Advertorial

Melihat Harbin Kota Patung Es Rekor Dunia, Jangan Sampai Menggigil Kedinginan Ya!

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Mau nonton patung-patung es raksasa? Harbin, Cina, tempatnya. Tapi, awas, jangan sampai menggigil kedinginan!
Mau nonton patung-patung es raksasa? Harbin, Cina, tempatnya. Tapi, awas, jangan sampai menggigil kedinginan!

Intisari-Online.com – Mau nonton patung-patung es raksasa? Harbin tempatnya. Kota di Cina ini telah melahirkan tujuh rekor dan masuk dalam Guinness Book lewat pameran lampion es di ruang terbuka terbesar, paling lama, dan paling luas cakupannya. Tapi, awas, jangan sampai menggigil kedinginan!

Untuk pergi ke Harbin yang terletak di Cina sebelah utara, kami harus lewat Beijing. Cuaca ibu kota negeri tirai bambu ini mulai dingin. Tapi kami masih bisa menahannya.

Di Beijing kami sempat mengunjungi kuil Lhama yang gedungnya berlapis-lapis. Maksudnya, di belakang bangunan pertama terdapat lapangan terbuka dengan bangunan-bangunan lain. Di salah satu bangunan berdiri tegak patung Buddha setinggi 26 m dari kayu sandalwood putih asal Tibet.

Menurut Guinness Book of World Recoids, patung terbesar di dunia itu dipahat dari satu batang pohon. Di sini ada yang terasa aneh: hio tidak boleh dibakar di dalam ruangan, melainkan di udara terbuka.

Baca juga: Tradisi Potong Mata Oleh Tukang Cukur di Cina Menggunakan Silet

"Mendayung" kereta

Setelah mengunjungi lapangan Tiananmen, siang berikutnya kami naik pesawat ke Shenjang. Udara di Shenjang terasa lebih dingin. Kali itu saya mendapat pengalaman baru, kesulitan berjalan di atas es dengan mengenakan sepatu beralas kulit.

Salah satu objek wisata di Shenjang adalah sebuah bangunan kuno dengan kebun luas di belakangnya. Udara yang amat dingin dan jalan yang tampak licin tak menjadi pengalang untuk menyeberangi kebun itu.

Usaha keras itu tak sia-sia, dari atas atap gedung tampak bukit bulat yang menyembul, seperti makam-makam raja di Korea Selatan.

Baca juga: Atlet Tenis Asal Cina Ini Sudah Pensiun, Namun Tabungannya Masih Bisa Buat Beli 30 Lamborgini!

Di tepi jalan di luar gedung banyak orang dewasa dan anak-anak berselancar di atas es, mungkin sungai yang sedang membeku. Mereka duduk di atas semacam kereta seluncur.

Untuk bergerak maju dipakai tongkat yang ditancapkan di atas es, serupa orang mendayung. Di sepanjang perjalanan di Shenjang telah tampak patung-patung es, misalnya pahatan burung elang raksasa.

Di kompleks itu tersedia toko yang menjual barang keperluan cuaca dingin. Saya membeli sepatu bot seharga 120 yuan (AS $ 1 sekitar 8,1 yuan) yang bagian dalamnya dilapisi dakron.

Sepatu itu terbukti amat berguna selama perjalanan beberapa hari berikutnya. Esoknya kami mengunjungi istana kuno sebelum terbang ke Harbin.

Baca juga: Kepercayaan Cina yang Menular ke Korea: Letak Makam Menentukan Rezeki Anak Cucu

CD setebal 0.5 cm

Sekeluar dari lapangan terbang Harbin, pemandu wisata langsung menggiring kami ke toko yang menjual pakaian hangat. Pasalnya, malam hari kami akan menyaksikan Ice Lantern Art Show.

Kami membeli keperluan tambahan yakni celana dalam yang tebalnya 0,5 cm dan harus langsung kami kenakan.

Untuk mengenakan celana itu, bukan main susahnya, karena celana itu kecil, padahal ukurannya all size. Berkat bantuan pramuniaga celana itu berhasil dirangkapkan pada celana yang sudan kami kenakan.

Baca juga: Xiamen, Kota di Cina yang Gila Olahraga!

Hebatnya, celana itu tidak sampai robek walau tidak terdapat ritsluiting atau kancing. Saya pun membeli semacam kniedekker panjang seharga 20 yuan yang di bagian dalamnya dilapisi kapas yang mudah lepas. Ini diperlukan karena baju hangat saya terlalu pendek.

Barang lain yang saya butuhkan adalah sarung tangan mirip kepunyaan pemain baseball dan tutup kepala ala ninja yang dilengkapi klep. Mantel yang banyak dijual di sana terbuat dari semacam kain parasut yang diisi sehingga menjadi serupa kasur yang menggelembung.

Ini pelajaran baru. Pakaian dalam dan luar dari wol, sarung tangan kulit, mantel pinjaman waktu main ski di Swis beberapa waktu lalu, dan sepatu tertutup dengan dasar karet ternyata tak cukup memadai untuk melawan tusukan hawa dingin Harbin.

Di malam hari pahatan es berbagai ukuran dengan lampu warna-warni di dalamnya tampak indah. sekali. Pahatan yang lebih kecil pun tampil tak kalah cantiknya dengan yang besar.

Baca juga: Sumeria dan Cina, Kiblat Tulisan Barat dan Timur

Ice Lantern Art Show atau Pameran Seni Lampion Es di Harbin mulai diadakan sejak 1963. Di kota ini pula lahir cikal bakal seni lampion es di Cina. Hingga kini telah diadakan 26 kali di Taman Zhaolin dengan total pengunjung 26,18 juta orang!

Termasuk di antaranya tentu tokoh terkenal di Cina, seperti Jiang Zemin dan sejumlah pimpinan partai yang kerap mengunjungi pameran itu.

Tema pada China Harbin International Ice and Snow Festival ke-17 serta Ice Lantern Art Show ke-27 itu adalah New Century Dream of Ice. Lebih dari 2.000 pahatan es dipamerkan di sembilan tempat.

Sedangkan jumlah es yang dipakai konon diambil dari sungai, mencapai 30.000 m3. Jamak bila pameran kali ini disebut sebagai yang terbesar di abad baru ini sejak pertama diselenggarakan.

Baca juga: Orang-orang Kaya di Cina Membeli Monyet Seukuran Ibu Jari Untuk Jadi Hewan Peliharaan

Selain itu, tak heran bila kegiatan itu mampu merebut tujuh rekor dan dimasukkan dalam Guinness Book dengan kriteria pameran lampion es ruang terbuka terbesar, paling lama, dan. paling luas cakupannya.

Setiap musim dingin di situ diadakan pula kompetisi membuat patung es, bukan hanya di antara pemahat Cina, tetapi juga pemahat luar negeri. Bahkan kini pameran es ini menjadi pameran tradisional. Terbukti dengan diadakannya kompetisi untuk murid sekolah dasar dan menengah.

Indahnya pahatan es tak hanya dapat dinikmati dalam arena pameran. Bahkan di sepanjang jalan, di depan setiap bangunan besar, serta lapangan pun berjajar patung es. Hal itu sungguh menambah marak suasana festival pahat es.

Cuaca yang amat dingin membuat kami sulit mengambil uang dari dompet untuk membeli cenderamata, apalagi untuk mengganti film. Kacamata pun terus berkabut dan muka laksana disayat-sayat.

Baca juga: Nenek di Cina Menjual Boneka Seks untuk Pengobatan Si Cucu yang Mengidap Leukimia

Bayangkan, tutup kepala ninja hitam di bagian mulut pun sampai memutih, mungkin karena napas yang membeku. Bahkan konon, seandainya meludah pun akan langsung membeku.

Sayang kami tidak sempat memperhatikan berapa derajat suhu udara malam yang amat menggigit itu. Tapi besok siangnya, saat menonton orang menyelam dalam air dingin di tepi sungai yang lapisan esnya dilubangi, tampak termometer menunjukkan angka minus 26°C. Bisa dibayangkan bagaimana malam hari!

Di Matahari pun ada es

Tujuan selanjutnya adalah pameran pahatan salju di Pulau Matahari, pantai utara Sungai Songhua, Harbin. Di pulau ini Snow Carving Fair pertama kali diadakan pada musim dingin 1988. Selama ini Sun Island Snow Carving Art Fair telah dilaksanakan 12 kali. Sedangkan kompetisi nasional dan internasional membentuk salju mulai diadakan tahun 1994.

Baca juga: Siput Tanah Terkecil di Dunia Ditemukan di Cina, Panjangnya Tidak Sampai Satu Milimeter

Teknologi, berupa mesin pembuat salju buatan, mulai dimanfaatkan pertama kali pada Snow Carving Fair ke-5 tahun 1993. Sejak itu seni memahat salju tidak lagi tergantung pada waktu dan tempat.

Keuntungan lain adalah salju buatan lebih mudah dibentuk, putih, terang, keras, serta bagus penampilannya.

Tema pameran pahatan es di Pulau Matahari kali itu New Century, Rhyme of Snow. Lebih dari 300 pahatan yang total menggunakan 30.000 m3 salju. Jumlah itu tercatat sebagai yang terbanyak selama beberapa tahun terakhir.

Ukuran patung-patung salju itu beragam, ada yang besar seperti Arc de Triomphe di Paris, patung mirip Jailahud (orang gendut duduk), atau tiang-tiang berjajar. Sedangkan yang lebih kecil memilih bentuk bunga, atau serupa kue dengan selapis coklat. Konon, usai pameran, patung-patung es itu akan dihancurkan dengan dinamit.

Baca juga: Timbunan Telur Dinosaurus Ditemukan di Cina

Di arena pameran terdapat kios minuman yang menjual kopi susu seharga 30 yuan dan teh jeruk 20 yuan. Selain itu ditawarkan juga berkeliling sebentar naik kereta ditarik anjing dengan biaya 10 yuan per orang.

Istana sederhana Puyi

Esok harinya kami naik kereta api ke Chanchung. Di kereta api ada pemberitahuan, kereta akan sampai di tempat tujuan pukul 12 lewat beberapa menit. Ini perlu diketahui karena kereta api hanya akan berhenti selama lima menit, sedangkan jinjingan kami cukup banyak.

Cara mengontrol karcis dalam kereta api agak unik. Begitu di atas kereta, petugas meminta karcis penumpang untuk diganti dengan kepingan logam kecil. Karcis kemudian diselipkan dalam map bersekat.

Baca juga: Pria Tanpa Kaki Mendaki Gunung Paling Berbahaya di Cina

Saat penumpang akan turun, dilakukan hal sebaliknya, kepingan logam diminta kembali, lalu diselipkan dalam map, ditukar kembali dengan karcis asli.

Menjelang tempat tujuan, ada pengumuman, kopor dan barang lain mulai boleh dikeluarkan dari balkon. Penumpang lain banyak yang membantu menurunkan kopor dari rak atas.

Objek kunjungan di Changsun adalah Movie City. Tempat sederhana itu ternyata hanya untuk membuat film dokumenter, misalnya cara membuat film mengenai tabrakan kereta api. Kami sempat diajak menonton upacara perkawinan Cina.

Untung, upacara berlangsung singkat karena tontonan dilakukan di udara terbuka dalam cuaca amat dingin.

Baca juga: Jadi yang Pertama di Dunia, Cina Menyediakan Trotoar Khusus Pengguna Ponsel

Istana Puyi, kaisar terakhir Cina, menjadi pilihan wisata berikut. Istana bertingkat dua itu sangat sederhana, karena saat itu ia sudah menjadi boneka Jepang.

Di dalam istana terdapat banyak foto kenangan, piano, kolam ikan kecil, dan ikan koi milik permaisuri Puyi. Di luar istana tampak gundukan bungker.

Karena penerbangan ke Beijing baru sore hari, kami berkesempatan ke Jinlin, yang terkenal dengan embun membeku di daun pohon, yang sering disebut sebagai salah satu keajaiban dunia.

Sayangnya, keajaiban itu hanya bisa dinikmati kalau cuaca betul-betul dingin dan tidak ada angin. Kami termasuk yang tidak beruntung.

Baca juga: Ben McMahon, Tiba-tiba Fasih Berbahasa Cina Setelah Bangun dari Koma

Setelah mengunjungi Sungai Sing Hua Siang, yang entah mengapa tidak turut membeku, dan menonton bebek berwarna berenang-renang, kunjungan berikutnya adalah peternakan rusa. Setiap Mei tanduk mereka dipotong untuk dibuat afrodisiak bagi kaum pria.

Selain rusa, ada beberapa binatang lain dalam kandang-kandang kecil. Misalnya, mink hitam yang terkenal dengan bulunya yang indah. Konon binatang yang sedikit lebih besar dari kucing itu galak sekali.

Saat makan siang kami dilayani bak raja. Ada 28 hidangan, termasuk sarang kodok yang dimasak manis yang konon membuat kulit halus. Setelah itu masih ada waktu untuk mampir sebentar di suatu tempat lain di mana orang bisa naik kereta ditarik anjing untuk jarak lebih jauh. Sayangnya, tidak ada waktu untuk mencobanya.

Pengalaman kecil yang cukup menarik adalah saat seorang teman mendapat masalah ketika ingin mencuci tangan setelah makan berondong jagung. Karena airnya dingin bukan main, ia pun mencoba mencuci dengan salju. Herannya, salju itu terasa seperti pasir.

Setiba di Beijing di malam hari deretan lampion di sepanjang jalan menuju hotel marak menyambut. Wajar saja, karena saat itu menjelang Cap Go Meh (dua minggu setelah perayaan Tahun Baru). Indah sekali.

Esoknya suhu masih minus 6oC. Salju yang menyelimuti daun cemara membuat Beijing tampak putih bersih. (I – Intisari Agustus 2001)

Baca juga: Cina Lahirkan Buah Pir Mirip Wajah Bayi

Artikel Terkait