaru saling berlomba menciptakan layar beresolusi 4K waktu itu.
Hingga akhirnya, pada akhir tahun 2017, melalui program Blackberry merah-putih mengeluarkan ponsel dengan seri Blackberry Aurora yang disebut sebagai ujung tombak Blacberry.
Ponsel tersebut menjadi ponsel pertama yang dirilis di Indonesia, dan dipasarkan secara langsung oleh pihak Blackberry Indonesia.
Dipatok dengan harga Rp3 jutaan waktu itu, ponsel ini bahkan tidak dilirik oleh konsumen, karena dianggap terlalu mahal, apa lagi dengan hadirnya 'si perusak pasar' Xiaomi.
Ponsel dengan prosessor kelas bawah seperti Blackberry Aurora, tentu tidak menarik minat pasar, pada akhirnya ponsel ini harus turun harga di angka Rp1,5 Jutaan pada Agustus 2018 ini.
Ponsel tersebut disebut sebagai ponsel terakhir dari Blackberry, dan setelahnya tak pernah terdengar rumor maupun kabar, Blackberry akan meluncurkan produk baru.
Dengan demikian, akankan Blackberry Aurora adalah salam perpisahan, sekaligus hadiah terakhir untuk penggemar Blackberry?