Hambat Proses Pengecekan Mental, Kadar Testoteron Tinggi Bikin Pria Jadi Impulsif

Ade Sulaeman

Editor

Mengapa Tes Kesuburan Melibatkan Pemeriksaan Kadar Testoteron?
Mengapa Tes Kesuburan Melibatkan Pemeriksaan Kadar Testoteron?

Intisari-Online.com – Pria yang diberi dosis testosteron tampil lebih buruk pada tes yang dirancang untuk mengukur refleksi kognitif mereka dibandingkan kelompok yang diberi plasebo.

Demikian ditunjukkan dalam sebuah penelitian yang akan diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, seperti dilansir oleh boldsky.

(Baca juga: Tak Melulu Soal Seks, Kadar Testoteron Juga Pengaruhi Kesehatan Pria)

“Apa yang kami temukan adalah kelompok yang diberi testosteron lebih cepat membuat penilaian pada penggoda otak di mana perkiraan awal biasanya salah,” kata Colin Camerer, Profesor di California Institute of Technology, AS.

Testosteron menghambat proses pengecekan mental terhadap pekerjaan atau meningkatkan perasaan intuitif bahwa “saya pasti benar”.

Penelitian ini melibatkan responden 243 pria yang dipilih secara acak untuk menerima dosis gel testosteron atau gel plasebo sebelum melakukan tes refleksi kognitif.

(Baca juga: Pengaruhi Testoteron, 5 Makanan Ini Dianggap Bisa Turunkan Hasrat Seksual)

Hasilnya menunjukkan efek kausal yang jelas dan kuat pada kognisi manusia dan pengambilan keputusan, jelas periset tersebut.

Mereka percaya bahwa fenomena yang mereka amati dikaitkan dengan efek testosteron untuk meningkatkan kepercayaan diri pada manusia. Ini dimaksudkan pada status sosial, karena dengan percaya diri maka manusia dapat meningkatkan status sosialnya.

Jika seorang pria merasa lebih percaya diri, maka ia akan merasa benar dan tidak memiliki keraguan untuk memperbaiki kesalahan.

Hasil penelitian tersebut mempertanyakan tentang potensi efek negatif dari industri terapi pengganti testosteron yang sedang tumbuh, terutama ditujukan untuk membalikkan penurunan dalam dorongan seks bagi pria paruh baya.

Jika pria menginginkan testosteron lebih banyak untuk meningkatkan gairah seks, apakah ada efek lain? Apakah mereka terlalu berani berbicara dan berpikir bahwa mereka mengetahui hal-hal yang tidak mereka sukai? Tanya sang peneliti.

Artikel Terkait