Teh Dan Kopi, Dua Cangkir dalam Nikmat yang Berbeda

Moh Habib Asyhad

Penulis

Ini Dia Kelebihan dan Kekurangan dari Teh dan Kopi
Ini Dia Kelebihan dan Kekurangan dari Teh dan Kopi

Intisari-Online.com – Kisah ini adalah tentang seorang pemuda yang tidak mau mendengarkan nasihat ibunya, hingga akhirnya terjadi masalah padanya.

“Jangan bersikap buruk, sebab kelak kamu akan sangat menyesalinya, Nak. Orang akan selalu mengingat perbuatan kita yang salah.” Uucapan itu terngiang kembali pada telinga pemuda itu, meski ibunya telah mengucapkannya bertahun-tahun yang lalu,

Saat ia masih tinggal di kampung dulu, hingga beberapa waktu yang lalu, pemuda itu bahkan tidak mengerti mengapa ibunya selalu mengucapkan kata-kata yang sama.

Bukan hanya satu atau dua kali saja, namun ibunya kerap mengucapkan kata-kata ini setiap kali ia memberi nasihat atas sikapnya yang kadang kurang baik menurut sang ibu.

Sayangnya, pemuda itu mengacuhkannya, sebab apalah arti sebuah nasihat bagi pemuda yang sedang dalam masa-masa remaja. Bahkan kerap dianggap sebagai angin lalu saja. Berulangkali kali sang ibu memberi nasihat, berulangkali pula pemuda itu menganggapnya sebagai angin lalu.

Sikap cerobohnya kerap menjadi alasan mengapa pemuda itu sering dinasihati oleh ibunya, hingga sang ibu mengibaratkan perbuatannya seperti dua cangkir minuman yang berbeda, yakni teh dan kopi.

Meski demikian, pemuda itu masih saja sering bertindak ceroboh. Sekali waktu, di malam hari ia lupa mengurung induk dan anak ayamnya ke dalam kandang, hingga pada keesokan harinya ketujuh anak ayam itu lenyap dimangsa musang dan hanya tinggal induknya saja, padahal ibunya telah menyuruhnya mengerjakan hal tersebut berulangkali sejak sore.

Lalu di lain waktu, ia juga tidak menutup saluran air yang masuk ke kolam kecil milik ayahnya, hingga air mengalir terus sepanjang malam dan menghanyutkan semua ikan tersebut ke kolam milik orang lain di tempat yang lebih rendah dari kolam ayahnya.

Saat itu, bukan hanya ikan di kolam ayahnya saja yang terbawa air, namun dua kolam lain milik pamannya juga kehilangan banyak ikan.

Banyak orang yang ceroboh di dunia ini, dan itu bukan sebuah masalah yang besar, selama mereka mau berubah dan mendengarkan nasihat orang di sekitarnya. Namun, tidak demikian dengan pemuda tersebut, bahkan setelah ia merantau dan bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah kantor di kota.

Tugasnya memeriksa semua ruangan setelah pulang kantor dan mengunci pintu utama sebelum akhirnya pulang ke kontrakannya. Telah berulangkali ia diingatkan agar hati-hati dan memeriksa semua ruangan terlebih dahulu, agar kantor ditinggalkan dalam kondisi baik dan aman.

Bukannya melakukan tugasnya dengan baik, ia bahkan kerap tidak memeriksa setiap ruangan, sehingga beberapa lampu sering kali ditinggalkan dalam kondisi menyala.

Sore itu setelah karyawan lainnya pulang, pemuda itu bergegas dan mengunci pintu utama, tanpa memeriksa setiap ruangan dengan seksama.

Semua berjalan baik, hingga satu kemudian sebuah panggilan telepon dari atasannya mengatakan bahwa seorang karyawan telah terkunci di kantor mereka.

Atasannya telah berada di kantor, juga beberapa karyawan lainnya yang kebetulan sedang menikmati kopi di kafe sebelah kantor mereka. Pemuda tersebut minta maaf dan mengakui kesalahannya, sehingga ia tidak mendapatkan masalah berarti atas kejadian tersebut.

Namun, kejadian ini memberinya satu pelajaran penting, yang tak lain adalah nasihat ibunya. “Ketika kamu berbuat baik, maka hal tersebut serupa secangkir teh hangat yang sedap, saat diaduk aromanya menenangkan dan warnanya tetap sama bahkan setelah lama berlalu.

Namun ketika kamu berbuat salah, maka hal tersebut seperti secangkir kopi hitam, saat diaduk aromanya begitu menggoda dan warnanya akan langsung keruh dan hitam, meskipun telah sempat mengendap lama. Demikianlah orang akan selalu mengingat perbuatan salahmu, Nak, meskipun telah lama berlalu.”

Artikel Terkait