Intisari-Online.com – Anda sudah berkonsentrasi di ruang kantor model terbuka (open office)? Anda tidak sendiri!
Sebuah penelitian baru menyimpulkan bahwa mendengar omongan soal pekerjaan dapat mengurangi produktivitas – dan meningkatkan kejengkelan – pada karyawan lain dalam jarak pendengaran, lebih dari keriuhan obrolan yang tak bermakna.
Ini menjadi peringatan seiring tren kantor terbuka yang merebak akhir-akhir ini.
Pemicunya adalah generasi langgas (millenial) yang tak mau terkungkung oleh sekat atau partisi.
(Baca juga:Diabaikan Pramuniaga Karena Berpakaian Lusuh, Pria Tua Ini Beli Harley Davidson Seharga Rp231 Juta)
Mereka yang mengadopsi kantor ruang terbuka berasumsi bahwa ruang terbuka akan mengoptimalkan ruangan – berkaitan dengan sewa ruangan – dan mendorong dialog serta kolaborasi antarkaryawan.
Di sisi lain, ada kritikan soal berkurangnya privasi dan kebisingan yang berlimpah.
Nah, soal kebisingan inilah yang mengusik tim peneliti dari Universitas Yamaguchi di Jepang.
Mereka ingin melihat bagaimana pengaruh obrolan terkait pekerjaan dan obrolan lain yang tak bermakna terhadap produktivitas kerja.
Mereka melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki dampak berbagai jenis suara, dengan menggunakan tes yang dikenal sebagai paradigma "bola-ganjil".
Selama tes bola ganjil, karyawan diminta untuk mengidentifikasi kejadian unik yang “dibuat” sepanjang serangkaian tes yang berulang.
"Untuk melengkapi tugas bola ganjil, perlu untuk mengatur perhatian pada stimulus," kata Takahiro Tamesue, associate professor di bidang teknik.
(Baca juga:Siap Hadapi Ancaman Korut, AS Siapkan 3 Lapis Sistem Antirudal, Seperti Ini Prosesnya)
Dalam percobaan pertama, karyawan menyaksikan gambar di layar komputer sambil mendengarkan baik suara pink (mirip dengan suara putih - sinyal acak yang memiliki intensitas sama pada frekuensi berbeda – tapi dengan spektrum yang mirip dengan suara manusia) atau suara dari percakapan pria dan wanita yang sebenarnya.
Selama periode 10 menit, mereka diminta untuk menghitung berapa kali sebuah kotak merah muncul di layar komputer di tengah campuran benda lain yang serupa.
Dalam percobaan kedua, karyawan diminta untuk menghitung munculnya nada 2 kilohertz di antara serangkaian nada 1 kilohertz.
Setelah itu, mereka diminta menilai tingkat gangguan masing-masing suara, dalam skala satu sampai tujuh.
Penelitian Tamesue berfokus pada bagaimana memperbaiki lingkungan kerja dengan menganalisis efek fisiologis dan psikologis dari kebisingan.
Penelitian itu dipresentasikan pada pertemuan gabungan Masyarakat Akustik Amerika dan Jepang, di Hawaii.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengaturan untuk tugas kognitif, seperti tempat kerja dan sekolah, dapat memanfaatkan desain yang mempertimbangkan suara yang mungkin ada, kata Tamesue.
(Baca juga:Stres? Coba Redakan dengan Air Lemon!)
Jadi bukan hanya volume, tambahnya, tapi juga isi suara itu (bermakna atau basa-basi).
"Percakapan di sekitar karyawan yang sedang bekerja bisa mengganggu kinerjanya," katanya.
"Karena sulit menangkal suara di kantor terbuka, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan suara lain yang membuat lingkungan nyaman bagi si karyawan."
Bagaimana jika sudah terjebak di kantor dengan suasana yang sudah buruk? Gunakan headphone dan putarlah suara putih (sinyal acak yang memiliki intensitas sama pada frekuensi berbeda).
Bisa juga menyetel musik tanpa lirik, sebab menurut penelitian hal ini dapat meningkatkan kinerja mental. Suara gemericik aliran dapat membuat suasana kerja santai.