Advertorial
Intisari-Online.com -Ketika dibentuk pada bulan Juni 1909, AU Turki bernama Ottoman Air Force dan beberapa tahun kemudian mulai terlibat di Perang Balkan (1912-1913) dan Perang Dunia I (1914-1918).
Pasca PD I, Kekaisaran Ottoman yang berhasil ditaklukan oleh pasukan Sekutu dibubarkan dan semua aset yang berkaitan dengan AU Turki ditutup.
Tapi sejumlah personel AU Ottoman dengan susah payah kembali membangun lagi kekuatan udara dengan pesawat yang tersisa di sejumlah kota seperti Istanbul, Izmir, Konya, Elazig, dan Divarbakir.
Sejumlah unit kekuatan udara yang dibentuk itu ternyata sangat berguna ketika Turki kembali bergolak untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
Baca juga:Turki Memang Gagal Memiliki F-35, tapi Kekuatan Tempur Angkatan Udara-nya Tetap Menyeramkan
Pada tahun 1921 Turki berhasil meraih kemerdekaannya dan kembali membentuk kekuatan udaranya.
Berkat pemerintahan agresif yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk mulai tahun 1923, Turki mencanangkan diri untuk memiliki kekuatan udara yang modern.
Akademi AU dan pangkalan baru pun dibangun termasuk reorganisasi personel sementara untuk mendapatkan penerbang dan mekanik profesional.
Turki mengirim para personel udaranya untuk belajar langsung di Inggris, Perancis, dan AS.
Baca juga:Gagal Miliki Pesawat Siluman F-35, Turki Malah Sudah Punya Kapal Perang Siluman Buatan Sendiri
Perkembangan pesat pun segera dialami oleh AU Turki. Pada bulan Juli 1932.
Sebagai angkatan udara yang mandiri Turki memiliki pabrik pesawat di Kayseri yang berhasil menciptakan pesawatnya yang pertama pada tahun 1934.
Dalam perkembangan terkini industri dirgantara Turki semakin berkembang dan bernama Turkish Aerospace Industries (TAI).
Pada tahun yang sama juga terbentuk organisasi terjun payung disusul pada tahun 1936 lahir seorang pilot wanita pertama Turki, Sabiha Gokcen.
Baca juga:Konflik AS-Turki : Saat F-16 Jadi Simbol Kedekatan, F-35 Justru Jadi Simbol ‘Perceraian’.
Dalam kariernya sebagai pilot wanita, Gocken kemudian menerbangkan 22 jenis pesawat tempur dan berhasil membukukan jumlah jam terbang lebih dari 8000jam.
Memasuki tahun 1940 AU Turki telah memiliki lebih dari 500 pesawat tempur dan menjadi angkatan udara yang paling besar di kawasan Balkan serta Timur Tengah.
Tapi kendati memiliki kekuatan udara yang sangat kuat, ketika PD II meletus dan pasukan Nazi Jerman serta Italia berhasil menguasai negara tetangganya, Yunani, Turki yang bersikap netral tidak terjerumus ke medan laga.
Selama satu tahun perbatasan Turki yang dipenuhi tentara Jerman dan Italia tidak membuat Turki gentar.
Semua pesawat yang dimiliki seperti Spitfire, Curtis Falcon, Westland Lysander, Bristol Blenheim, De Haviland DH-98, P-47 Thunderbolt dan lainnya selalu disiapkan dalam kondisi siaga.
Setiap hari pesawat-pesawat tempur Turki menjalankan misi patroli rutin di atas udara Bulgaria, Yunani, Laut Aegea, dan pulau-pulau strategis lainnya.
Tak ada satu pun pasukan baik dari militer Nazi maupun Sekutu berani memasuki kawasan Turki.
Tapi pada Februari 1945, Turki akhirnya terlibat dalam PD II dan membela pasukan Sekutu. Namun tak ada satu pun tentara Turki yang terlibat pertempuran dalam PD II.
Baca juga:Heroik, Bocah Ini Selamatkan Upacara Pengibaran Bendera Setelah Nekat Panjat Tiang Bendera