Intisari-Online.com – Mulai 26 April 2017, Simpang Susun Semanggi telah menyatu membentuk sebuah lingkaran yang “mengurung” Jembatan Semanggi.
Simpang Susun Semanggi ini diharapkan akan mengurai kemacetan yang terjadi di Jembatan Semanggi.
Nantinya, pengendara dari arah Cawang jika ingin ke arah Thamrin tak perlu masuk ke “kuping” semanggi. Begitu juga dengan pengendara dari arah Grogol yang akan ke Blok M.
(Baca juga: Monumen Nasional dalam Setiap Warna)
Di balik pro kontra apakah pembuatan Simpang Susun ini akan benar-benar bisa mengurai kemacetan, terselip beberapa prestasi dan munculnya ikon baru Jakarta.
Bagi yang sering melintasi Jembatan Semanggi, tentu akan tahu bagaimana proses pembangunan Simpang Susun Semanggi ini.
Tidak menggunakan teknologi konvensional yang mengecor badan jembatan di lokasi, tapi menggunaan beton pracetak dalam bentuk modul-modul yang siap pasang. Ibarat membuat bangunan dalam dunia Lego.
Deputi General Manager Superintendent Proyek Simpang Susun Semanggi dari Wijaya Karya Dani Widiatmoko menuturkan, simpang ini tersusun dari 333 segmental box girder yang telah dicetak (precast) untuk kemudian disusun.
Box girder adalah struktur atas jembatan yang terdiri atas balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga.
Box girder biasanya terdiri atas elemen beton pratekan, baja struktural, atau komposit baja, dan beton bertulang. Bentuk penampang dari box girder umumnya adalah persegi atau trapezium.
Mirip lego kualitas rendah, jika cetakan tidak sama persis atau berbeda beberapa sentimeter saja, antara kotak yang satu dan yang lain tidak akan bertemu sempurna.
Jika mainan lego masih bisa diterima, tapi tidak untuk jembatan yang akan dilalui banyak kendaraan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR