Intisari-Online.com -Meskipun tidak telibat langsung dalam konflik AS-Korsel vs Korut yang sudah di ambang perang Indonesia pun dibikin repot juga.
Kerepotan yang dialami oleh RI meliputi baik masalah ekonomi maupun keamanan.
Baca juga:Kecam Nuklir Korea Utara, AS Malah Cabut Semua Pembatasan Rudal Korea Selatan, Korut Ngamuk
Salah satunya aktivitas ekspor dan impor.
Aktifitas ekspor dan impor dengan Korsel, mau tidak mau, terganggu akibat kondisi ini. Selain itu, dari sisi keamanan, pemerintah RI juga harus siap mengevakuasi puluhan ribu warga RI yang bekerja di Negara yang terkenal dengan K-pop itu.
Proses evakuasi biasanya akan menggunakan kapal-kapal perang dan pesawat C-130 Hecules TNI AU.
Dalam kondisi peperangan proses evakuasi tidak mudah karena harus menunggu situasi penghentian tembak-menembak (cease fire) terlebih dahulu.
Untuk mengantisipasi eskalasi konflik di Semenanjung Korea yang sewaktu-waktu bisa meledak, pasukan TNI sebenarnya tidak tinggal diam.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bahkan sudah memerintahkan pasukan TNI untuk siaga 24 jam guna mengantisipasi potensi pecahnya konflik di Semenanjung Korea.
Sebagai tulang punggung kekuatan udara, pasukan TNI AU dan jet-jet tempur TNI AU yang berada di semua pangkalan juga sudah diperintahkan untuk siaga 24 jam.
Salah satu Pangkalan Udara (Lanud) yang menjadi andalan untuk mengantisipasi konflik di Semenanjung Korea dalah Lanud Roesmin Nurjadin, Pekan Baru. Lanud ini punya dua skadron jet tempur.
Jet-jet tempur yan menjadi andalan di Lanud Pekan Baru adalah F-16 Fighting Falcon yang sebagian di antaranya merupakan hibah dari AS dan jet tempur Hawk 100/200 buatan Inggris.
Itulah kenapa konflik di Semenangjung Korea tak hanya urusan dua negera bersengkata itu, tapi seluruh dunia. Termasuk Indonesia.